Liputan6.com, Jakarta - Menunjukkan praktik terbaik bukanlah satu-satunya hal terpenting dari para pemeriksa fakta di seluruh dunia dalam melawan hoaks. Namun, mereka juga perlu menyelaraskan kerja praktiknya dengan memerhatikan kesehatan mental.
Melansir Rappler.com, Kamis (21/10/2021), Ketua Divisi Strategi dan Penelitian di First DraftClaire Wardle,, mengatakan, organisasi cek fakta di dunia perlu mengetahui dampak yang tidak proporsional, alias dampak negatif, dari paparan disinformasi, misinformasi, sertateori konspirasi yang komunitas mereka terima secara daring.
Baca Juga
First Draft sendiri merupakan suatu proyek yang didirikan oleh sembilan organisasi dan disatukan oleh Google News Lab untuk melawan disinformasi dan misinformasi.
Advertisement
Menurut sebuah studi yang belum dipublikasi oleh First Draft, hal tersebut akan berdampak pada kesehatan mental dan emosional, bahkan parahnya akan mengarah pada pelecehan. Dampak ini dilihat terutama dari kondisi pandemi Covid-19 saat ini, di mana informasi palsu bertebaran tak ada henti di berbagai media sosial.
Beberapa pemeriksa fakta justru mengaku, mereka tidak mengetahui apa yang benar lagi karena seringnya terpapar disinformasi dan misinformasi.
“Ini sangat mengkhawatirkan, berbicara dengan orang yang terus berkata ‘Saya kehilangan kemampuan untuk mencari tahu apa yang benar’ dan menjadi sangat sinis tentang apakah sesuatu itu benar, dengan demikian membuktikan, jika kalian menghabiskan waktu dalam halini, inilah yang terjadi.” ucap Wardle.
Ia menambahkan, “Bahkan, jika kalian adalah pemeriksa fakta, atau jurnalis, atau peneliti, itu mulai mengacaukan kemampuan kalian untuk mengevaluasi kebenaran.”
Wardle juga meminta para organisasi periksa fakta yang bergabung dengan International Fact-Checking Network (IFCN) untuk menyetujui hal ini. Selain itu, mereka juga diharapkan bersama-sama dapat menghindari pemeriksaan fakta yangserupa pada konten yang sama serta mengumpulkan data mereka sendiri dibanding mengandalkan perusahaan media sosial yang terus menjaga informasi dari rekan pemeriksa fakta.
(Amadea Claritta - Universitas Multimedia Nusantara)
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement