Olanye Eko TjandraTunjukkan Kecintaan Indonesia di Panggung

Eko dan Tjandra adalah nama dibalik label fesyen Olanye. Berikut ini adalah kisah berdirinya Olanye dan pandangannya tentang busana etnik.

oleh Bio In God Bless diperbarui 01 Okt 2014, 19:35 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2014, 19:35 WIB
Olanye by Eko Tjandra 0914 5

Liputan6.com, Jakarta Hudson, Vicky Shu, Melly Goeslaw, Mulan Jameela, Krisdayanti, Vina Panduwinata, Ayu Ting-ting, Sazkia Gothic, Asti Ananta, dan masih banyak lagi. Sederet nama selebriti itu pernah memakai koleksi label fesyen Olanye saat beraksi di panggung.

“Keberhasilan konser ku tergantung dari opening. Kalau openingnya sukses, ke belakangnya akan aman,” Ucap Eko menirukan perkataan Melly Goeslaw saat dulu mempercayakan kostum panggung pada dirinya.

Eko yang kala diwawancara Liputan6.com, Selasa (30/9/2014), duduk disamping partner profesionalnya, Tjandra, berkisah tentang pengalaman membuat kostum untuk musisi sekelas Melly Goeslaw. Menurutnya hal itu memberi pressure yang cukup kuat.

“Tema kostumnya saat itu adalah Queen of Soundtrack dan teh Melly ingin busananya ada pernak-pernik yang berkaitan dengan film, seperti roll film,” sambung Eko. Eko dan Tjandra adalah 2 sosok dibalik label fesyen Olanye. Hadir dengan tampilan yang bersahaja, duo ini juga bercerita tentang terbentuknya Olanye.

Kedua pria ini mulanya adalah teman di lomba tarik suara TVRI. Pertemanan yang dimulai sejak 8 tahun lalu itu kemudian berkembang ke arah bisnis fesyen karena baik Eko maupun Tjandra punya ketertarikan pada dunia fesyen. Dalam kolaborasi profesional di Olanye, Eko berperan sebagai desainer koleksi sedangkan Tjandra bertugas dalam hal marketing.

Label Olanye didirikan pada tahun 2009. Nama ini diambil karena keduanya suka dengan warna oranye. Dengan tujuan membuat label bernama catchy, munculah transformasi kata `Oranye` menjadi `Olanye. Walau Olanye banyak membuat kostum-kostum panggung, label ini juga menjual jenis-jenis pakaian lain, mulai dari ready-to-wear hingga cocktail dress.

Eko dan Kostum-kostumnya

Eko dan Kostum-kostumnya

Eko, sang desainer Olanye, mengaku sudah suka dengan fesyen sejak lama. “Saat SMA saya diminta mengajari teman soal komputer. Waktu di rumah teman untuk mengajarkannya komputer, saya melihat ibu teman saya sedang menjahit. Ibu teman saya itu kemudian menawarkan saya untuk belajar jahit padanya,” kisah Eko tentang titik awalnya memasuki dunia desain fesyen.

Pria asal Bojonegoro itu semakin serius untuk menggeluti dunia fesyen sejak dirinya hijrah ke Jakarta. Eko dan Tjandra mendirikan Olanye pada awalnya bukan dikhususkan untuk kostum panggung, melainkan cocktail dress. Semua berubah sejak kostum panggung Olanye dipakai oleh Hudson yang saat itu menjadi peserta kontes Indonesia Mencari Bakat.

Masuknya rancangan kostum panggung Olanye ke dunia entertaintment kemudian menghantarkan Eko dan Tjandra pada ketertarikan spesial pada bidang kostum panggung. Eko mengaku jadi semakin tertarik untuk membuat kostum-kostum panggung yang lebih unik. “Saat mendesain kostum yang berkarakter rasanya bahagia sekali. Saya memang lebih suka sesuatu yang dekoratif,” ucap desainer yang merasa tak cukup puas bila mengerjakan busana ready-to-wear.

Demikianlah akhirnya Olanye fokus untuk menggarap desain kostum-kostum panggung para selebiriti meski juga tak meninggalkan klien-klien lain yang mencari busana ready-to-wear atau cocktail dress di label ini. Dijelaskan Eko dan Tjandra bahwa lama pengerjaan kostum panggung bervariasi sesuai dengan tingkat kerumitan. Rata-rata kostum panggung dapat diselesaikannya dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu. Kostum-kostum panggung itu dibuat handmade.

Kecintaan pada Warisan Budaya Tradisional Indonesia

Kecintaan pada Warisan Budaya Tradisional Indonesia

Eko adalah salah satu desainer Indonesia yang punya kecintaan mendalam pada warisan budaya tradisional Indonesia. Oleh karenanya, Anda akan melihat rancangan-rancangannya yang bernuansa etnik dan memakai kain-kain tradisional.

Strapless gown warna emas dengan bolero putih terbuat dari kain batik prada tampak sangat glam dan memukau. Tambahan pula dengan fur putih yang melengkapi gaun itu. Busana yang ditunjukkan apad Liputan6.com itu tampak sangat cocok bila dikenakan pada ajang bergengsi sekelas Academy Awards atau disebut juga Penganugrahan Piala Oscar.

Siapa sangka bahwa kain batik yang glam dan cantik itu dibeli Eko di pasar tradisional di Jawa Tengah. “Negara Indonesia kaya dengan budaya tradisional. Jika produk-produk budaya tradisional itu diolah dengan baik makan akan dihasilkan sesuatu yang sangat luar biasa,” jelas Eko yang berharap Olanye dapat semakin maju dan semakin berkembang.

“Yang ingin kami tunjukkan adalah bahwa sesuatu yang biasa dapat diolah menjadi luar biasa Saat ada yang melihat dan memuji rancangan Olanye, kami kasih tahu bahwa bahan baju itu dibeli dari pasar tradisional. Mereka terkejut secara positif dan jadi sadar bahwa rancangan yang bagus itu bukan hanya ditentukan oleh bahan yang bagus tapi juga desain yang membuat bahan apapun jadi spesial. Bahan yang terjangkau bila didesain dengan baik dapat menjadi sesuatu yang valuable” pungkas Eko.

Dalam mengolah kain-kain tradisional Indonesia, Eko paham betul adanya kain-kain yang tak boleh dipotong karena punya kesakralan tersendiri di budaya aslinya. Oleh karena itu, saat membeli kain-kain tradisional, ia akan bertanya pada pedagangnya tentang boleh atau tidaknya kain itu digunting.

Masyarakat Indonesia dan Busana Etnik

Masyarakat Indonesia dan busana Etnik

Selain dikenakan oleh para selebriti, rancangan-rancangan Olanye juga kerap dipakai oleh kontestan Indonesia dalam berbagai ajang international pageant, sebut saja Miss Scuba International, Miss Tourism International, Miss Grand International, dan masih banyak lagi. Seperti rancangan-rancangan Olanye lain, baju-baju yang dipakai kontestan Indonesia untuk acara-acara tersebut juga memiliki unsur tradisional.

Bicara tentang penggunaan busana-busana nuansa etnik di Indonesia, Eko dan Tjandra melihat bahwa kini semakin banyak masyarakat yang menggunakan baju-baju dengan sentuhan etnik. “Saat ini lebih banyak masyarakat Indonesia yang pakai busana bernuansa etnik. Kalau dulu lebih banyak batik tapi sekarang sudah merambah ke kain-kain daerah lain, seperti tenun NTT, kain bali, songket, dan lainnya,” ucap Tjandra.

Mengenai warisan budaya tradisional Indonesia ini, Eko mengatakan “Jangan sampai kain-kain tradisional Indonesia dilupakan. Kita perlu lebih perhatian dan berbangga dengan warisan budaya tradisional Indonesia”. Tentang pemakaian busana bernuansa etnik, Eko memberi beberapa tips.

Menurutnya hal yang perlu diperhatikan dalam mengenakan busana-busana bersentuhan etnik adalah kesesuian busana dengan jenis acara. Selain kesesuaian budana dan acara, seseorang juga perlu memperhatikan kesesuaian busana dengan bentuk tubuh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya