Liputan6.com, Jakarta - Selasa 24 Maret 2015 adalah hari kelabu bagi dunia penerbangan Eropa. Pesawat Germanwings Penerbangan 4U9525 hancur menabrak tebing di Prancis. Tak ada yang selamat, 150 orang di dalamnya tewas.
Penyelidikan masih terus dilakukan, namun, data-data sementara mengarah pada dugaan kopilot, Andreas Lubitz sengaja mengubah ketinggian pesawat secara drastis, yang akhirnya berujung celaka.
"Andreas Lubitz diduga mengunci diri di kokpit dan 'sengaja' menabrakkan pesawat dengan kecepatan penuh ke Pegunungan Alpen. Mengabaikan gedoran keras di pintu kokpit dari sang kapten, dan suara jeritan penumpang," demikian dugaan jaksa Marseille Brice Robin.
Baca Juga
Bukan kali ini saja. Dugaan bahwa penerbang, pilot maupun kopilot, bertanggung jawab atas kecelakaan pesawat juga pernah terjadi sebelumnya. Berikut daftarnya, yang Liputan6.com kutip dari situs Aviation Safety Network, Jumat (27/3/2015).
Balas Dendam ke Mantan Istri, 1976
Pada 26 September 1976, seorang pilot Rusia menerbangkan pesawat Aeroflot Antonov 2 tanpa izin, dan menabrakkan kapal terbang itu ke sebuah flat di Novosibirsk, di mana mantan istrinya tinggal.
Advertisement
Akibatnya fatal, pilot dan 11 penghuni flat tewas. Sang mantan istri tak ada dalam daftar korban.
Tak Terima Dipecat, 1979
Hari itu, 22 Agustus 1979, seorang mekanik berusia 23 tahun yang baru dipecat, memasuki sebuah hanggar di Bandara Internasional Eldorado, Bogota, Kolombia.
Ia lantas mencuri pesawat militer HS-748 (Hawker Siddeley HS 748), lalu menerbangkannya.
Laporan media kala itu menyebut, pelaku berniat menabrakkan pesawat ke rumah orangtuanya. Namun, beberapa menit mengudara, bahan bakar habis, burung besi itu lantas jatuh ke pemukiman penduduk.
Ulahnya makan korban jiwa, 4 orang tewas kala itu, termasuk si pelaku.
Pilot Mengalami Gangguan Jiwa
Pilot Mengalami Gangguan Jiwa, 1982
Pesawat McDonnell Douglas DC-8-61 dengan nomor penerbangan JA8061, yang dioperasikan maskapai Japan Air Lines (JAL) jatuh di perairan dangkal di Teluk Tokyo pada 9 Februari 1982. Burung besi tersebut terbang dari Fukuoka ke Tokyo.
Kecelakaan terjadi setelah kapten penerbang, Seiji Katagiri (35) mengganti sistem autopilot ke manual saat kapal terbang bersiap mendarat di Bandara Haneda. Namun, aksi pilot kemudian justru membuat pesawat tak bergerak semestinya.
Kopilot, Yoshifumi Ishikawa (33) dibantu teknisi penerbangan Yoshimi Ozaki (48) mencoba menguasai kendali, namun upayanya tak berhasil. Pesawat celaka dan jatuh di perairan dangkal, sekitar 300 meter dari landasan.
Akibatnya fatal, dari 166 penumpang dan awak, 24 di antaranya tewas.
Pilot Katagiri selamat, ia termasuk rombongan pertama yang dievakuasi dari lokasi kejadian. Pada petugas kala itu, ia mengaku sebagai pekerja kantoran, bukan kapten penerbang.
Belakangan diketahui, sang kapten mengalami gangguan mental. Ia pernah tak diizinkan terbang sejak November 1980 hingga November 1981 dengan alasan tersebut.
Pembajakan yang Gagal, 1994
Seorang pegawai FedEx yang terancam dipecat nekat duduk di kursi pilot dalam penerbangan ke San Jose.
Ia berniat membunuh para awak pesawat menggunakan martil, lalu menggunakan kapal terbang tersebut dalam serangan kamikaze ke kantor pusat FedEx di Memphis, Amerika Serikat.
Pergumulan pun terjadi. Dua awak berusaha membekuk pelaku, sementara kopilot berusaha tetap tenang dan mengendalikan pesawat. Untung, semua selamat, tak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut.
Bunuh Diri Teknisi Rusia, 1994
Seorang teknisi angkatan udara Rusia mencuri sebuah pesawat di Pangkalan Kubinka. Ia berniat bunuh diri.
Niatnya itu kesampaian, saat bahan bakar habis, pesawat pun jatuh dan menewaskannya.
Moroko, 1994
Pesawat ATR-42 A Penerbangan 630 milik Royal Air Maroc jatuh di Pengunungan Atlas, beberapa saat setelah lepas landas dari Agadir.
Sekitar 10 menit mengudara dan mencapai ketinggian 16.000 kaki, pesawat tiba-tiba menukik turun, dan jatuh di Douar Izounine, 32 km utara Agadir.
Kecelakaan diduga terjadi akibat kapten penerbang mematikan sistem autopilot, dan mengarahkan pesawat ke tanah. Akibatnya, 44 orang di dalam pesawat tewas. Namun persatuan pilot Moroko menentang kesimpulan tersebut.
Ada di antara korban tewas adalah Pangeran Kuwait dan istrinya.
Advertisement
'Bunuh Diri Pilot' di Sungai Musi Palembang, 1997
'Bunuh Diri Pilot' di Sungai Musi Palembang, 1997
Pada 19 Desember 1997, pesawat SilkAir MI185 jatuh ke Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Sebanyak 104 orang di dalamnya -- 97 penumpang dan 7 awak pesawat -- tewas.
Tak ada jasad yang berhasil ditemukan utuh. Penyebab kecelakaan juga masih menjadi misteri hingga saat ini.
SilkAir MI185 terbang dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura. Dari ketinggian 12.000 kaki atau 3.700 meter, pesawat jatuh menghujam, dalam posisi nyaris vertikal. Belum lagi membentur bumi, sejumlah bagian termasuk sebagian besar ekor mulai copot dari badan pesawat karena kekuatan yang ditimbulkan dari kecepatan yang mendekati supersonik. Beberapa detik kemudian, burung besi itu jatuh ke Sungai Musi.
Penyelidik AS menyimpulkan, diduga pilot bunuh diri. Indikasinya, ia diduga mematikan 2 alat perekam penerbangan, dan menjatuhkan pesawat, mungkin saat kopilot sedang keluar kokpit.
Pilot diketahui menderita kerugian besar di pasar saham di sekitar waktu terjadinya kecelakaan. Namun, dugaan bunuh diri dibantah oleh para peneliti Indonesia. (Baca juga: `Bunuh Diri` Pilot SilkAir MI185 di Sungai Musi Palembang 1997)
Botswana, 1999
Pilot Air Botswana yang tak diberi izin terbang dengan alasan medis, menerbangkan pesawat ATR-42 pada 11 Oktober 1999. Ia mengajukan sejumlah tuntutan lewat komunikasi radio dan menyatakan ia akan menjatuhkan pesawat.
Ancamannya terwujud. Ia menabrakkan pesawat yang ia kemudikan, ke 2 kapal terbang ATR-42 yang terparkir di Bandara Baborone, Botswana.
Celaka Diduga Ulah Kopilot, 1999
Pada 31 Oktober 1999, pesawat Boeing 767 Egypt Air Penerbangan 990 celaka 30 menit setelah lepas landas dari Bandara John F Kennedy, New York. Sebanyak 217 orang di dalam pesawat tewas.
Insiden di dekat Nantucket tersebut terjadi setelah kapten meninggalkan kokpit. Penyelidikan yang dilakukan mengarah pada dugaan kecelakaan disebabkan kesengajaan kopilot.
Kopilot diduga sengaja menerbangkan pesawat ke laut --meski pihak Mesir membantah dugaan itu.
Pilot yang Diburu Polisi, 2012
Seorang pilot komersial yang diburu aparat terkait kasus pembunuhan pacarnya pergi ke bandara Saint George Municipal Airport di Colorado Springs, Utah pada 17 Juli 2012.
Ia berniat menerbangkan sebuah pesawat milik Canadair Regional Jet. Saat mesin telah dinyalakan, seorang petugas keamanan memergoki aksinya itu.
Panik, pesawat sempat menabrak bangunan dan berakhir di lapangan parkir bandara. Pilot kemudian menembak dirinya sendiri. Ia bunuh diri di dalam pesawat.
Namibia 2013
Pada 29 November 2013, pesawat ERJ-190 maskapai LAM Penerbangan 470, menukik turun dalam penerbangan antara Maputo ke Luanda.
Burung besi tersebut jatuh di Namibia, 33 orang di dalamnya tewas. Hasil penyelidikan awal menunjukkan bahwa kecelakaan itu disengaja. Kapten diduga mengarahkan pesawat ke tanah, sesaat setelah kopilot meninggalkan kokpit.
Misteri MH370, 2014
Misteri MH370, 2014
Tragedi Malaysia Airlines MH370 menjadi misteri terbesar dalam sejarah penerbangan modern. Boeing 777-200 ER tersebut lenyap tanpa jejak pada Sabtu 8 Maret 2014 dalam penerbangan dari Kuala Lumpur ke Beijing, China.
Diasumsikan MH370 jatuh di Samudera Hindia, meski tak ada jasad dan puing pesawat yang ditemukan. Penyidik tak mengenyampingkan dugaan unsur kesengajaan dalam musibah tersebut.
Apalagi, fakta menyebut, transponder MH370 dan sistem pelaporan dan komunikasi (ACARS) dimatikan sesaat setelah pesawat lepas landas pukul 00.41 waktu Malaysia. Ada jeda 14 menit antara transmisi terakhir ACARS dan sinyal akhir dari transponder. Itu mengindikasikan, sistem tak rusak atau hancur dalam kondisi darurat yang mendadak.
Salah satu yang jadi fokus penyelidikan adalah sang pilot, Kapten Zaharie Ahmad Shah (53) yang disebut-sebut berpisah dengan istrinya dan kecewa berat dengan vonis bersalah yang dijatuhkan pengadilan banding Malaysia terhadap tokoh oposisi, Anwar Ibrahim. Ia juga diketahui punya simulator pesawat pribadi di rumahnya. Namun, pihak keluarga membantah tuduhan tersebut.
Germanwings, 2015
Pesawat Germanwings yang terbang dari Barcelona, Spanyol menuju Dusseldof, Jerman mengalami kecelakaan di Pegunungan Alpen, Prancis pada Selasa 24 Maret pagi sekitar pukul 10.30 waktu setempat. Seluruh penumpang yang berjumlah 150 orang, termasuk pilot dan awak pesawat, dinyatakan tewas.
Menurut Germanwing, pesawat itu terbang pada ketinggian 38.000 kaki -- jelajah ketinggian normal -- ketika tiba-tiba mulai kehilangan ketinggian dan menukik tajam selama 8 menit. Ketika pesawat itu berada pada 6.000 kaki, radar Prancis melaporkan kehilangan kontak. Penyelidikan masih terus dilakukan, namun dugaan unsur kesengajaan didukung sejumlah bukti. (Ein/Tnt)
Advertisement