Liputan6.com, Jakarta - Namanya Gaius Caesar. Namun, pria itu lebih dikenal sebagai Caligula, salah satu Kaisar Romawi dengan reputasi paling bejat. Hari ini, 1.978 tahun yang lalu atau tepatnya pada 18 Maret 37, ia dinobatkan sebagai penguasa takhta.
Gaius kecil tumbuh di sebuah kamp militer. Di sana ia mendapat julukan 'caligae' atau sandal yang dulu digunakan tentara Romawi. Dari istilah itulah, sang kaisar mendapatkan nama panggilannya.
Nama Caligula sinonim dengan kekejaman, pesta seks, dan tingkahnya yang gila. Segala kisah kebejatan itu bersumber dari buku 'De Vita Caesarum' yang memuat kisah 12 kaisar Romawi karya sejarawan Suetonius -- yang menyebutnya sebagai 'monster'.
Caligula dinobatkan setelah kematian Tiberius pada 17 Maret 37. Ia memerintah bersama Gemellus -- putra mendiang kaisar tersebut. Belakangan ia menjadi penguasa tunggal setelah koleganya terbunuh.
Karena Tiberius bukan penguasa populer, rakyat Roma menyambut gembira kaisar berusia 25 tahun itu. Caligula pun merespons dukungan tersebut. Ia mengakhiri pengadilan bagi para pengkhianat yang dilembagakan oleh Tiberius, memulangkan orang-orang buangan, dan memberikan bonus besar pada Praetorian Guard.
Dia juga menyelesaikan sejumlah proyek yang terbengkalai dari pemerintahan sebelumnya: kuil-kuil, mercusuar di Boulogne, saluran air baru, dan bahkan membangun amfiteater anyar di Pompeii. Ada banyak permainan gladiator dan balap kereta untuk menghibur orang.
Namun, 'bulan madu' antara penguasa baru dan rakyatnya hanya berlangsung sekejap. Sekitar 6 bulan berkuasa, Caligula konon nyaris mati. Sejarawan masih berdebat soal penyebabnya: sakit fisik atau epilepsi -- bisa jadi juga ditunjang kelainan bawaan yang dapat menyebabkan ketidakstabilan mental.
Setelah itu, cicit dari Kaisar Agustus dikisahkan menjadi sosok yang sama sekali berbeda. Lebih paranoid. Caligula yang awalnya menurunkan nilai pajak justru berbalik menaikkannya, ia melakukan pembersihan terhadap orang-orang yang dianggap musuh termasuk istri pertamanya. Pengadilan para pengkhianat dihidupkan kembali.
Caligula pun disebut menjadi penguasa lalim yang kerap melancarkan tudingan palsu sebagai kedok untuk menguasai harta mereka. Suetonius mengatakan, sang caesar menjadi sosok sadis. "Ia gemar menyaksikan penderitaan dan penyiksaan para tahanan," kata dia seperti Liputan6.com dikutip dari situs Ancient History Encyclopedia.
Dalam sebuah pertarungan gladiator yang dihadiri Caligula, sejarawan Cassius Dio mengatakan, "Bukan soal berapa jumlah yang tewas, meski itu soal serius, namun ia (Caligula) menunjukkan rasa senang yang berlebihan atas kematian mereka. Dan hasratnya untuk melihat darah tertumpah seperti tak pernah terpuaskan."
Tak hanya itu. Perilaku ekstrem Caligula tak mengenal batas. Kata para sejarawan, sesat dan gila. Ia punya kuda kesayangan, namanya Incitatus yang lehernya dipakaikan semacam kerah bertatahkan permata.
Baca Juga
Sang caesar mengangkat hewan tunggangan itu jadi konsul. Lalu, ia menyediakan rumah yang mewah, lengkap dengan sejumlah pelayan, untuk mengurus sang kuda terhormat.
Advertisement
Kuda itu pada akhirnya diberi 'jabatan baru'. Sebagai imam sebuah kuil.
Putra pasangan Germanicus dan Agrippina itu juga dikabarkan membangun jembatan apung dari kapal-kapal dagang di Sebuah Teluk di Baiae untuk menakut-nakuti penduduk Inggris dan Jerman yang sedang jadi incarannya. Dan responsnya terhadap para pengkritiknya. "Biarkan mereka membenciku, selama mereka tetap takut padaku."
Caligula juga dikabarkan jatuh cinta dengan saudara perempuannya sendiri, membuat istananya bagai rumah bordil, dan seenaknya memerintahkan orang lain untuk bunuh diri.
Konon, dalam sebuah permainan, Caligula melemparkan sekelompok orang ke kandang binatang buas. Alasannya, hanya karena dia merasa bosan.
Reputasinya yang gemar peta pora pernah digambarkan dalam sebuah film dewasa yang dibintangi Helen Mirren, Peter O'Toole dan Malcolm McDowell pada tahun 1979.
Kekuasaan, sekaligus hidupnya, berakhir pada 24 Januari 41. Pada umur 28 tahun ia tewas dibunuh para serdadunya.
Namun, berbeda dengan segala pandangan negatif Suetonius, sejarawan kontemporer berusaha melihat Caligula dari sudut pandang lain.
Sebab, bisa jadi, teks-teks kuno yang mengisahkan dirinya bias. Apalagi, Suetonius menuliskan keterangannya 80 tahun setelah Caligula terbunuh oleh sejumlah tentara Praetorian Guard.
Dan, sejarawan di masa hidup sang caesar, Seneca dan Philo, meski mengritik keras Caligula, tak pernah menyebut perilakunya yang aneh.
Selain penobatan Caligula, 18 Maret menjadi momentum sejumlah peristiwa bersejarah. Pada tahun 1913, Raja Yunani George I tewas dibunuh. Ia digantikan Konstantin I.
Lalu, tahun 1917, Jerman menenggelamkan kapal-kapal Amerika Serikat, City of Memphis, Vigilante, dan Illinois, tanpa peringatan.
Tanggal 18 Maret 1922, Mahatma Gandhi divonis 6 tahun penjara atas kasus pembangkangan sipil (civil disobedience) di India. Dan pada tanggal yang sama tahun 1965, kosmonot Alexei Leonov menjadi orang pertama yang melakukan spacewalk atau berjalan kaki di angkasa luar, ketika ia keluar dari kapsul antariksa Voskhod 2 yang mengorbit di luar Bumi. (Ein)