Liputan6.com, Jakarta Para penyandang disabilitas turut meramaikan perayaan Haul ke-15 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada Sabtu 21 Desember 2024.
Peringatan wafatnya Gus Dur digelar di Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta Selatan. Dalam acara ini, penyandang disabilitas mendapatkan kesempatan untuk ikut andil.
Advertisement
Baca Juga
Yenny Wahid: Gus Azmi hingga Pramono Anung Siap Hadiri Haul Gus Dur di Ciganjur Hari Ini
Kisah Bocah Hiperaktif Bertemu Gus Dur, Orangtuanya Baru Sadar IQ Anaknya Tinggi
Top 3 Islami: Penjelasan Gus Baha Kenapa Al-Qur'an Dimulai dari Huruf Ba', Kisah Perempuan yang Bikin Takjub Syaikh Abdul Qadir al-Jilani
Ada pembacaan ayat suci Al-Quran oleh penyandang disabilitas netra dari Jombang, Jawa Timur yakni Sofyan Jauharuddin Hasan. Selain itu, penampilan tarian tradisional khas Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta atau Betawi yakni tari ronggeng blantek dibawakan oleh anak-anak disabilitas dari Yayasan Disabilitas Produktif dan Mandiri (Disproman) Bekasi, Jawa Barat.
Advertisement
Salah satu penyandang disabilitas daksa yang berasal dari Yayasan Disporman, Fitria Sindy Arieska (32) menyampaikan rasa bersyukur telah diberikan ruang dan tempat kepada disabilitas untuk menghadiri dan mengikuti acara Haul Presiden Ke-4 Republik Indonesia.
"Saya sangat happy banget dapat hadir dalam acara Haul Gus Dur ini. Saya happy suatu kehormatan diberikan tempat untuk saya dan teman-teman hadir dan menyaksikan acara dengan aman," ujarnya mengutip NU Online, Senin (23/12/2024).
"Kami dari Disporman menghadiri Haul Gus Dur dengan membawa rombongan dua bus atau ya kira-kira 60 orang," tambahnya.
Sindy menikmati acara Haul Ke-15 Gus Dur yang ramah untuk penyandang disabilitas. Bahkan dalam acara tersebut, terdapat juru bicara bahasa isyarat bagi disabilitas rungu.
"Sangat seru, sangat menyenangkan. Saya merasa terhormat bisa hadir di acara ini, merasa tersanjung bisa mengikuti acara ini," ujar Sindy.
Gus Dur Punya Sikap yang Patut Dicontoh
Sindy juga mengungkapkan, sosok Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 1984-1999 itu memiliki keteladanan dan sikap yang patut dicontoh oleh masyarakat secara luas.
"Gus Dur sosok yang sangat baik, sosok yang patut ditiru, sifat, sikap, saya sangat senang dengan Gus Dur,” ucapnya.
Dengan berlangsungnya acara Haul Ke-15 Gus Dur, Sindy berharap banyak kegiatan yang memberikan ruang dan tempat untuk penyandang disabilitas dapat tampil dan hadir meramaikan.
"Saya berharap semoga ini bukan yang pertama kali dan khususnya ada acara seperti ini terus, melibatkan disabilitas agar lebih diperhatikan oleh pihak-pihak lain yang bersangkutan,” ucapnya.
Advertisement
Kisah Gus Dur dan Anak Hiperaktif
Gus Dur dikenal sebagai sosok yang istimewa dan sangat dihormati. Bahkan tak sedikit orang yang meyakini, Presiden ke-4 RI ini merupakan wali yang memilik banyak karomah.
Dikisahkan oleh KH. Nur Kholis, Pengasuh Pondok Pesantren At-Taqi, Jepara perihal karomah dan kedermawanan Gus Dur.
Ketika itu beliau mengunjungi Gus Dur. Sesaat kemudian tiba-tiba ada orang keturunan Tionghoa juga berkunjung kepadanya.
Tatkala mengunjungi Gus Dur, orang tersebut bersama dengan anaknya yang boleh dibilang sangat aktif atau hiperaktif. Saking aktifnya yang kelewat batas, apapun yang ada di depannya itu ditendang dan dilempar.
Dengan perasaan yang sangat malu orang keturunan Tionghoa itu berkata kepada Gus Dur, “Maafkan anak saya Gus, ia memiliki kelainan,” seperti mengutip Islami Liputan6.com.
Bukan Kelainan Melainkan Kecerdasan
Mendengar ucapan orang tersebut Gus Dur menanggapi bahwa anak tersebut bukannya memiliki kelainan, namun justru anak tersebut memiliki kecerdasan atau IQ yang tinggi.
Gus Dur pun menyarankan agar anak tersebut disekolahkan di luar negeri yakni Amerika. Sebab di sana ada sekolah untuk anak-anak spesial seperti anak tersebut.
“Bukan kelainan itu, tapi kecerdasan anakmu di atas rata-rata,” timpal Gus Dur.
“Sebaiknya, anakmu disekolahkan ke Amerika, di sana ada sekolahan khusus untuk menampung anak-anak dengan IQ tinggi,” imbuhnya.
Setelah dirasa cukup, orang keturunan Tionghoa itu berpamitan dan memberikan segepok uang dalam kantong sebagai tanda terima kasih atas sarannya yang menggembirakan itu.
Selang beberapa saat, datanglah seorang kiai kepadanya. Kiai itu bercerita sedang membangun pondok pesantren dan membutuhkan uluran tangan para dermawan.
Tanpa berpikir panjang Gus Dur langsung mengambil segepok uang tersebut. Lantas beliau memberikan semua uang tadi kepada kiai tersebut.
Advertisement