Liputan6.com, Canberra - Marcela Del Sol heran bukan kepalang saat menemukan banyak pakaian pria yang tersembunyi di rumah. Saat itulah, perempuan 42 tahun tersebut kian yakin, ada yang tidak beres dalam dirinya.
Warga Chile itu juga kerap menemukan puluhan foto diri dalam ponselnya -- yang tak ia ketahui kapan dan di mana diambil.
Meski menjadi subjek dalam gambar-gambar tersebut, Marcela merasa itu bukan dirinya.
Segala keanehan itu berdampak signifikan dalam hidupnya. Teman-temannya mulai menjauh, dan Marcela tak tahu mengapa. Pun dengan hubungan cintanya yang terjalin lama, tiba-tiba kandas.
Belakangan, Marcela mengetahui bahwa pakaian-pakaian pria yang ada di kediamannya adalah milik salah satu dari 'alter' -nya. Sosok yang sama juga bertanggung jawab menjauhkan perempuan itu dari orang-orang terdekat: kawan juga pasangan hidup.
Dan ia tak hanya punya satu, tapi tujuh kepribadian.
Dalam wawancara dengan News.com.au, Marcela mengaku tak diizinkan untuk menguak nama 'alter' pria yang mengambil alih dirinya. Pun dengan enam yang lain.
Baca Juga
"Aku tak bisa mengungkapkan nama-nama itu, karena mereka tak akan senang jika aku melakukannya," kata dia, seperti dikutip dari News.com.au, Sabtu (2/7/2016).
"Aku tahu, itu kedengarannya irasional. Saya mengerti bahwa mereka bukan manusia-manusia sejati, secara fisik, namun aku menghormatinya."
Marcela Del Sol mengalami Dissociative Identity Disorder (DID), kondisi yang ditandai oleh adanya dua atau lebih kepribadian terbelah yang memiliki kekuasaan atas perilaku seseorang.
Kondisinya itu diduga kuat dipicu kecelakaan lalu lintas. Kala itu, Juli 2013, kendaraan yang dinaikinya mogok di sisi jalan.
Advertisement
Kemudian, tiba-tiba, kendaraan di belakangnya yang melaju kencang menabrak mobil tersebut. Meski tak mengalami luka fisik, otak Marcela menderita trauma.
Tak berapa kemudian, perempuan itu merasakan, ia tak sendirian dalam benaknya.
"Aku kemudian menemukan diriku berada di sebuah tempat, dan aku tak tahu bagaimana bisa aku ada di sana," kata dia.
Proses peralihan antar kepribadian kerap berlangsung, namun sama sekali tak berpola. Bisa jadi ada jeda hitungan minggu atau lebih sering.
Saat 'black out' atau ketika kepribadian yang lain mengambil alih, Marcela mengaku tak tahu apa yang terjadi dalam dirinya. Namun, pastinya, secara fisik ia sama sekali tak nyaman.
"Aku merasa terbakar, terguncang. Merasa cemas dan dadaku terasa kencang hingga sulit bernapas," kata dia.
Salah satu alternya adalah seorang perokok, padahal selama hidupnya Marcela menjauhi lintingan tembakau.
Saat 'terbangun', Marcela kerap menemukan pesan-pesan dari kepribadiannya yang lain -- yang dikirimkan ke otaknya.
"Kami punya semacam kotak surat, di mana kami saling meninggalkan pesan. Menakutkan, namun aku berusaha menerima keberadaan mereka."
7 Kepribadian Marcela
7 Kepribadian
Marcela Del Sol menjelaskan kepribadian-kepribadian lain dalam dirinya -- yang semuanya saling bertolak belakang.
Salah satunya adalah seorang pria yang protektif, chauvinistik, disiplin dan terstruktur. "Dia yang menyingkirkan orang-orang yang dianggap tak memberi pengaruh positif," kata Marcela.
"Ada seorang perempuan yang flamboyan, cantik, dan mencintai kehidupan. Lainnya adalah kembar yang ajeg, kadang-kadang jadi satu orang atau dua orang," kata dia.
Kembar ini lah yang berperan menjaga kedamaian dan ketenangan.
"Lalu, aku punya kepribadian yang ternyata sudah lama ada dan kukenal baik. Ia sangat depresif, penyendiri, dan sedih."
Yang terakhir adalah seorang pendatang baru. Jenis kelaminnya pria. "Ia sosok yang suportif, ceria, dan penyayang. Seorang pria yang sempurna."
Orang lain sulit memahami gejolak dalam diri Marcela. Bahkan, setelah tampil di televisi, alih-alih mendapatkan simpati, cacian dan kritik mengarah pada perempuan itu.
Karena itulah, Marcela memilih menyendiri. Dia membagi waktunya antara Australia dan Chile, di mana dia menjadi relawan untuk sebuah organisasi yang membantu anak-anak korban pelecehan.
Marcela juga aktif berbagi tentang kondisinya, lewat ceramah dan buku. Ia berharap bisa membantu orang-orang yang mengalami hal serupa.
"Orang-orang berpikir DID adalah hal yang tragis," katanya. "Orang-orang selalu bertanya-tanya, mengapa saya tidak guncang, tak bodoh, tanpa kebiasaan meludah, atau tidak pernah berkeliaran membawa pisau."
"Saya memang memiliki gangguan mental, namun masih berfungsi sebagai manusia. Tak semua orang dengan gangguan mental itu bodoh. Aku menyelesaikan studi di Harvard, bisa menulis sebuah buku, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Saya ibu yang baik untuk dua anakku "
Marcela berharap, masyarakat mencoba untuk memahami kondisi orang-orang yang memiliki kepribadian ganda -- bahkan jika mereka tidak mempercayainya.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.
Advertisement