6 Kisah Pencuri ala 'Robin Hood' di Dunia Nyata

Keenam sosok di bawah ini dikenal layaknya 'Robin Hood', pahlawan bagi warga miskin namun musuh bagi kalangan elite.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 08 Jun 2016, 05:35 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2016, 05:35 WIB
Sang ratu bandit, Phoolan Devi
Sang ratu bandit, Phoolan Devi (Indian Express)

Liputan6.com, New Delhi - Hampir setiap daerah memiliki kisah pria dan wanita pemberani yang membela orang tertindas, namun sepertinya belum ada yang mampu menandingi cerita Robin Hood. Ia melegenda sebagai pencuri yang 'mengambil' harta orang kaya untuk diberikan kepada kaum miskin.

Tidak ada catatan sejarah yang menyatakan sosok Robin Hood benar-benar hidup di dunia nyata. Namun terlepas dari hal itu, namanya telah melekat sebagai pahlawan dalam cerita rakyat Inggris.

Entah terinspirasi atau tidak, seperti dikutip History, Rabu (8/6/2016) berikut terdapat enam orang yang menjalani kehidupan serupa Robin Hood. Meski dikenal sebagai pencuri bahkan pembunuh, namun sosok mereka dicintai rakyat miskin.


1. Juraj Janosik

Ilustrasi Juraj Janosik (Public Domain/History)

Karier Juraj Janosik sebagai seorang perampok terbilang singkat, yakni mulai dari 1711 sampai dengan 1713. Namun kisahnya terus menerus tersebar dalam berbagai media seperti puisi, novel, balada, lagu rakyat, dongeng dan film.

Lahir pada 1688 di Slovakia, Janosik bergabung dengan pemberontak Kuruc di usia 15 tahun. Tak lama, ia pun masuk dalam tentara kekaisaran.

Ketika bertugas sebagai penjaga penjara, Janosik bertemu dengan narapidana bernama, Tomas Uhorcik dan ia pun memutuskan untuk menjadi bagian dari komplotan bandit itu.

Dalam waktu relatif singkat, ia diangkat menjadi pemimpin kelompok penjahat itu. Bersama komplotannya ia menjelajahi gunung, dan lembah di Slovakia, Polandia, bahkan Moravia -- Janosik merampok bangsawan dan saudagar kaya lalu membagikan hasil rampokannya kepada warga miskin.

Sebagai perampok, ia dikenal cukup santun -- dalam setiap aksinya ia memastikan tidak ada korban tewas atau terluka. Nasibnya berakhir pada 17 Maret 1713, ketika itu ia dihukum mati dengan cara tragis -- badannya ditusuk kail dan ia pun dibiarkan tergeletak sampai maut menjemputnya.

2. Nakamura Jirokichi

Ilustrasi Nakamura Jirokichi (Public Domain/History)

Di sela-sela menjalani profesi gandanya sebagai buruh dan petugas pemadam kebakaran, pada malam hari Nakamura Jirokichi menjelma menjadi seorang pencuri. Nakamura yang hidup di era Tokugawa  dijuluki Nezumi Kozo atau 'laki-laki tikus'.

Ditangkap pada 8 Agustus 1831, Nakamura saat itu mengakui bahwa ia mencuri uang senilai lebih dari 30 ribu ryo (merupakan jumlah yang sangat besar ketika itu) dari sebuah perkebunan samurai yang dikuasai 100 feodal. Uang tersebut tidak dapat diambil kembali karena Nakamura telah lebih dulu membagikannya kepada warga miskin.

Daimyo -- pemimpin wilayah pada saat itu merasa sangat malu dengan aksi pencurian Nakamura. Pria itu pun dieksekusi, di depan keramaian tubuhnya diikat pada seekor kuda sebelum akhirnya kepalanya dipenggal.

Nasib cukup beruntung dialami oleh istri-istri Nakamura. Mereka sempat meminta cerai jauh sebelum peristiwa penangkapannya. Bukan tidak mungkin nasib mereka akan berakhir sama dengan sang suami jika masih bersama.

Pencuri Ternak Hingga Penjahat Sekaligus Revolusioner

3. Scotty Smith

Scotty Smith, Si Pencuri Hewan Ternak (Public Domain/History)

Lahir di Perth, Skotlandia pada 1845, Scotty Smith dikenal sebagai pencuri kuda dan hewan ternak di Afrika Selatan. Ia mengklaim merupakan kerabat dari bangsawan Inggris, Gordon Lennox, namun tak ditemukan fakta terkait kebenarannya.

Smith juga mengaku bahwa ia merupakan anak tertua dari seorang tuan tanah yang kaya. Pada tahun 1877, ia tiba di Tanjung Harapan, Afsel sebagai anggota Frontier Armed and Mounted Police (FAMP) -- pasukan semi militer yang melakukan perekrutan multirasial.

Namun Smith meninggalkan profesinya dan mulai beraksi sebagai seorang pencuri. Ia mencuri dari orang kaya untuk diberikan kepada orang miskin.

Beredar kabar yang menyebutkan, Smith banyak membantu janda miskin dan perempuan yang mengalami kesulitan finansial. Dan sebagai balasannya, ia kerap ditampung untuk berlindung di rumah mereka. Kebanyakan perempuan yang ditolong Smith, tidak mengetahui 'identitas' aslinya.

Bukan hanya wanita, namun ia juga sempat menolong memberikan perawatan medis bagi penderita TBC yang sedang dalam kondisi sekarat. Tak lama pria itu meninggal dunia, Smith membantu mengurusi biaya pemakamannya.

Smith juga pernah menawarkan untuk menyerahkan diri kepada polisi sehingga seorang temannya bisa mendapatkan hadiah yang dijanjikan. Nantinya, ia berniat melarikan diri setelah sang teman mendapat bayaran.

4. Pancho Villa

Bandit asal Meksiko, Pancho Villa (Public Domain/History)

Di Meksiko, nama Pancho Villa lekat sebagai seorang penjahat sekaligus revolusioner yang berjuang melawan rezim represif baik era Porfirio Diaz maupun Victoriano Huerta. Perjalanannya sebagai seorang bandit dimulai ketika ia menembak seorang pria yang menyerang adiknya.

Sejak saat itu, di satu sisi ia dikenal sebagai sosok pembunuh yang haus darah dan kerap menyiksa korbannya namun di sisi lainnya ia adalah sosok yang murah hati. Villa sering menyumbangkan hasil rampokannya kepada badan amal yang mengurusi anak-anak dan panti asuhan.

John Reed, seorang wartawan yang menghabiskan empat bulan dengan kelompok Villa pada 1913-1914, berbagi kisah bagaimana komplotan itu mencuri dari orang kaya dan membagikannya kepada orang miskin -- mendistribusikan sapi dan jagung kepada warga yang membutuhkan.

Villa sempat menjabat sebagai gubernur negara bagian Chihuahua, di mana ia menerapkan kebijakan yang melindungi dan membela masyarakat kelas bawah. Sosok kontroversial itu tewas setelah ditembak saat tengah mengemudi pada Juli 1923 silam.

Bandit Italia Hingga India

5. Salvatore Guiliano

Salvatore Guiliano, perampok yang bermarkas di Pegunungan Sagana (Public Domain/History)

Salvatore Guiliano lahir di kota kecil nan miskin, Montelepre, Italia pada 1922. Selama invasi sekutu ke Sisilia pada 1943, makanan dipasok melalui pasar gelap.

Guiliano yang saat itu berusaha menyelundupkan gandum tertangkap. Ia terpaksa membunuh seorang polisi karena menolak ditahan.

Dalam pelariannya, Giuliano beralih menjadi bandit. Bersama dengan 50 orang anak buahnya ia bermarkas di Pegunungan Sagana -- di mana ia mulai merampok orang kaya untuk mendapat makanan dan senjata.

Kendati melakukan kejahatan, namun sosoknya dihormati warga setempat. Ia disebut sering mendistribusikan makanan ke warga desa yang kelaparan, membantu mereka yang sakit dan lansia.

Guiliano juga aktif bertukar informasi dengan para petani lokal terkait dengan aktivitas penegakan hukum. Terhadap musuhnya, ia bersikap tanpa ampun.

Sosoknya menjadi kolonel dalam kampanye separatis untuk kemerdekaan Sisilia. Tak banyak yang tahu, ia bahkan pernah menulis surat kepada Presiden AS, Harry S. Truman, yang isinya meminta AS untuk mencaplok Sisilia sebagai negara bagian ke-51.

6. Phoolan Devi

'Queen Bandit' asal India, Phoolan Devi (Public Domain/History)

Jangan tertipu dengan penampilannya. Meski tingginya tak lebih dari lima kaki atau setara dengan 1,5 meter, namun perempuan bernama Phoolan Devi ini dikenal dengan julukan 'Queen Bandit'.

Tak main-main, reputasinya sangat mengesankan. Phoolan malang melintang di dunia gangster, ia merampok orang-orang kaya, dan mengulurkan tangannya kepada mereka yang miskin, terutama kalangan wanita dan anak-anak.

Terlahir dari keluarga miskin pada 1963, Phoolan telah menikah di usianya yang masih sangat belia, yakni 11 tahun. Ia dilamar seorang pria berumur 30 tahun dengan seekor sapi dan sepeda butut.

Oleh sang suami, ia dijadikan budak dan mendapat perlakuan tidak manusiawi. Ia bahkan dipaksa untuk berhubungan suami istri ketika secara fisik dan mental ia belum siap. Kelak, ketika menjadi seorang bandit dengan tegas ia mengatakan, akan membunuh semua laki-laki yang menikahi anak kecil.

Berasal dari Kasta Mallah -- kasta terendah -- membuat Phoolan kerap mendapat perlakuan tak senonoh dari Kasta Thakur yang kedudukannya lebih tinggi. Mereka menganggap Phoolan layaknya seorang pelacur -- melakukan pelecehan seksual dan kekerasan terhadap perempuan itu.

Merasa cukup tertindas, ia pun mendirikan gang yang dipimpinnya sendiri. Mereka melakukan aksi perampokan dan penculikan terhadap warga berkasta tinggi. Pada Hari Valentine 1981, ia mengeksekusi 22 orang yang berasal dari kasta tinggi sebagai tindakan balasan atas pelecehan dan kekerasan yang dialaminya.

Peristiwa pembantaian itu dikenal dengan pembantaian Behmai. Pemerintah India menolak gagasan yang menyebut Phoolan Devi sebagai sosok 'Robin Hood' yang mencuri dari orang kaya untuk diberikan kepada warga miskin.

Namun warga miskin justru mengenangnya sebagai pahlawan, beberapa bahkan meyakini ia adalah inkarnasi dari Dewi Durga. Pada 1983, Phoolan menyerahkan diri kepada pihak berwajib di mana selanjutnya ia mendekam di penjara selama 11 tahun. Setelah bebas ia berhasil terpilih untuk duduk di kursi parlemen -- bersumpah akan melindungi orang-orang lemah dan menyediakan kebutuhan dasar bagi seluruh rakyat. Sosoknya juga memperjuangkan isu gender.

Perempuan yang dicaci sekaligus dipuja itu tutup usia dalam sebuah peristiwa penembakan yang terjadi di luar kediamannya di Delhi pada 2001 lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya