Bantu Atasi Kelaparan, Rumah Bordil Selandia Baru Gelar Amal

Kegiatan tersebut memicu perdebatan hebat di Selandia Baru.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 18 Feb 2016, 13:55 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2016, 13:55 WIB
20160209-Ilustrasi-PSK-iStockphoto
Ilustrasi Pekerja Seks Komersial (PSK). (iStockphoto)

Liputan6.com, Auckland - Sebuah rumah bordil di Selandia Baru menjadi sorotan tajam dunia. Hal itu terjadi usai tempat tersebut memutuskan menggelar acara spesial demi menggalang dana untuk anak-anak kelaparan.

Rumah bordil Shh... Fun Spot yang terletak di Hawera itu mengundang warga sekitar untuk mengikuti tur seharian di tempat tersebut. Para pengunjung akan diajak berkeliling tempat ini dan diperbolehkan bertanya apa saja kepada para pekerja seks komersial (PSK).

Tak hanya itu, para pengunjung juga akan disediakan panganan kecil asal mereka merelakan sedikit penghasilan yang nantinya disalurkan ke anak-anak kelaparan.

Aksi amal dari rumah bordil itu menyebabkan perpecahan pendapat masyarakat Selandia Baru, baik di media sosial atau media-media lainnya.

Menurut Kelompok Nasrani Konservatif Selandia Baru, kegiatan yang dilakukan rumah bordil itu bukan hal baik. Mereka pun menyatakan kecamannya.

"Ini akan mereka pakai untuk membuat opini publik kalau prostitusi adalah hal normal. Mereka juga akan mempromosikan bisnis mereka," ucap keterangan resmi kelompok tersebut seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (18/2/2016).

Pendapat berbeda disampaikan lembaga amal Kai Kitchen. Menurut pendiri lembaga tersebut Rochelle Steer, mereka sama sekali tak mempermasalahkan aksi dari Shh... Fun Spot.

"Kami tidak peduli dari mana uang itu datang, sejauh uang itu digunakan untuk membelikan anak-anak bekal sekolah," ucap Steer.

Steer memuji langkah dari rumah bordil itu. Dia menyatakan apresiasi harus ditujukan ke pendiri tempat itu, Nicky Hughes.

Dalam kesempatan berbeda, Hughes angkat bicara terkait aksi amal yang dilakukannya. Ia menegaskan, hal tersebut dilakukan agar gosip dan pandangan miring terkait usahanya dapat berubah.

"Saya frustrasi karena tidak diperlakukan sebagai seperti pebisnis lain saat kami sudah bekerja keras dan membayar pajak," tegasnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya