Inovasi Fashion Ramah Lingkungan ala Merdi Sihombing

Untuk pertama kalinya perancang busana Indonesia secara tunggal menciptakan koleksi fesyen yang ramah lingkungan.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Agu 2016, 15:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2016, 15:00 WIB
Merdi Sihombing Book Launching 0814 6
Untuk pertama kalinya perancang busana Indonesia secara tunggal menciptakan koleksi fesyen yang ramah lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta Melalui peluncuran koleksi terbarunya di Grand Indonesia pada 26 Agustus 2016, Merdi Sihombing ikut terlibat dalam mendukung program pembangunan inklusif dan ramah lingkungan. Untuk pertama kalinya perancang busana Indonesia secara tunggal menciptakan koleksi fashion yang ramah lingkungan menurut standar tekstil internasional.

Dalam koleksi terbarunya kali ini, semua busana yang dibuat diproses dengan menggunakan cara-cara yang berkelanjutan, zat warna alami, bubuk pewarna ramah lingkungan, ekstrak cairan, dan serat organik.

Berkolaborasi dengan para penenun perempuan yang berasal dari 9 provinsi di Indonesia Merdi Sihombing menciptakan koleksi busana tenun yang berasal dari berbagai daerah etnik di Indonesia, seperti Samosir, Lombok, Sintang, Padang dan masih banyak lagi.

Tas, topi, gelang, ikat kepala dan berbagai jenis aksesori ramah lingkungan lainnya juga turut dirancang untuk pria maupu wanita. Tak hanya itu, motifnya pun sangat menarik dan mencirikan budaya khas Indonesia.

“Koleksi ramah lingkungan ini merupakan langkah besar terhadap apa yang selalu ingin saya raih bersama dengan penenun. Membuktikan bahwa aneka tekstil tenun tangan tradisional yang tidak berbahaya untuk lingkungan hidup layank di promosikan sebagai produk fesyen berkualitas serta bernilai jual kompetitif.” jelas Merdi.

Memiliki tujuan yang sama dengan Merdi, Sekretaris Eksekutif Nasional Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil, Mia Ariyana mengatakan bahwa industri fashion ramah lingkungan saat ini masih didominasi oleh pengusaha kecil di daerah-daerah miskin.

“Para penenun kebanyakan adalah para perempuan kurang mampu yang merupakan anggota kelompok etnik di daerah, yang melestarikan pengetahuan tradisionalnya pada teknik produksi yang berkelanjutan.” Mia Ariyana menjelaskan.

Perlu diketahui proyek ini juga mendapat dukungan dari pemerintah Indonesia dan Filipina karena selaras dengan upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SGDs).


(Dearni Grasia)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya