Liputan6.com, London - Militan ISIS mengambil alih kota Deir ez-Zor, Suriah, dalam sebuah pertempuran berdarah. Organisasi Syrian Observatory for Human Rights menyebut, 135 orang tewas dalam serangan yang dimulai Sabtu 16 Januari 2016 lalu.
Mereka yang kehilangan nyawa termasuk 85 warga sipil dan 50 milisi pendukung rezim Suriah. ISIS juga menculik lebih dari 400 orang dari wilayah yang dicaploknya itu.
"Mereka yang diculik berasal dari kelompok Sunni, termasuk perempuan, anak-anak, dan anggota keluarga pasukan pendukung rezim," kata Direktur Observatory, Rami Abdel Rahman, seperti dikutip dari The Guardian, Senin (18/1/2016).
Ia menambahkan, para korban penculikan dibawa ke area yang berada di bawah kekuasaan ISIS, yang berlokasi di barat Provinsi Deir ez-Zor, dekat perbatasan dengan Provinsi Raqqa -- markas sekaligus yang diklaim sebagai ibukota kelompok teror tersebut.
Observatory for Human Rights menambahkan, setidaknya 42 tentara ISIS tewas. Pertempuran tersebut masih terus berlangsung, di mana pasukan pemerintah yang didukung serangan udara Rusia mencoba untuk merebut kembali wilayahnya.
Baca Juga
Tambahan pasukan dan peralatan militer dikerahkan pihak Damaskus ke lokasi pertempuran.
Sementara itu, kantor berita Suriah, Sana mengabarkan, setidaknya 300 orang tewas. "Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan lansia."
Pihak Suriah menyebut kematian banyak orang tersebut sebagai 'pembantaian'. Meski demikian, belum ada verifikasi independen terkait kabar tersebut.
Jika benar, kematian akibat serbuan tersebut menjadi salah satu korban jiwa terbesar yang jatuh dalam sekali serangan oleh ISIS.
Meski itu bukan satu-satunya 'pembantaian' yang dilakukan ISIS. Pada 2014, ratusan warga suku Shaitat yang beraliran Sunni di Deir ez-Zor tewas. Sementara itu pada Agustus 2014, 200 tentara Suriah meregang nyawa saat organisasi yang dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi itu merebut pangkalan militer Tabqa di Raqqa.
ISIS juga melakukan penculikan massal. Dengan menyandera 200 warga sipil di Provinsi Homs pada Agustus 2014 dan 220 komunitas Kristiani Assyrian. Beberapa dari mereka yang diculik dilepaskan dengan ditukar sejumlah kecil tebusan.
Yang jelas, sebagian besar wilayah Provinsi Deir ez-Zor berada di bawah kendali ISIS, termasuk ibukotanya yang bernama serupa. Beberapa masih di bawah kontrol pasukan yang loyal pada Presiden Bashar al-Assad. Wilayah kaya minyak dan gas itu jadi target serangan AS dan Inggris sejak Desember lalu.
Apapun, pencapaian tersebut dianggap penting bagi ISIS, yang telah kehilangan sejumlah wilayahnya, baik di Irak maupun Suriah.
Di Irak, ISIS kehilangan kota Ramadi, yang direbut oleh angkatan bersenjata. Pun dengan kota Sinjar, yang menjadi tanah nenek moyang bagi komunitas Yazidi.
Sinjar lepas dari tangan ISIS, setelah serangan ofensif dari kelompok paramiliter Kurdi, Peshmerga.
Sementara itu di Suriah utara, wilayah luas dekat Raqqa lepas dari cengkeraman para militan ISIS, akibat gempuran pasukan Kurdi yang didukung Amerika Serikat.
Advertisement