Liputan6.com, Jakarta - Paus menjadi salah satu makhluk hidup terbesar di muka bumi. Mengutip dari National Geographic, ukuran seekor paus biru mencapai hingga 33 meter dan berat tubuhnya dapat mencapai 200 ton. Butuh usaha yang besar untuk menimbang hewan dengan ukuran masif ini.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir dari BBC, Sabtu (5/10/2019), para peneliti harus menunggu paus mati yang terdampar di pantai untuk dapat mengukur beratnya.
Namun, saat ini peneliti yang bekerja sama dengan Southern Right Whale Health Monitoring Programme di Argentina telah menemukan cara untuk mengukur berat paus dengan lebih mudah. Caranya adalah dengan bantuan pesawat tanpa awak atau drone.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Menggunakan Drone
Metode pengukuran berat ini dikatakan secara akurat menghitung volume tubuh dan massa paus liar. Sebelumnya dalam masa uji coba teknik ini telah digunakan untuk menghitung kelangsungan hidup anak sapi. Teknik ini memiliki potensi yang cukup besar untuk kepentingan konservasi.
Advertisement
Inovasi Penelitian
Inovasi dalam penelitian ini dilakukan untuk menghindari pembunuhan paus untuk alasan ilmu pengetahuan. Sebelumnya, ilmu mengenai paus didapatkan dari literatur tua yang dilakukan dengan cara memburu paus, tidak sengaja tertangkap, atau paus yang terdampar di pantai.
“Sangat sulit untuk mengukur paus pada skala – maksud saya Anda harus membunuhnya untuk melakukannya dan itulah melakukannya dan itulah yang kami hindari di sini,” ujar Fredrik Christiansen, peneliti dari Institute of Advanced Studies di Denmark.
Cara Menimbang Paus
Penelitian menggunakan drone ini dilakukan dengan menerbangkan drone ke atas paus yang sedang berenang di air jernih. Kemudian foto diambil dari drone tersebut ketika paus naik ke permukaan untuk bernapas. Foto yang diambil merupakan punggung dan sisi tubuh dari paus ketika mereka berguling.
“Kemampuan untuk memprediksi massa tubuh dari paus yang hidup bebas membuka peluang bagi kita untuk melihat hewan dari waktu ke waktu dan melihat bagaimana mereka berubah, bagaimana mereka tumbuh," kata Christiansen.
Penulis:
Timothy Juliano
Universitas Multimedia Nusantara
Advertisement