Obama Pastikan Tak Lagi Mata-matai Prancis

Guna membicarakan lebih lanjut hal tersebut, intelijen Prancis pun akan mendatangi Gedung Putih.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 25 Jun 2015, 08:43 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2015, 08:43 WIB
Obama Pastikan Tak Lagi Memata-matai Prancis
Guna membicarakan lebih lanjut hal tersebut, intelijen Prancis pun akan mendatangi Gedung Putih.

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, meyakinkan rekannya, Francois Hollande, bahwa negaranya sudah tak lagi memata-matai Prancis. Obama berbicara kepada Hollande setelah muncul sejumlah laporan pada situs internet Wikileaks, bahwa Badan Keamanan Nasional AS (NSA) memata-matai beberapa presiden Prancis.

"Setelah pembicaraan telepon kedua pemimpin, kami menyatakan tak menargetkan dan tak akan menjadikan (komunikasi yang dilakukan Hollande) sebagai sasaran," demikian penjelasan Gedung Putih seperti dikutip dari BBC, Kamis (25/6/2015).

Guna membicarakan lebih lanjut hal tersebut, intelijen Prancis pun akan mendatangi Gedung Putih.

Setelah pembicaraan antara Obama-Hollande, orang nomor satu di AS itu berjanji akan menghentikan praktik spionase yang terjadi di masa lalu. Percakapan mereka memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip hubungan, antara sekutu terkait masalah intelijen.

Sebelumnya, Prancis memanggil duta besar Amerika Serikat di Paris terkait dengan dugaan AS memata-matai Presiden Prancis, Francois Hollande, dan 2 presiden pendahulunya. Hollande juga sudah melakukan 2 pertemuan darurat, yang pertama dengan para pejabat keamanan atas Perancis dan lain dengan legislator terkemuka -- terkait isu penyadapan tersebut.

Perdana Menteri (PM) Prancis, Manuel Valls, mendesak AS untuk segera memperbaiki "kerusakan" atas hubungannya dengan Prancis. Menteri Luar Negeri Laurent Fabius juga sudah memanggil Duta Besar Prancis untuk AS, Jane Hartley, guna membahas masalah tersebut.

Situs "peniup peluit" (whistleblower) WikiLeaks kembali membocorkan rahasia Amerika Serikat. Terkait kegiatan mata-mata Badan Keamanan Nasional atau National Security Agency (NSA) terhadap 3 Presiden Prancis pada kurun waktu 2006-2012: Jacques Chirac, Nicolas Sarkozy, dan Francois Hollande.

Dikutip dari BBC, Rabu 24 Juni, Wikileaks mengaku informasi tersebut didapat dari "Laporan intelijen rahasia dan dokumen teknis NSA."

Dokumen yang dibocorkan Wikileaks, yang berpotensi membuat tegang hubungan dua negara, memiliki judul "Espionnage Elysee"-- merujuk pada Palais de l'Elysee, kediaman resmi Presiden Prancis.

Situs tersebut menyebut, target spionase adalah 3 presiden Prancis, para menteri, dan duta besar negara itu untuk Amerika Serikat. (Tnt/Mut)

Baca juga:

Wikileaks Ungkap 'Rahasia AS' Soal Penyadapan 3 Presiden Prancis)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya