Ikan Agresif Bisa Berjalan di Daratan 'Ancam' Australia

Anabas testudineus bisa bergerak di daratan dan bernafas dengan labirin (labyrinth organ).

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 03 Jun 2015, 13:17 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2015, 13:17 WIB
Climbing perch (Anabas testudineus)
Climbing perch (Anabas testudineus)

Liputan6.com, Brisbane - Para ilmuwan di Australia sedang mengawasi pergerakan ikan yang dijuluki climbing perch atau climbing gouramy (Anabas testudineus) yang mulai memasuki perairan Negeri Kanguru.

Eksistensi climbing perch telah ditemukan di perairan 2 pulau di Queensland, di Selat Torres: Boigu dan Saibai, yang dekat dengan Papua Nugini.

Dalam 30 sampai 40 tahun terakhir, spesies itu telah tersebar di seluruh Indonesia dan Papua Nugini.

Ikan tersebut dianggap ancaman bagi spesies lain di Australia. Anabas testudineus cenderung mengalahkan spesies asli di lingkungan baru dan punya daya tahan luar biasa. Bisa hibernasi dalam lumpur di sungai kering sampai 6 bulan.

Kemampuannya bergerak di darat dan mengambil oksigen langsung dari udara berkat organ labirin (labyrinth organ) yang dimilikinya. Dan, ia bergerak dengan menggunakan 2 tutup insangnya.

Hebatnya lagi, meski berstatus ikan air air tawar, ia bisa bertahan di air asin.

Climbing perch atau Anabas testudineus (ABC Australia)

Ikan yang juga dikenal sebagai betok, puyu, atau bethik tersebut juga dikenal agresif.

Ilmuwan James Cook University, Nathan Waltham  mengatakan, jika spesies itu sampai termakan oleh burung atau ikan lainnya, niscaya si pemangsa akan mati.

"Ikan itu punya insang tajam yang fleksibel, yang bisa terjebak di tenggorokan ikan dan burung, hingga membuat pemangsanya sekarat," kata Waltham seperti dikutip dari ABC Australia, Rabu (3/6/2015).

Ikan ini ditemukan di dua pulau kecil Australia pada akhir tahun 2005, sekitar tiga sampai empat mil selatan dari Papua Nugini.

Dr Waltham menambahkan, jika ikan itu tak merasa cocok di Selat Torres, spesies tersebut bisa saja mengincar wilayah lain, misalnya ke utara Australia. Ke pulau utama. 

Climbing perch atau Anabas testudineus (Telegraph)

"Saya berpendapat, kemungkinan ikan itu sampai ke Australia dengan berenang cukup rendah," kata Dr Nathan.

Direktur TropWater di James Cook University, Damien Burrows menduga, ikan tersebut menempuh perjalanan panjang ke Selat Torres, bukan dengan cara berenang, melainkan menumpang di dasar kapal nelayan. "Atau ketika ia dijadikan umpan oleh nelayan," kata dia.

Dr Burrows mengatakan jika ikan tidak dicegah masuk, maka pintu akan semakin terbuka bagi spesies asing masuk ke Australia. "Apalagi ada beberapa ikan eksotis cukup menjijikkan," kata dia.

Tim peneliti membantu mendidik nelayan dan warga Selat Torres untuk mengidentifikasi climbing perch dan membuangnya sebelum sampai ke daratan Australia. Untuk mencegah penyebarannya. (Ein/Sss)

 
 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya