Liputan6.com, Jakarta - Seorang dokter di Inggris, William Farr, menulis pada tahun 1858 bahwa “Perkawinan adalah harta yang sehat”. Melalui itu, dia bermaksud bahwa orang yang sudah menikah lebih sehat daripada rekan mereka yang lajang.
Baca Juga
Advertisement
Satu orang lebih mungkin mengalami kecelakaan dalam perjalanan hidup mereka. Selama beberapa dekade berikutnya, orang masih berdebat dengan sosiolog bahwa orang yang kesepian tidak sengsara.
Namun tahun 2017 mungkin bisa membuktikannya. Berikut adalah 5 alasan sosiologis aneh yang membuat lebih sedikit orang yang ingin menikah dilansir dari Yourtango.
1. Hanya separuh dari total penduduk yang ingin menikah
Pada tahun 2017, Biro Sensus melaporkan bahwa rekor jumlah orang dewasa di AS adalah lajang tahun itu. Lebih dari 110 juta penduduk bercerai, menjanda atau selalu melajang.
Ini lebih dari 45 persen dari semua orang Amerika berusia 18 tahun ke atas. Selain itu, usia rata-rata pernikahan pertama naik menjadi 29,5 untuk pria dan 27,4 untuk wanita, dan para ilmuwan mengatakan bahwa tren ini akan terus berlanjut. Hidup sendiri menjadi semakin populer. Sejarawan mengatakan bahwa, ketika menganalisis data selama setengah abad terakhir, tren ini terjadi di 78 lebih banyak negara di dunia.
2. Menikah bukan lagi berarti dewasa
Setengah abad yang lalu, jika Anda belum menikah, maka Anda belum dewasa. Menurut pendapat hari ini, ini bukan lagi kriteria untuk tumbuh dewasa dan juga tidak memiliki anak. Saat ini, penyelesaian pendidikan formal dan karier yang serius lebih penting, menurut 95% responden.
3. Banyak lajang berhubungan seks tanpa pernikahan
Peneliti menemukan bahwa banyak orang di atas 18 tahun saat ini berhubungan seks sembilan kali lebih banyak daripada rata-rata orang di awal 90-an. Ya, mereka melakukan seks di luar ikatan pernikahan.
4. Terikat dalam sebuah hubungan bukan berarti memiliki harga diri tinggi
Remaja tidak khawatir bahwa mereka perlu menjalin hubungan, sementara orang dewasa menunda pernikahan untuk nanti. Orang-orang yang skeptis percaya bahwa status lajang ini disebabkan oleh masalah dengan harga diri, tetapi para peneliti mengklaim sebaliknya.
Awal suatu hubungan meningkatkan harga diri, hanya jika hubungan tersebut berfungsi dengan baik, stabil, dan dipertahankan untuk jangka waktu tertentu.
Selain itu, harga diri orang yang memulai hubungan romantis baru, tetapi tidak dapat mempertahankannya selama setahun, menjadi lebih rendah daripada orang yang awalnya tidak menjalin hubungan jangka panjang.
Advertisement
5. Pernikahan tidak akan meningkatkan kesehatan
Mitos lain tentang pernikahan adalah bahwa orang yang telah menikah menjadi lebih sehat. Ada logika tertentu untuk ini, karena suami dan istri saling menerima dukungan dan memastikan bahwa pasangannya menyelesaikan masalah kesehatan tepat waktu. Namun, tiga studi besar yang secara metodologis kompleks yang diterbitkan pada tahun 2017 membantah gagasan ini.
Dokter Manhattan juga melakukan pengukuran fisik ukuran pinggang wanita, indeks massa tubuh, dan tekanan darah, dan bertanya kepada mereka tentang kebiasaan merokok, minum, olahraga, dan makan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sudah menikah biasanya mengalami kenaikan berat badan dan minum lebih banyak daripada mereka yang masih lajang.
Secara keseluruhan, pernikahan tidak menjamin kehidupan yang lebih sehat (mungkin sebaliknya). Untuk waktu yang lama, kita diberitahu bahwa jika tidak menikah, kita akan tetap tidak berdaya dan tidak bahagia. Namun, sosiolog sekarang mengatakan bahwa jika Anda merasa nyaman hidup sendiri, Anda mungkin akan hidup lebih lama dan lebih sehat.