Liputan6.com, Karachi Seorang agen FBI ditahan dengan tuduhan anti-terorisme di Pakistan setelah pihak yang berwenang menemukan amunisi dalam tasnya selagi ia menaiki pesawat di Karachi. Ia kedapatan memiliki 15 butir peluru dan 1 magasin untuk pistol 9mm.
Demikian pernyataan pejabat Pakistan dan Amerika Serikat sebagaimana dimuat dalam Washington Post, Rabu (7/5/2014). Agen itu ditahan oleh polisi bandara Karachi pada Senin 5 Mei sekitar pukul 16.00 waktu setempat, ketika ia sedang akan menaiki penerbangan Pakistan International Airlines ke Islamabad.
Pada Selasa 6 Mei, ia hadir di pengadilan dengan dakwaan telah melanggar peraturan anti-terorisme setempat yang melarang seseorang membawa senjata atau amunisi dalam penerbangan komersil. Sang hakim memerintahkan agen itu ditahan setidaknya hingga Sabtu 10 Mei supaya pihak keamanan yang berwenang dapat mendalami peristiwa ini.
Advertisement
Penangkapan warga Amerika Serikat (AS) ini menjadi berita di seluruh Pakistan. Stasiun televisi setempat menyiarkan rekaman sang agen sedang duduk dalam sel penjara di Karachi, kota terbesar di Pakistan.
Tanggapan AS
Para pejabat AS di Washington membenarkan penahanan agen itu. Dia bertugas di Kantor Wilayah FBI di Miami, Florida, dan sedang berada di Pakistan untuk tugas sementara. Mereka meminta agar nama sang agen dirahasiakan, mengingat pekanya keadaan ini.
Seorang pejabat AS yang mengetahui tentang kasus ini mengatakan agen itu tidak sedang bersenjata dan sepertinya lupa tentang magasin yang terisi peluru dalam tasnya. "Agen itu berada di Pakistan dalam upaya antar-lembaga untuk membantu Pakistan menyidik kasus korupsi," demikian ujar pejabat tersebut.
Melalui telepon, ayah sang agen menceritakan bahwa putranya dijadwalkan untuk berada di Pakistan selama 3 bulan untuk 'pekerjaan kantoran' dengan suatu badan 'yang bukan sejenis FBI'.
Seorang juru bicara FBI di Miami mengarahkan segala pertanyaan tentang penangkapan ini kepada Departemen Luar Negeri AS. Juru bicara Kedutaan Besar AS di Islamabad Meghan Gregonis mengatakan pihak berwenang AS sedang menyelesaikan masalah itu.
"Kami sudah mendengar laporan-laporan. Kami bekerja sama erat dengan pihak berwenang Pakistan dalam hal ini," kata Gregonis.
Pejabat Departemen Luar Negeri optimistis masalah ini dapat diselesaikan dengan segera. Tapi juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan --yang tidak ingin disebut namanya karena masalah peka ini-- mengatakan pihak berwenang masih mengumpulkan informasi tentang tugas agen itu di Pakistan.
Sebetulnya lumrah bagi agen FBI untuk mendapatkan penugasan di luar negeri, dan sering kali mereka bekerja dari konsulat atau kedutaan besar AS.
Seorang mantan agen FBI yang acap kali bertugas di Pakistan mengatakan agen-agen diperbolehkan membawa senjata di sana. Tapi mereka tidak diizinkan membawa senjata ke dalam pesawat sipil.
Agen CIA
Dalam beberapa tahun belakangan ini ada sejumlah warga AS yang ditahan di Pakistan terkait dakwaan-dakwaan yang menciptakan ketegangan diplomatik antara kedua negara. Dalam suatu kasus yang tersohor, seorang tenaga kontrak untuk CIA ditahan selama hampir 2 bulan pada tahun 2011 dalam peristiwa pembunuhan 2 orang di Lahore.
Raymond A Davis yang menjadi bagian dari tim rahasia CIA yang beroperasi di sisi timur kota itu bersikeras ia melakukannya untuk mempertahankan diri karena 2 orang itu mencoba merampoknya.
Peristiwa ini mengundang protes dengan kekerasan di seluruh Pakistan dan mengganggu hubungan bilateral. Pada awalnya, Pakistan menolak permintaan dari para pejabat senior pemerintahan AS Barack Obama agar Davis diberikan kekebalan diplomatik. Tapi ia akhirnya dibebaskan setelah ada pengaturan ganti rugi kepada keluarga para korban.
Pada saat itu, sentimen anti-Amerika sedang merambah di Pakistan karena serangan-serangan pesawat tak berawak milik AS dan persengketaan tentang apakah pihak angkatan bersenjata Pakistan telah melakukan upaya yang cukup untuk memerangi terorisme. Namun demikian, para pejabat kedua belah pihak menekankan hubungan mereka sedang naik daun.
Senin 5 Mei lalu, pihak militer Pakistan mengumumkan militer AS telah diberikan izin tidak lazim untuk menggunakan ruang udara Pakistan, sehingga AS dapat mengangkut kendaraan-kendaraan dan pasokan lainnya secara aman dari Karachi ke Afghanistan.