Liputan6.com, Moskow - Rusia mengirimkan para 'kosmonot' tak biasa ke luar angkasa, bukan manusia, melainkan tokek-tokek yang ditempatkan di modul Foton-M4, lengkap dengan suplai air dan makanan untuk beberapa bulan.
Misi yang diemban 4 tokek betina dan 1 jantan adalah untuk hidup dan kawin di luar angkasa selama 2 bulan. Atas nama ilmu pengetahuan. Para ilmuwan ingin tahu apakah hewan-hewan tersebut bisa melakukan hubungan seksual dan bereproduksi.
Karena tugasnya itu, pasukan cicak besar tersebut populer dengan istilah 'sex geckos'
Namun, mereka tak bertahan hidup di luar Bumi. Badan Luar Angkasa Federal Rusia (Roscosmos) menyebut, tokek-tokek itu mati saat menjalankan tugas.
Firasat buruk sudah muncul sesaat setelah satelit Foton-M4 diluncurkan dari Kosmodrom Baikonur di Kazakhstan pada tanggal 19 Juli 2014 lalu. Pusat kendali misi Rusia di luar Moskow melaporkan bahwa mereka kehilangan komunikasi dengan pesawat luar angkasa itu.
Meskipun satelit itu masih utuh, Roscosmos tidak mampu mengontrolnya. Untungnya, pada tanggal 26 Juli lalu, dilaporkan, kendali atas pesawat tersebut berhasil dipulihkan. Misi dilanjutkan. Namun, tidak ada seorang pun yakin apa yang terjadi dengan tokek-tokek itu.
Pekan lalu, Roscosmos bahkan mengumumkan misi tersebut telah dirampungkan, hanya dalam waktu 44 hari. Tokek-tokek akan kembali ke Bumi.
Satelit mendarat di Orenburg, Rusia, Senin sore, 1 September 2014. Para ilmuwan yang membukanya, menjumpai adegan tragis. Para penjelajah angkasa sepanjang 12 cm itu, tak ada satupun yang bernyawa.
"Semua tokek sayangnya mati," demikian pernyataan Institute for Medical-Biological Problems, Russian Academy of Sciences, seperti Liputan6.com kutip dari News.com.au, Selasa (2/9/2014).
Kapan tepatnya tokek-tokek itu mati dan mengapa, akan ditentukan oleh para spesialis di Moskow.
Namun, sesama hewan penjelajah langit yang diangkut dalam misi yang sama, tim lalat Drosophila berhasil bereproduksi di luar Bumi. Demikian pernyataan tersebut.
Baca Juga
Seks di Luar Angkasa, Mungkinkah
Advertisement
Soal seks dan reproduksi di luar angkasa, penelitian University of New South Wales (NSW), Australia pada 2010 lalu mengingatkan bahwa bercinta di luar angkasa untuk manusia sungguh merupakan gagasan buruk.
Salah satunya, sel induk embrio akan berperilaku sangat berbeda di luar gravitasi Bumi.
Selain itu, mikrogravitasi yang dialami astronot di pesawat luar angkasa dan stasiun angkasa internasional dapat merusak tubuh dalam misi jangka panjang -- menghentikan pertumbuhan otot, melemahnya tulang, dan denyut jantung yang tidak teratur.
Menurut ilmuwan jaringan Universitas NSW, Helder Marcal, mokrogravitasi juga berpengaruh dengan pembelahan sel, kekebalan tubuh, sistem otot dan tulang, kadar kalsium dalam sel, dan motilitas sel.
Eksperimen simulasi mokrogravitasi menunjukkan hasil yang tak positif bagi perkembangan sel embrio.
Apa akibatnya jika nekat?
Ada risiko negatif yang bisa dialami embrio -- terhambatnya pematangan termasuk jantung, tulang, dan pembuluh darah. Pertumbuhan syaraf akan tertunda. Efek mikrogravitasi pada embrio mirip orang dewasa.
Tapi, jauh lebih merugikan. "Tubuh orang dewasa dapat beradaptasi dengan beberapa lingkungan mikrogravitasi," kata Marcal. Bagaimanapun, di masa depan, perkembangbiakan di luar angkasa tak bisa dihindari.
Ketika saat itu tiba, ilmuwan berharap bisa melakukan intervensi medis untuk melindungi embrio dan janin dari bahaya mikrogravitasi. Caranya, salah satunya dengan rekayasa genetika. Namun disadari, ini rumit karena terkait masalah etika dan moral. (Riz)