Netanyahu: Negara Palestina Tak Akan Berdiri Selama Saya Berkuasa

Benjamin Netanyahu menjanjikan hal itu dalam rangka kampanye jelang pemilu Selasa 17 Maret 2015. Untuk mempertahankan kekuasaan.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 17 Mar 2015, 10:15 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2015, 10:15 WIB
Netanyahu Janji Terapkan Kebijakan Keras Cegah 'Serangan Teroris'
Pekan lalu, PM Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bisa menghancurkan rumah-rumah warga Palestina di Jerusalem.

Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu sedang berusaha mempertahankan kekuasaannya. Dalam rangka menarik dukungan para pemilih beraliran politik keras dalam pemilu yang akan digelar Selasa ini, ia mengucap janji: tak akan membiarkan negara Palestina berdiri selama ia berkuasa.

Tambahan dukungan sangat diperlukan kubu Netanyahu, sebab, berdasarkan jajak pendapat terakhir, partainya, Likud berada di belakang aliansi oposisi  kiri-tengah, Zionist Union atau Persatuan Zionis -- yang dalam kampanyenya berjanji untuk memperbaiki hubungan dengan Palestina dan masyarakat internasional, terutama Amerika Serikat. Juga memperkecil kesenjangan antara masyarakat yang kaya dan miskin.

Seperti dikutip dari BBC, Selasa (17/3/2015), tak ada pihak yang diperkirakan memenangkan lebih dari seperempat suara dalam jajak pendapat.

Netanyahu berdalih, menyerahkan tanah kepada rakyat Palestina akan berisiko membuat Israel lebih terbuka untuk diserang para militan. Demikian disampaikannya dalam wawancara video dengan wawancara video dengan situs NRG NEWS.

Saat ditanya apakah hal tersebut berarti negara Palestina tidak akan terbentuk jika dia terpilih, Netanyahu menjawab: "Memang benar."

Pada April tahun lalu, Netanyahu, meminta menteri-menterinya untuk menghentikan pertemuan tingkat tinggi dengan para mitranya dari Palestina.

Perintah itu, menurut para pejabat Israel, dikeluarkan menyusul 'pelanggaran Palestina atas komitmen-komitmen dalam perundingan damai'.

Palestina telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan 15 traktat dan konvensi PBB sebagai sebuah negara. Tindakan Netanyahu saat itu dianggap pukulan baru bagi proses perundingan damai yang ditengahi AS.

Takut Kalah

Netanyahu sebelumnya memprediksi, dia bisa saja kalah dalam pemilu. Ia mengaku yakin seluruh penentang Partai Likud pasti akan berusaha sekeras mungkin agar bisa mewujudkan ketakutannya itu.

"Ini sangat jauh dari keyakinan saya. Terdapat bahaya besar di depan," sebut Netanyahu kepada pendukungnya di Tel Aviv, seperti dikutip dari Reuters.

"Pemilu nanti merupakan perlombaan yang sangat ketat. Tak ada yang pasti karena ada upaya besar dari dunia untuk menumbangkan Partai Likud," sambung dia.

Karena menilai ancamannya sangat nyata, Netanyahu meminta pendukungnya satu suara dan satu tujuan. Yaitu mengalahkan saingan mereka, Partai Pekerja yang didukung Isaac Herzog dari Zionist Union.

Netanyahu menyebut, jika Herzog memerintah maka ada ancaman terhadap Negara Israel. Termasuk di antaranya rencana Herzog berunding kembali dengan Palestina serta membagi dua wilayah Yerusalem.

Menanggapi tudingan itu, Herzog  mengaku tidak terlalu memusingkan perkataan Netanyahu. "Semakin dekat pemilu, saya melihat tekanan ada pada pihak Netanyahu. Ia mencoba menyerang dari segala arah," ucap Herzog. (Ein/Tnt)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya