Peretas Korea Utara Curi Kripto Rp 44,6 Triliun, Uangnya Buat Bikin Senjata Nuklir dan Rudal

Peretas yang dipekerjakan oleh Korea Utara telah mencuri sejumlah besar cryptocurrency dalam lima tahun terakhir.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 13 Jun 2023, 10:04 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2023, 10:04 WIB
Ilustrasi Kripto (Foto: Traxer/unsplash)
Peretasan Korea Utara semakin maju, dan penipuan mereka semakin sulit dideteksi, dengan satu sumber mengatakan kepada Journal bahwa perusahaan terkunci dalam "perlombaan senjata" dengan para penjahat.Ilustrasi Kripto (Foto: Traxer/unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Kelompok peretas yang didukung oleh Korea Utara telah mencuri kripto senilai USD 3 miliar atau setara Rp 44,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.877 per dolar AS) dalam lima tahun.

Peretas yang dipekerjakan oleh Korea Utara telah mencuri sejumlah besar cryptocurrency dalam lima tahun terakhir, menggunakan berbagai taktik cerdas untuk menipu target mereka. 

Di antara peretasan terbesarnya adalah peretasan Axie Infinity pada 2021, yang membuat pencuri kripto Korea Utara menghasilkan USD 600 juta atau setara Rp 8,9 triliun dari para pemain game hewan peliharaan digital platform tersebut.

Dilansir dari Yahoo Finance, Selasa (13/6/2023), The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan pada Minggu peretasan dilakukan oleh seseorang yang menyamar sebagai perekrut, yang menghubungi seorang karyawan dari induk Axie Infinity, Sky Mavis. 

Peretas membagikan dokumen dengan calon rekrutan, yang berisi malware yang memungkinkan akses ke komputer kandidat.

Kripto yang Dicuri untuk Pendanaan Program Rudal

Skema ini hanyalah salah satu contoh bagaimana Korea Utara menjadi lebih canggih dalam cara menargetkan dan mengeksekusi peretasan ini, yang membantu mendanai program senjata nuklir dan rudal balistiknya. Menurut WSJ, kripto yang dicuri menyumbang 50 persen dari pendanaan untuk program rudal negara itu.

Para peretas dalam beberapa tahun terakhir juga menyamar sebagai karyawan IT dan pejabat pemerintah. Mereka menyamar sebagai pengembang blockchain Jepang dan pekerja TI Kanada, yang mewakili apa yang disebut sebagai "tenaga kerja bayangan" yang terkadang dapat membayar orang hingga USD 300.000 atau setara Rp 4,4 miliar setahun.

Dalam beberapa kasus, para peretas bahkan akan mencoba untuk dipekerjakan oleh perusahaan yang mereka targetkan, menggunakan orang Barat untuk mengikuti wawancara. Setelah dipekerjakan, mereka akan membuat perubahan kecil pada produk yang memungkinkan mereka untuk diretas.

Secara keseluruhan, peretasan Korea Utara semakin maju, dan penipuan mereka semakin sulit dideteksi, dengan satu sumber mengatakan kepada Journal bahwa perusahaan terkunci dalam "perlombaan senjata" dengan para penjahat.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Peretas Korea Utara Diduga Jadi Dalang Peretasan di Platform Kripto Atomic Wallet

Ilustrasi Kripto atau Crypto. Foto: Unsplash/Traxer
Ilustrasi Kripto atau Crypto. Foto: Unsplash/Traxer

Sebelumnya, perusahaan analitik blockchain, Elliptic mengungkapkan peretas yang didukung negara Korea Utara kemungkinan berada di balik peretasan baru-baru ini di Atomic Wallet, yang mengakibatkan kerugian jutaan dolar.

Atomic Wallet yang berbasis di Estonia adalah dompet kripto terdesentralisasi non-penahanan, yang berarti pengguna bertanggung jawab atas aset yang mereka simpan. 

 Perusahaan, yang mendukung lebih dari 500 koin dan token, termasuk Bitcoin dan Ethereum, mengklaim lebih dari lima juta pengguna perangkat lunaknya di seluruh dunia.

Atomic Wallet mengonfirmasi pada 3 Juni mereka telah menerima laporan tentang dompet yang disusupi dan telah mulai menyelidiki masalah tersebut. Pembaruan yang diposting pada 5 Juni mengatakan kurang dari 1 persen pengguna bulanannya  diperkirakan sekitar 50.000 orang  terpengaruh oleh peretasan. 

Elliptic menilai dengan “tingkat kepercayaan yang tinggi” peretas yang didukung Korea Utara yang dikenal sebagai Grup Lazarus berada di balik peretasan Dompet Atom. 

“Pencucian aset kripto yang dicuri mengikuti serangkaian langkah yang persis sama dengan yang digunakan untuk mencuci hasil peretasan masa lalu yang dilakukan oleh Lazarus Group,” kata Elliptic, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (9/6/2023).

 


Cuci Aset

Elliptic juga menemukan para peretas mencuci aset yang dicuri melalui Sinbad, pencampur kripto yang memungkinkan pemilik untuk menyembunyikan sumber dana kripto mereka. 

Elliptic mengatakan Sinbad, yang diyakini sebagai perubahan merek dari mixer Blender.io yang disetujui, sebelumnya digunakan untuk mencuci hasil peretasan masa lalu yang dilakukan oleh Grup Lazarus.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya