Liputan6.com, La Roche - Suara letusan terdengar di sebuah sekolah di wilayah Saskatchewan, Kanada, Jumat siang, 22 Januari 2016. Norma Janvier sedang ada di kantornya saat itu.
Kala itu kepala sekolah La Loche Community School tersebut tak menyadari hal gawat sedang menimpa. "Kupikir suara itu ditimbulkan oleh anak-anak yang sedang bermain-main. Suaranya seperti pintu loker yang dibanting," kata dia seperti dikutip dari CNN.
Pun dengan Noel Desjarlais-Thomas. Saat itu murid berusia 16 tahun itu baru saja selesai makan siang dan tak tahu hal besar sedang terjadi. Hingga akhirnya ia melihat murid lain lari tunggang langgang menuju arahnya.
"Lari, kawan. Lari!" kata seorang temannya. Peringatan yang lebih mencemaskan kemudian terdengar.
"'Ada penembakan!' Mereka meneriakkan kalimat itu padaku. Lalu, setelah mendengar suara letusan, aku mendadak sontak berlari."
Baca Juga
Empat orang meninggal dunia akibat insiden tersebut, sementara beberapa lainnya menderita luka-luka.
Menurut Maureen Levy dari Royal Canadian Mounted Police, polisi telah menahan tersangka pada pukul 13.47 waktu setempat atau 45 menit setelah kejadian.
Aparat kepolisian kini sedang melakukan penyelidikan di dua lokasi, di area sekolah, juga di sebuah rumah tinggal di kota tersebut.
Polisi belum mengungkap nama tersangka atau korban. Juga belum dijelaskan apakah pelaku adalah siswa, pun dengan jenis senjata yang ia gunakan. Para korban kini telah dibawa ke University Hospital di Saskatoon untuk mendapatkan perawatan.
Advertisement
Insiden tersebut menimbulkan keprihatinan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau.
"Penembakan di sekolah adalah mimpi buruk setiap orangtua," kata dia, berbicara dari Davos, Swiss.
Para saksi mata mendeskripsikan kengeriaan saat kejadian tersebut. Suara 6-7 tembakan yang bercampur dengan teriakan panik.
Kevin Janvier, pejabat sementara Wali Kota La Roche, mengatakan putrinya yang berusia 23 tahun, yang menjadi guru di sekolah itu, ikut jadi korban.
Ia menambahkan, menurut keterangan polisi, pelaku menembak 2 saudaranya di rumah, kemudian menuju sekolah dan menebar peluru di sana.