Liputan6.com, Jakarta Hidup tidak selalu mudah di Tepi Barat. Apalagi dengan suasana yang tidak selalu mendukung untuk penciptaan karya-karya seni. Namun bagi segelintir orang, kesusahan itu bukanlah penghalang untuk berkarya.
Buktinya, ada saja perancang busana di Tepi Barat yang berhasil menggelar peragaan busana di tengah-tengah hiruk-pikuk politik dan keamanan bahkan perang di Tepi Barat.
Berikut ini ulasan dari www.aol.com pada 4 Mei 2014 mengenai peragaan busana tersebut:
Advertisement
Kota Ramallah di Tepi Barat tidak dikenal secara internasional dalam urusan busana (fashion), namun penyelenggara acara mengharapkan agar Palestinian Fashion Week mampu lebih menyedot perhatian untuk para perancang setempat.
Pertunjukan 3 hari ini, yang berakhir Sabtu 3 Mei lalu, menggelar para model melenggak-lenggok di atas catwalk dalam satu-satunya pertunjukan peragaan busana utama di wilayah Palestina. Pakaian mereka termasuk busana-busana pendek dan gaun konservatif lengkap dengan kerudung.
Koleksi ini mempertunjukkan percampuran sulaman tradisional Palestina dengan rancangan-rancangan masa kini. Suatu karya cipta perancang Yordania-Palestina, yaitu Intisar Abdo, menempatkan seni tulisan (kaligrafi) Arab di atas bahan chiffon sehingga menjadi gaun malam yang amat memukau.
Perancang Fayzeh Pearl mempertunjukkan rancangan-rancangan yang lebih tradisional, semisal gaun-gaun pernikahan berpayet dan pakaian resmi aneka warna.
Pelaksana acara ini, Tamer Halabi, berujar pertunjukan ini juga untuk menunjukkan "Ada orang Palestina."