Studi: Ada Terlalu Banyak Studi

Sudah ada terlalu banyak studi dalam sains, dan perlu sebuah studi untuk membuktikannya.

oleh Indy Keningar diperbarui 10 Agu 2015, 11:00 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2015, 11:00 WIB
Studi: Ada Terlalu Banyak Studi
Sudah ada terlalu banyak studi dalam sains, dan perlu sebuah studi untuk membuktikannya.

Liputan6.com, Jakarta Apakah Anda butuh membaca judul artikel di atas lebih dari sekali?

Ya, saat ini dunia ilmiah sudah tenggelam dengan terlalu banyak studi, dan perlu studi terbaru untuk membuktikannya.

Dilansir dari Indepencent.co.uk, dalam makalah berjudul ‘Attention decay in science’ – Rusaknya perhatian dalam sains, tim dosen dari berbagai universitas di Finlandia dan California menyimpulkan bahwa pesatnya pertumbuhan makalah ilmiah menyulitkan ilmuwan untuk meng-update informasi seluruh publikasi yang relevan dengan kerja mereka.

“Akibatnya,” tulis makalah tersebut, “perhatian pada setiap makalah individual, yang diukur dari jumlah kutipan, akan berkurang dengan cepat.”

Berkembangnya era informasi membuat konten semakin membengkak, jumlahnya melemahkan pengaruh dan usia relevansi setiap bahan individual, entah itu dalam bentuk studi, opini, fakta, bahkan tweet.

Walau konten yang tidak bisa tetap relevan dalam waktu lama (memerlukan update terus menerus dalam waktu yang singkat) biasanya berkaitan dengan topik-topik subkultur seperti musik, film, TV, studi menunjukkan efek yang sama juga bisa berlaku pada penelitian ilmiah.

Dengan pertumbuhan karya tulis ilmiah yang eksponensial, tidak bisa dihindari lagi bahwa relevansi sebuah makalah dapat diputarbalikkan dengan cepat. Ini karena kapasitas para ahli dalam meng-update informasi cenderung terbatas, sehingga data, riset, dan teori yang penting bisa dengan mudah terlewatkan. (Ikr/hdy)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya