1-1-46 SM: Ini Alasan Tahun Baru Dirayakan pada 1 Januari

Sejak 4.000 tahun lalu, manusia merayakan pergantian warsa. Kala itu tahun baru tak dirayakan pada tanggal 1 Januari.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 01 Jan 2016, 06:00 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2016, 06:00 WIB
Perayaan tahun baru 2016 di Australia
Perayaan tahun baru 2016 di Australia (Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Dahulu kala, tahun baru tak dirayakan pada tanggal 1 Januari.

Masyarakat Babilonia kuno menjadi pemula. Pada 4.000 tahun lalu, mereka merayakan pergantian tahun pada akhir Maret -- hari ketika terang mentari seimbang dengan gelapnya malam. Pada vernal equinox atau titik Musim Semi Matahari.

Ritual Akitu digelar selama 11 hari pertama tahun baru. Sekaligus untuk merayakan kemenangan Dewa Marduk atas iblis penguasa lautan, Tiamat -- yang sejatinya bemuatan politis: saat penobatan pemimpin baru atau waktunya memperbarui mandat penguasa secara simbolis.

Selama itu, setiap peradaban di muka Bumi mengembangkan penanggalan dan punya versi kalender masing-masing, di mana pergantian tahun disesuaikan dengan pranata mangsa -- ketentuan tarikh yang dikaitkan dengan masa bercocok tanam. Juga fenomena astronomi.

Mesir, misalnya. Permulaan tahun berkaitan dengan banjir tahunan Sungai Nil, yang kebetulan bersamaan dengan penampakan bintang Sirius -- yang paling terang di langit malam. Pun dengan Imlek yang disesuaikan dengan pergerakan benda langit: Bulan dan Matahari.



Sementara kalender awal bangsa Romawi terdiri atas 10 bulan, 304 hari. Di mana permulaan tahun terjadi saat vernal equinox. 1 Maret menjadi hari pertamanya. Kalender itu diciptakan oleh Romulus, pendiri kota Roma pada 8 abad Sebelum Masehi.

Kaisar berikutnya Numa Pompilius, kemudian menambahkan Bulan Januarius dan Februarius. Awal tahun digeser pada 1 Januari, sejak tahun 153 SM.

Kalender Romawi kuno sebelum reformasi Julius Caesar (Wikipedia)


"Selama berabad-abad kalender tersebut tak sesuai dengan pergerakan Matahari," demikian Liputan6.com kutip dari situs History.com.

Penduduk kala itu terjebak dalam 'era bingung'. Gara-garanya, Julius Caesar menyisipkan 90 hari ke dalam kalender tradisional Romawi, untuk lebih mendekati ketepatan pergantian musim.

Penyisipan ini sedemikian cerobohnya sehingga bulan-bulan dalam kalender itu tidak lagi tepat. Meleset parah.

Dewa Janus, Asal Mula Bulan Januari

Akhirnya, pada tahun 46 Sebelum Masehi, Julius Caesar memanggil astronom sekaligus matematikawan terkemuka, Sosigenes -- yang kemudian mengusulkan Kalender Julius atau Kalender Julian.

Kalender itu menggunakan penanggalan Syamsiah (Matahari) dengan jumlah hari tetap setiap bulannya, dan disisipi satu hari tiap 4 tahun untuk penyesuaian panjang tahun tropis.

 

Vercingetorix meletakkan senjata di kaki Julius Caesar (Wikipedia)


Sebagai bagian dari reformasi tersebut, Caesar kian mengukuhkan 1 Januari sebagai hari pertama dalam satu tahun -- untuk menghormati Dewa Janus, yang namanya mengilhami nama bulan tersebut.

Janus adalah salah satu dewa yang pertama disembah. Ia diyakini berkuasa atas jalan, gerbang, dan pintu Romawi. Juga mengatur pertanian, khususnya pada masa tanam.

Dewa Janus, asal nama bulan Januari (Wikipedia)



Sang dewa memiliki dua wajah. Di depan dan belakang. Satu wajah menghadap masa depan, lainnya menatap ke masa lalu.

Orang Romawi kuno merayakan tahun baru dengan memberikan persembahan untuk Janus, bertukar kado, menghias rumah dengan daun salam, dan menghadiri pesta yang meriah dan gaduh.

Dianggap Pagan, 1 Januari Ditiadakan

Pada Abad Pertengahan, perayaan tahun baru dilarang keras. Dianggap pagan dan 'tidak-Kristen'. Pada tahun 567 Masehi, Council of Tours menghapus tanggal 1 Januari dari kalender.

Kala itu tahun baru diperingati pada 25 Desember -- hari lahir Yesus Kristus, 1 Maret -- Feast of the Annunciation, dan 25 Maret atau Paskah.

Dan pada 1582, Kalender Gregorius atau Kalender Gregorian dibuat. Yang berdasarkan tahun Masehi.

Detil di makam Paus Gregorius XIII menggambarkan perayaan pengenalan kalender Gregorian (Wikipedia)


Tujuannya, untuk memperbaiki ketidakakuratan Kalender Julius, sekaligus kembali menetapkan 1 Januari sebagai awal tahun. Penanggalan itu masih digunakan di seluruh dunia hingga saat ini.

Dan sepanjang sejarah, banyak peristiwa penting yang terjadi pada hari itu: pertempuran, kemenangan, kekalahan, hari bahagia, penobatan raja, penemuan, kemerdekaan sebuah bangsa, harapan, kelahiran, kematian, kabar duka cita, kejadian tragis, air mata, bahkan yang dianggap ancaman bagi dunia.

Pada 2007, pesawat Adam Air Penerbangan 574 menghilang. 102 manusia yang ada di dalamnya tak pernah ditemukan. Hingga kini.

Sementara, pada 2014, keberadaan Asteroid 2014 AA baru diketahui sesaat sebelum menghantam Bumi -- yang kembali mengingatkan betapa rentannya planet manusia terhadap serangan benda langit. Untung ia tak sampai merenggut nyawa.

Setuju tak setuju, dilarang atau dibolehkan, banyak orang di dunia menganggap momentum tahun baru sebagai sebuah permulaan. Semangat baru, harapan baru.

Selamat Tahun Baru 2016!

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya