Liputan6.com, Roma - Paus Fransiskus pada perayaan Kamis Putih membasuh dan mencium kaki para pengungsi, termasuk tiga pria Muslim. Paus asal Argentina itu juga mengecam penjual senjata yang menjadi salah satu penyebab penyerangan bom Belgia, yang dilakukan oleh kelompok teroris ISIS yang membuat 34 nyawa melayang.
Kecaman itu ia sampaikan dalam perayaan tradisi ritual sebelum Paskah. Tahun ini ia mengulang ritual membasuh 12 kaki, 11 di antaranya adalah para pengungsi. Dalam ritual itu, Paus mengikuti teladan Yesus yang mencuci dan mencium kaki 12 pengikutnya di perjamuan terakhir sebelum wafat.
"Kita semua bersama, Muslim, Hindu, Katolik, Koptik, dan Evanjelis adalah saudara. Anak-anak dari Tuhan yang sama, yang menginginkan hidup dalam damai dan persatuan," ujar Paus tanpa teks di sebuah penampungan pengungsi di Roma, seperti dilansir Reuters, Jumat (25/3/2016).
Advertisement
Baca Juga
"Tiga hari lalu, sebuah perang berlangsung, sebuah kehancuran terjadi di sebuah kota di Eropa yang dilakukan oleh orang-orang yang tak menginginkan hidup damai," ucap Paus.
"Di balik perilaku mereka itu ada tangan pembuat senjata, tangan para penyelundup yang menginginkan darah bukan perdamaian, yang menginginkan perang, bukan persaudaraan," kata Paus yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio.
Terkait para pelaku bom Brussel, pria kelahiran Buenos Aires pada 17 Desember 1936 itu mengutuk keras.
"Mereka adalah makhluk menyedihkan yang membeli senjata hanya untuk menghancurkan persaudaraan," kata Paus yang membandingkan para pelaku dengan Yudas Iskariot, salah satu murid Yesus yang mengkhianatinya demi 30 keping perak.
Sebelum Fransiskus menjadi Paus, upacara itu biasanya dilakukan di Katerdal St Peter atau gereja lainnya di Roma. Biasanya hanya lelaki Katolik, kebanyakan para pastor saja, yang dicium kakinya oleh Paus dalam ritual tersebut.
Namun, semenjak Fransiskus terpilih pada 2013, ia melanjutkan kebiasaannya saat menjadi Uskup Agung di Buenos Aires yang membolehkan wanita dan non-Katolik untuk berpartisipasi. Atas aksinya itu ia kerap mendapat kritikan dari kalangan konservatif.
Tahun ini, pengungsi dari Mali, Nigeria, Eritrea, India, Suriah, dan Pakistan turut serta. Empat wanita dalam grup itu berasal dari Kristen Koptik dari Eritrea dan seorang Katolik warga Italia yang bekerja di pengungsian yang mengurus 900 pencari suaka.
"Masing-masing dari kalian, apa pun agama yang Anda anut, mari kita berdoa kepada Tuhan agar persaudaraan ini menular ke seluruh dunia," tutur Paus Fransiskus.
Selain itu, ia membawa telur dan cokelat Paskah, bola, dan donasi bagi anak-anak penampungan.