Liputan6.com, Jakarta Mindfulness dalam ilmu psikologi dianggap sangat penting karena membantu seseorang hidup di masa kini. Di bulan pertama tahun 2025 ini banyak orang membuat resolusi, namun masih terjebak pada penyesalan masa lalu dan kecemasan akan masa depan.
Rm. Antonius Haryanto, Pr atau yang akrab disapa Rm. Hary punya berbagai tips untuk move on supaya dapat meraih harapan dengan baik di masa depan.
Advertisement
Baca Juga
“Orientasi kita harus di masa kini dan masa depan. Dalam Kitab Suci, Tuhan Yesus ingin kita tidak khawatir atas hidup,” ungkap Romo yang pernah bertugas sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) itu.
Advertisement
1. Bersyukur dan Ucapkan Terima Kasih
“Saya tidak sempurna, punya harapan tapi yang terjadi terkadang tidak sesuai. Tapi kita bilang terima kasih ke diri sendiri karena misal sudah coba berani melakukan hal baik,” ujar Romo yang aktif mendampingi anak muda. Berdoa dapat menjadi sarana untuk bersyukur dan meningkatkan mindfulness, karena saat berdoa seseorang fokus pada harapan, ucapan terima kasih yang ingin diutarakan kepada Tuhan.
2. Berempati
Daripada terjebak pada gosip di sebuah komunitas, ada baiknya sebagai pribadi yang berkualitas berusaha menyapa anggota baru, berbaur dan berteman dengan siapa pun. Mungkin ada orang yang dulu kecewa karena merasa terasingkan. Maka, perlu fokus jadi penggerak untuk hal positif dalam menyapa orang yang membutuhkan, meskipun orang tersebut toxic, karena selalu ada penyebab di balik perilaku seseorang.
3. Me Time
Tiap orang punya beragam masalah. “Dalam kehidupan gereja Katolik, ada rekoleksi, ret-ret, coba bercermin melihat diri kita sendiri. Ada juga mentor-mentor psikologi, di mana ilmu rohani dan psikologi ini akan sangat membantu,” kata Romo lulusan S2 Teologi Universitas Katolik Parahyangan ini.
Penting bagi seseorang mengenal diri, menggali akar permasalahannya. Misalnya apakah seseorang memiliki luka batin. Ada beberapa orang yang punya kebiasaan mengerdilkan orang lain, bisa jadi itu terjadi, karena ketika kecil sering diremehkan, tidak diberikan kepercayaan oleh orangtua. Saat tahu sumber masalahnya, maka hati akan lebih tentang.
“Saran saya jangan takut mengambil waktu me time, rekoleksi, ret-ret. Ini penting untuk mengenal diri kita supaya bisa menempatkan diri, supaya tidak jadi toxic bagi orang lain,” ungkap Romo yang pernah bertugas di Paroki Bunda Maria Cirebon sejak Maret 2021.
4. Memperbaiki Diri
Menurut Romo yang aktif di kegiatan lintas agama dan media sosial, hidup itu ibarat bermain game. Maka tidak perlu takut pada kekurangan yang ada pada diri. Tantangannya adalah coba perbaiki kekurangan itu. Rm Hary sendiri memiliki kebiasaan untuk membuat list kelebihan dan kekurangan versinya. “Supaya tidak subjektif, saya coba terbuka, bertanya, minta saran dari teman yang dipercaya, supaya diri ini jadi lebih baik,” jelas Romo kelahiran 24 April 1980.
Advertisement
5. Berpikir Positif
Per Januari tahun 2025 ini, Rm Hary berkarya di Seminari Fermentum Bandung. Namun ia tetap berpikir positif dalam menjalani tugas barunya. “Saya bawa santai, tidak menaruh curiga, duh gimana kalo nanti di tempat baru orangnya begini dan begitu,” katanya. Justru Rm Hary mengajak setiap orang fokus di masa kini, supaya punya harapan di masa depan.
“Masa lalu jadi pembelajaran, jangan dihantui masa lalu. Nanti nggak bisa move on, nggak bisa bertumbuh, berkembang, dan berbuah,” katanya. Rm Hary mengajak semua orang fokus pada tatangan masa kini untuk masa depan yang penuh harapan, supaya hidup tidak dikuasai kecemasan masa lalu.
Penulis:
Patricia Astrid Nadia