PM Cameron: Inggris Lebih Aman Bersama dengan Uni Eropa

Jelang referendum, PM Inggris menegaskan bahwa Britania Raya akan tampil jauh lebih kuat di panggung internasional jika bersama UE.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 22 Jun 2016, 16:35 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2016, 16:35 WIB
PM Inggris David Cameron berupaya meraih kesepakatan terkait reformasi Uni Eropa
PM Inggris David Cameron berupaya meraih kesepakatan terkait reformasi Uni Eropa (Reuters)

Liputan6.com, London - Perdana Menteri Inggris, David Cameron mengajak pemilih seumuran dirinya dan yang lebih tua untuk kembali memikirkan konsekuensi jika Inggris hengkang dari Uni Eropa (UE). Hal tersebut ia sampaikan dalam kampanye terakhirnya menentang Brexit.

"Jika kita hengkang, tetangga kita akan mengadakan pertemuan dan membuat keputusan yang mempengaruhi kita, negara kita, pekerjaan kita -- sementara kita tak ada di sana. Mereka akan membuat keputusan tentang kita, namun tanpa kehadiran kita," ujar Perdana Menteri Inggris, David Cameron dalam kampanye terakhirnya di luar Downing Street 10 seperti dikutip CNN, Rabu (22/6/2016).

Cameron meminta kepada para pemilih khususnya yang berusia lanjut untuk berpikir tentang harapan dan impian anak serta cucu mereka ketika memberikan suara dalam referendum. Menurut PM Inggris itu, berada di bawah UE membawa kebaikan bagi perekonomian, keamanan, dan posisi negara itu di tatanan internasional.

Pada kesempatan yang sama, ia juga mengingatkan bahwa kelak jika Brexit terjadi maka itu tidak bisa diubah kembali.

"Tak ada jalan untuk kembali," tegasnya.

Menjelang pemungutan suara yang akan berlangsung pada Kamis 23 Juni esok, kurang dari 46,5 juta orang telah mendaftarkan diri untuk ikut ambil bagian dalam referendum yang akan memutuskan nasib keanggotaan Inggris di UE. Jumlah tersebut hanya selisih sedikit dari pemilu parlemen pada 2015 lalu.

Dari pengalaman yang dialaminya, PM Cameron menegaskan bahwa Britania Raya akan jauh lebih aman jika bersama UE dibanding hengkang dari organisasi itu.

"Saya pernah melihat langsung masa-masa berbahaya bagaimana kita lebih baik bekerjasama dengan teman-teman dan tetangga kita, bagaimana kita berbagi informasi, melacak teroris, dan membawa mereka ke pengadilan," kata Cameron.

"Bagaimana bersama sekutu seperti Prancis dan Jerman, kita lebih efektif menghadapi ancaman dan menjaga rakyat tetap aman," imbuhnya.

Ia juga mengatakan, bersama dengan organisasi yang memiliki 28 anggota itu, Inggris memiliki kekuatan untuk tampil di panggung internasional.

Kampanye 'Leave' vs 'Remain'

Dalam debat televisi yang berlangsung dua jam pada Selasa 21 Juni malam, sejumlah tokoh pro dan kontra Brexit hadir. Tokoh pro-Brexit yang hadir adalah mantan Wali Kota London, Boris Johnson. Sementara dari sisi kontra-Brexit yang hadir adalah Wali Kota London, Sadiq Khan.

Suasana debat memanas menyusul kedua kubu saling serang terkait berbagai isu seperti migran, hubungan internasional hingga ekonomi.

Johnson mengatakan, mereka yang memilih tetap bersama UE menghadapi ketakutan sementara Brexit menurutnya menawarkan harapan.

"Jika kita memilih 'Leave' -- slogan kampanye pro-Brexit -- kita bisa mengambil kembali negara kita. 23 juni ini bisa menjadi kemerdekaan bagi Inggris," ujar Johnson.

Sebaliknya, Wali Kota London saat ini justru menanyakan rencana pendukung kampanye 'Leave' pasca Inggris keluar dari UE.

"Apa rencanamu? Bagaimana kamu dapat memastikan kondisi perdagangan dengan UE yang jauh lebih baik dibanding yang terjalin sekarang?," tanya Cameron.

Hasil referendum diprediksi akan sengit, menyusul perkiraan bahwa jumlah suara pro-Brexit selisih tipis dengan yang kontra.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya