Liputan6.com, Jakarta Platform pertukaran kripto Nigeria Patricia dilaporkan telah mengumpulkan sejumlah modal yang dirahasiakan untuk mendanai rencana penggantian biaya bagi pengguna yang terkena dampak peretasan pada Mei.
Peningkatan modal yang dilaporkan oleh bursa kripto terjadi hanya beberapa minggu setelah secara sepihak mengubah dana pengguna menjadi token stablecoin yang dikenal sebagai token patricia.
Baca Juga
Bursa kripto Patricia kehilangan aset digital senilai sekitar USD 2 juta atau setara Rp 30,9 miliar (asumsi kurs Rp 15.493 per dolar AS) setelah peretas membobol platform kripto.
Advertisement
Saat itu, tim Patricia mengatakan hanya aset BTC dan naira yang disusupi. Tim juga mengklaim pembekuan penarikan berikutnya dimaksudkan untuk memberikan waktu pertukaran kripto untuk meningkatkan platform perdagangannya.
Namun, meskipun pernyataan terbaru dan masa lalu Patricia meyakinkan pelanggan yang terkena dampak, sebuah laporan dari Techcabal menunjukkan pengguna semakin tidak sabar.
Untuk meredakan frustasi pelanggan, CEO perusahaan Hanu Fejiro dilaporkan memberi tahu pengguna Patricia telah mendapatkan dana untuk memulai proses penggantian.
“Kami telah mengumpulkan uang dan kami telah bekerja sangat keras untuk mengembalikan uang tersebut kepada Anda. Saat kami meluncurkan aplikasinya, pelanggan pertama akan bisa mendapatkan uangnya kembali dengan segera dan penuh,” kata Fejiro dikutip dari Bitcoin.com, Sabtu (7/10/2023).
Namun, kegagalan CEO untuk memberikan tanggal pasti kapan pelanggan yang terkena dampak akan mendapatkan pengembalian dana dilaporkan membuat pengguna gusar. Sebagai konsekuensinya, beberapa pengguna telah mengusulkan untuk melakukan protes terhadap bursa tersebut sementara yang lain dilaporkan sekarang mempertimbangkan kemungkinan untuk menuntut Patricia.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.