Citizen6, Jakarta Seperti tak mengenal lelah, Candra Malik terus melahirkan karya-karya baru. Setelah pada awal tahun lalu meluncurkan Extended Play bertajuk Energy for Life dari Melbourne, Australia, dan dua single lagu bebas-unduh berjudul Rukun Iman dan Sabda Cinta; Sufi dan budayawan muda ini semakin mengokohkan kuda-kudanya sebagai seniman serbabisa. Pada Senin 6 Juli 2015, ia merilis novel perdana berjudul Mustika Naga. Diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), novel ini merupakan buku kelimanya.
Bertutur tentang petualangan spiritual dan perburuan pusaka Nusantara yang dibalut dengan roman percintaan, novel ini berkisah tentang sepasang kekasih: Sarpayatna Taksaka dan Tarkeisya Gaganeswara Garudeya. Meski saling mencintai, Saka dan Keisya ternyata masing-masing memiliki kepentingan dengan pusaka sangat ampuh bernama Mustika Naga. Dalam perjalanannya, Saka justru bersentuhan dengan ajaran Djawa Sunda. Ia yakin ayahnya hilang sejak terlibat agama ini. Orang ketiga muncul dalam hubungan asmara mereka. Keadaan ini diperburuk dengan terungkapnya sejumlah rahasia keluarga.
"Novel ini merupakan endapan perenungan dari perjalanan sunyi saya selama bertahun-tahun sebagai Sufi. Kisah tentang Syekh Subakir dan Sabda Palon dalam novel ini seperti mendapatkan konteks ketika hari-hari ini kita sempat dikejutkan oleh Sabda Raja yang dititahkan Sultan HB X," ungkap Candra Malik. Menurut dia, Jepang dan Australia ditulisnya pula sebagai latar dalam kisah ini, selain Bali, Mentawai, dan sejumlah daerah di Nusantara. Candra Malik, yang oleh Begawan Sastra Budi Darma ditahbiskan sebagai Sastrawan Sufi, ini menunjukkan kelincahannya menulis dalam novel ini.
"Pengalaman adalah guru terbaik, dan induk dari pengalaman adalah perjalanan. Saya mendapatkan kisah-kisah yang saya tulis menjadi novel ini di sepanjang perjalanan," tegasnya. Disunting oleh Eka Suryana, novel ini dihiasi dengan ilustrasi dan gambar sampul karya Alf Sukatmo. Lelaki kelahiran Solo, 25 Maret 1978, yang pada akhir tahun 2014 menerima Piala Vidia setelah dinobatkan sebagai Penata Musik Film Televisi Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2014, menegaskan bahwa ia tak ingin membatasi dirinya sendiri dalam berkarya di bidang apa pun.
"Setelah novel Mustika Naga, dalam waktu dekat saya juga akan meluncurkan kumpulan cerita pendek (kumcer) berjudul Mawar Hitam. Sebanyak 20 cerpen dari awal tahun 2000 sampai sekarang; terutama yang telah dipublikasikan di media cetak nasional, saya kumpulkan menjadi satu buku," jelasnya. Sangat sibuk di Bulan Ramadan 1436, di antaranya terlibat dalam tur konser Coklat Kita Ngabuburit 2015 bersama GIGI Band 10 kota dan menjadi juri tamu di kontes calon da'i AKSI dan kontes musik religi Q-Academy di Indosiar, Candra Malik terus menjaga stamina dalam berkarya.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini