Belajar Bahasa Isyarat Sebelum Manggung, Yura Yunita Ambil Hati Penggemar Tuli

Penyanyi Yura Yunita kembali menarik perhatian para penggemarnya setelah melakukan pertunjukkan inklusif.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Des 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 14 Des 2022, 18:00 WIB
Yura Yunita
Belajar Bahasa Isyarat Sebelum Manggung, Yura Yunita Kembali Ambil Hati Penggemar Tuli. Foto: Tangkapan layar Instagram yurayunita.

Liputan6.com, Jakarta Penyanyi Yura Yunita kembali menarik perhatian para penggemarnya setelah melakukan pertunjukkan inklusif.

Di festival musik yang digelar pada Sabtu 10 Desember 2022, penyanyi berdarah Sunda ini menyapa penonton dengan bahasa isyarat setelah mengetahui beberapa penonton adalah penyandang Tuli.

Melalui video singkat di akun Instagramnya, Yura memperlihatkan proses belajar bahasa isyarat agar bisa menyapa penonton.

"Dapat kabar kalau di acara hari ini (Sabtu 10 Desember) akan ada banyak teman Tuli yang datang,” kata Yura dalam video singkat yang dibagikan di Instagram centang biru miliknya.

 

 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by Yura Yunita (@yurayunita)

Video tersebut pun memperlihatkan proses Yura belajar bahasa isyarat beberapa saat sebelum manggung. Tepatnya saat wajahnya dirias. Di depan cermin meja rias, ia mempraktikkan beberapa gerakan bahasa isyarat sederhana.

“Aku belajar bahasa isyarat, tidak banyak tapi aku ingin tetap bisa berinteraksi dengan semua teman Tuli yang datang.”

Di panggung, pelantun lagu Dunia Tipu-Tipu mempraktikkan hasil belajarnya. Ia memperkenalkan namanya serta nama panggilannya dengan menggunakan bahasa isyarat di depan para penonton.

Para penonton pun menyambut dengan meriah terutama para penyandang Tuli. Mereka pun terlihat gembira dan sangat menikmati penampilan Yura sambil bernyanyi menggunakan bahasa isyarat.

“Senang rasanya semua yang hadir bisa bersenang-senang, termasuk teman-teman Tuli yang datang, mereka bisa bernyanyi bersama dalam sunyi dengan bahasa isyarat,” katanya.

Mengundang JBI

Acara musik tersebut semakin inklusif karena mengundang juru bahasa isyarat (JBI). Para JBI menginterpretasikan setiap lirik dalam gerakan bahasa isyarat dengan ekspresi dan gerak tubuh yang enerjik.

“Hatiku rasanya penuh sekali setelah acara kemarin. Melihat teman-teman Tuli yang datang bisa ikut menikmati acaranya dan bernyanyi bersama dibantu juru bahasa isyarat yang menerjemahkan lagu-lagu yang aku bawakan kemarin.”

Yura pun berharap, ke depannya akan lebih banyak acara-acara inklusif seperti ini.

“Semoga ke depannya semakin banyak acara inklusif seperti ini ya, karena musik sebaiknya bisa dinikmati semua orang tanpa terkecuali,” ujarnya.

Unggahan Yura pun mendapat berbagai komentar positif dari warganet.

“Luar biasa teh Yura, selalu tebar cinta dan semangat teh,” kata seorang netizen.

“Setiap konser selalu dari hati dan sampai ke hati,” kata warganet lainnya.

Dari sekian komentar, ada salah satu komentar yang datang dari ibu dengan anak Tuli.

“Terharu, karena anak saya juga tunarungu, tanggal 3 Desember tempo hari adalah hari disabilitas internasional,” katanya.

Merakit

Ini bukan kali pertama penyanyi kelahiran 9 Juni 1991 itu mengadakan pertunjukkan yang inklusif. Beberapa tahun lalu, yakni pada 2019, ia juga sempat merilis lagu bertajuk Merakit.

Lagu ini bercerita tentang dorongan positif bagi setiap orang termasuk penyandang disabilitas.

Lagu ini pun dibawakan dalam pertunjukan perkusi yang dipersembahkan kawan-kawan Tuli dan Yura Yunita dalam acara ‘Merakit Ruang Kolaborasi’, Minggu 15 Desember 2019.  

Ini ternyata merupakan ide dari salah satu penyandang Tuli bernama Galuh. Perempuan yang sering disapa Bunda oleh Yura ini memiliki mimpi untuk bermain musik sejak puluhan tahun lalu.

“Sebenarnya ini mimpi saya sejak lama. Selama puluhan tahun belum pernah merasakan bermain musik dan menikmati orang bernyanyi. Ini adalah tahun terbaik untuk saya karena ketemu lagu Merakit, lagu paling inklusif di Indonesia, semua orang bisa menikmatinya,” kata Galuh melalui juru bahasa isyarat di Jakarta Selatan.

Setara Lewat Musik

Galuh juga berterima kasih kepada Yura yang menurutnya telah berhasil membuat orang-orang dengan disabilitas merasa setara dan bisa menikmati musik.

Dengan acara ini, Galuh juga ingin menunjukkan bahwa bahasa isyarat itu mudah dan memiliki tataran sastra dan kedalaman jiwanya sendiri.

Penampilan perkusi ini diikuti oleh sekitar 25 penyandang tuli yang melingkar di bawah panggung. Setiap hentakan diberi instruksi oleh seorang instruktur musik dari Touch and Play. Lagu yang dibawakan adalah lagu Merakit dari Yura Yunita.

Yura mengungkapkan pelajaran yang ia dapat dari kolaborasi ini. Ia menyebut, ternyata bahasa isyarat juga ada bahasa seninya bukan hanya bahasa sehari-hari. Ia juga berharap, ke depannya semua orang dapat lebih ramah terhadap penyandang disabilitas.

“Jangan menghindar, emang biasanya kita takut salah kalau ingin memulai obrolan dengan teman tuli padahal mereka juga bisa se-casual itu, mulai lah buka komunikasi,” kata Yura.

Yura juga berkisah, lagu ‘Merakit’ ini terinspirasi dari seorang gadis tuna netra bernama Delia. Bahkan, Delia tampil dalam video klip lagu Merakit dan ikut serta memeriahkan acara dengan menyanyikan beberapa lagu.

“Tuhan mempertemukan aku dengan Delia saat aku di titik terendah. Ternyata jika kita membuka hati, banyak hal untuk kita pelajari. Kayaknya kalau aku gak ketemu Delia mungkin gak ada lagu dan album ‘Merakit’ ini,” kata Yura.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya