Kisah Aneh Tapi Nyata, Saat Buah Mangga Dianggap Suci dan Dipuja

Buah berwarna kuning dari Ketua Mao dianggap representasi sang pemimpin. Ini yang terjadi saat demam mangga melanda Tiongkok.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 12 Feb 2016, 10:18 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2016, 10:18 WIB
Buah mangga pernah dianggap istimewa, bahkan suci
Buah mangga pernah dianggap istimewa, bahkan suci (Telegraph/Alfreda Murck)

Liputan6.com, Beijing - Suatu hari pada tahun 1968, di tengah Revolusi Kebudayaan, 3.000 buruh dikerahkan ke Qinghua University di Beijing. Kaum pekerja tak membawa apapun, kecuali Buku Merah Mao Zedong --  The Little Red Book, yang berisi kutipan naskah-naskah pidato sang pemimpin.

Sesampainya di sana, para buruh menjadi target serangan balik. Mahasiswa menyerang mereka dengan tombak dan cairan kimia berbahaya. Akibatnya 5 orang tewas, lebih dari 70 lainnya luka-luka. Namun, pada akhirnya kemenangan ada pada pihak penyerang.

Sebagai ucapan terima kasih, Ketua Mao memberikan penghargaan pada para pekerja. Imbalan itu berupa 40 buang mangga -- yang sebelumnya dihadiahkan Menteri Luar Negeri Pakistan untuk sang pemimpin Tiongkok.

Kala itu, di bagian utara China, belum banyak orang tahu soal mangga. Buah kekuningan -- yang warnanya dianggap menyerupai emas -- tersebut menerbitkan rasa kagum sekaligus penasaran.

"Jadi, para buruh terjaga semalaman memandanginya, menghirup aromanya, mengelusnya, bertanya-tanya apa gerangan buah ajaib itu," kata sejarawan Freda Murck, seperti dikutip dari BBC, Jumat (12/2/2016).

Mereka merasa terhormat mendapat hadiah dari sang pemimpin yang dipuja. "Sebagian orang di Beijing mengatakan pada saya, mereka menganggap Mao akhirnya turun tangan untuk mengatasi kekerasan dan kekacauan. Mangga menjadi simbol berakhirnya Revolusi Kebudayaan," tambah Murck.

Zhang Kui, salah satu pekerja yang menduduki Qinghua mengatakan, kedatangan mangga ke tempat kerjanya memicu debat sengit.

"Perwakilan militer datang ke pabrik kami, dua tangannya yang terangkat masing-masing membawa sebuah mangga. Kami mendiskusikan apa yang harus dilakukan terhadap buah itu, apakah memotongnya untuk dibagikan dan dimakan atau mengawetkannya," kata dia.

Mao Zedong menghadiahkan 40 mangga pada para buruh. Buah itu lantas dianggap suci (chineseposters.net)


Akhirnya, opsi kedua yang dipilih. Mangga tersebut dibawa ke sebuah rumah sakit untuk diawetkan dengan formalin. Dijadikan spesimen.

Kemudian, mereka membuat mangga tiruan dari lilin wax yang kemudian ditaruh dalam wadah kaca untuk dibagikan pada para pekerja.

Lantas, dikemanakan buah aslinya?

"Buah yang asli dibawa perwakilan pekerja dalam sebuah prosesi diiringi tabuhan drum. Orang-orang mengular di sepanjang jalan, dari pabrik menuju bandara," kata Wang Xiaoping, pekerja Beijing No 1 Machine Tool Plant.

Para pekerja sampai-sampai mencarter pesawat untuk membawa mangga sebutir itu ke pabrik mereka lainnya di Shanghai.

Mangga Busuk Direbus Jadi 'Air Suci'

Air Suci

Saat salah satu dari mangga tersebut mulai membusuk, para pekerja mengupas kulitnya dan merebus buahnya dalam air sebanyak 1 tong.

Air itu dianggap 'suci'. Masing-masing pekerja meminum sesendok. Adam Yuet Chau, dosen Cambridge University mengatakan, sejak awal, mangga tersebut punya status istimewa, dianggap relik suci bahkan dipuja.

"Bukan hanya karena mangga tersebut adalah pemberian dari Ketua Mao. Namun, benda itu dianggap representasi dari sang pemimpin."

Bahkan ada puisi yang khusus dibuat soal mangga. Berikuit kutipannya:

"Melihat 'mangga emas' itu seakan memandang pemimpin besar Ketua Mao...Menyentuhnya lagi dan lagi, mangga emas itu terasa hangat."

Mangga dianggap sebagai simbol kasih dan cinta Ketua Mao pada para buruh.

"Di sebuah pabrik tekstil di Beijing, para pekerja menggelar upacara besar ... mangga tersebut diawetkan dengan lilin, tulis Li Zhisui, dokter pribadi Mao.

"Buah yang diawetkan tersebut ditempatkan di semacam altar. Para buruh berbaris dan membungkuk di depannya saat melewatinya."

Tak ada yang mempermasalahkan bahwa Mao memberikan kembali hadiah yang diterimanya dari orang lain.

Ada tradisi Tiongkok yang disebut zhuansong atau 'memberikan kembali'. Apa yang dianggap tak sopan oleh budaya Barat dianggap sebagai hal baik yang justru meningkatkan status pemberi dan penerimanya.

Mangga istimewa dari Ketua Mao (en.sinovision.net)


Tak lama kemudian, mangga menjadi bagian dari propaganda Partai Komunis -- yang memproduksi barang-barang rumah tangga bertema buah tersebut seperti sprei dan baki enamel.

Sabun dan rokok aroma mangga juga lantas tersedia dan laris manis.

Gambar mangga juga menghiasi parade hari nasional di Beijing pada 1968. Sementara itu di Provinsi Guizhou, petani berebut fotokopian gambar mangga berwarna hitam-putih.

Namun, tak semua larut dalam histeria itu. Seorang seniman, Zhang Hongtu mengaku heran saat kisah soal mangga meramaikan media massa kala itu.

"Aku tak pernah punya mangga. Tapi aku tahu persis itu adalah buah. Seperti lainnya, lambat laun ia akan membusuk," kata dia.

Seorang dokter gigi di sebuah desa menemui akhir tragis gara-gara sikap kritisnya. Ia dipermalukan bahkan dieksekusi karena membandingkan mangga yang diarak dalam parade dengan ubi jalar manis.

'Demam' Mangga 18 Bulan

Hanya 18 Bulan

Demam mangga berlangsung selama 18 bulan. Replika buah yang dibanggakan itu kemudian digunakan sebagai lilin selama pemadaman listrik.

Pada 1974, ibu negara Filipina membawa mangga -- buah nasional -- sebagai oleh-oleh bagi tuan rumahnya, istri Mao, Jiang Qing yang terkenal dengan sebutan 'Madame Mao' di dunia Barat.

Jiang Qing kemudian mengirimkan buah itu pada para buruh -- yang segera menggelar upacara dan mengucapkan terimakasih. Namun, Madame Mao tak bisa mengulangi momentum sang suami. Tak ada histeria kala itu.

Tak hanya itu. Saat Ketua Mao terbaring sakit, Jiang Qing membuat film 'Song of the Mango', untuk meningkatkan kredibilitasnya. Namun, dalam seminggu peluncurannya, perempuan itu ditahan dan film itu dihentikan.

Kisah soal mangga akhirnya tamat.

Buah mangga dari Ketua Mao dianggap istimewa (BBC)


Kini, mangga biasa dijumpai di Beijing. Tak lagi istimewa. Kaum muda bahkan mulai melupakan bahwa buah itu pernah dianggap luar biasa.

Wang Xiaoping bisa membeli 'mangga emas' kapanpun. Untuk dibuat jus.

"Misteri mangga telah berakhir," kata perempuan itu. "Buah itu tak lagi jadi relik suci seperti sebelumnya, hanya sekedar barang. Generasi muda tak tahu sejarahnya, namun bagi orang seperti kami yang mengalaminya, setiap kali memikirkan soal mangga, ada perasaan khusus dalam hati."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya