Presiden Israel Akui Bersalah atas Pembunuhan Massal Warga Arab

Warga Arab di Israel sering mengeluh diberlakukan sebagai warga negara kelas 2.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 27 Okt 2014, 08:21 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2014, 08:21 WIB
Presiden Israel Akui Bersalah atas Pembunuhan Massal Warga Arab
Warga Arab di Israel sering mengeluh diberlakukan sebagai warga negara kelas 2.

Liputan6.com, Jakarta - Untuk yang kali pertama, Presiden Israel menghadiri upacara peringatan Kafr Qassem, pembunuhan massal di sebuah kampung warga Arab di Israel pada tahun 1956. Ia adalah presiden Israel saat ini, Reuven Rivlin.

Dalam kesempatan tersebut, Reuven Rivlin mengakui bahwa aparat di bawah pemerintahan Israel saat itu bersalah telah melakukan pembunuhan terhadap warga Arab.

"Negara Israel mengakui terjadinya kejahatan di sini," kata Presiden Rivlin di monumen peringataan, Minggu 26 Oktober 2014 waktu setempat, yang dikutip dari BBC, Senin (27/10/2014).

Dia menyebutkan pembunuhan massal di kampung warga Arab Israel sebagai kejahatan yang mengerikan. Saat itu polisi perbatasan Israel melepas tembakan ke arah sekelompok orang yang baru pulang kerja, yang tidak mengetahui Israel memberlakukan jam malam bagi warga Arab.

Jam malam diberlakukan Israel karena ketegangan yang meningkat dengan Mesir pada masa awal Perang Israel-Mesir tahun 1956. Para polisi itu menurut Rivlin jelas bersalah melakukan pembunuhan namun banyak yang dibebaskan lebih cepat sebelum masa hukuman awalnya berakhir.

Menjadi presiden Juli tahun ini dengan menggantikan peraih Nobel Shimon Peres, Rivlin dikenal sebagai politisi beraliran nasionalis yang mendukung koeksistensi damai.

Warga Arab mencapai sekitar 20% dari total 8 juta jiwa warga Israel. Mereka adalah keturunan 160.000 warga Palestina yang bertahan saat negara Yahudi mencaplok wilayah mereka pada 1948. Namun mereka berbeda dengan warga Palestina di Tepi Barat serta Jalur Gaza, dan kini mereka adalah warga negara Israel.

Namun demikian, warga Arab di Israel sering mengeluh diberlakukan sebagai warga negara kelas 2 dan banyak umat Yahudi yang menganggap mereka bersimpati dengan musuh negara.

"Jujur, saya akui di kawasan penduduk Arab di Israel mengalami perlakuan diskriminasi dan banyak orang Arab di Israel diperlakukan secara rasis oleh kaum Yahudi," tandas Rivlin, seperti dimuat Haaretz.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya