Liputan6.com, Tripoli - Jet Angkatan Udara Libya melakukan serangan di pangkalan udara Maitiga di Tripoli, bandara terakhir ibukota Libya yang masih aktif digunakan. Serangan itu menghantam daerah dekat landasan pacu, tapi tak merusaknya. Namun beberapa rumah penduduk di dekatnya yang rusak.
Koalisi milisi yang mengontrol Tripoli menyebut serangan itu langkah provokatif, yang dilakukan oleh pasukan yang didukung asing.
"Penerbangan itu awalnya diarahkan ke Kota Misrata tetapi berlanjut di Maitiga," demikian lapor media setempat seperti dikutip dari BBC, Selasa (25/11/2014).
Maskapai telah menggunakan Maitiga, sebuah pangkalan udara militer, sejak Juli lalu ketika terjadi pertempuran yang menyebabkan kerusakan parah pada bandara internasional utama Tripoli. Kepala Angkatan Udara Libya, Jenderal Saqr al-Jarrushi mengatakan bahwa pasukannya berada di balik serangan udara tersebut.
Jenderal yang setia kepada mantan Jenderal Khalifa Haftar, yang pasukannya didukung oleh kekuatan militer dan udara Libya, telah memerangi gerilyawan di Libya timur.
Sementara itu, perdana menteri Libya di Tripoli (yang menyatakan pemerintahan sendiri), Omar al-Hassi mengatakan bahwa pemerintahnya terbuka untuk berdialog dengan rekan-rekan mereka. Tetapi sekarang akan mengejar kebijakan perang.
"Kami sekarang menghadapi musuh yang memiliki banyak senjata dan memiliki dukungan dari kekuatan regional dan mendapatkan pasokan senjata dan ahli," kata al-Hassi dalam menanggapi serangan.
Seorang komandan koalisi milisi Libya, Salah al-Berki menyerukan kaum revolusioner di Tripoli untuk mempertahankan semua posisi mereka di basis mereka. Pasukan yang setia kepada mantan jenderal Khalifa Haftar, juga terlihat bersiaga di Benghazi untuk memerangi kelompok-kelompok militan.
"Orang-orang yang mencoba mengacaukan Tripoli akan bertemu dengan 'tangan besi'," kata al-Berki sambil menambahkan bahwa pasukan mantan jenderal itu juga didukung oleh pemerintah asing.
Tripoli telah diambil alih oleh milisi dan kelompok Islam yang telah menyiapkan sebuah pemerintahan alternatif untuk parlemen terpilih, yang berbasis di kota pesisir Tobruk di Libya timur.
Faksi politik yang bersaing -- termasuk milisi yang telah menolak untuk membubarkan sejak penggulingan Moamar Khadafi pada tahun 2011 -- berjuang satu sama lain untuk menguasai Libya. (Mut)