Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Mengintip Kehidupan Rahasia 'Harem', antara Fakta dan Imajinasi

Tak ada sumber terpercaya yang bisa mengungkapkan secara pasti bagaimana kehidupan di harem. Kebanyakan sekadar imajinasi belaka.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 21 Jul 2016, 06:30 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2016, 06:30 WIB
Ilustrasi harem atau tempat terlarang yang dihuni para wanita
Ilustrasi harem atau tempat terlarang yang dihuni para wanita (Public Domain)

Liputan6.com, Jakarta - Sejarah mencatat, istilah harem diambil dari Bahasa Arab, 'haram' yang bisa diartikan sebagai tempat terlarang. Kata tersebut mewakili definisi lingkungan bagi perempuan dalam rumah tangga poligami. Tak ada pria yang boleh masuk ke dalamnya, kecuali si empunya dan para kasim.

Kata tersebut kali pertama diketahui muncul di timur Tengah -- di mana harem juga menjadi tempat tinggal ibu penguasa, saudara perempuannya, istri-istri, anak-anak, dan para selir. Di Asia selatan tempat serupa disebut zenana.


Karena harem bersifat tertutup, tak ada sumber-sumber pasti yang bisa digunakan untuk memberikan informasi terkait kehidupan di dalamnya. Semua kisah yang beredar selama ini lebih bersifat imajinatif.

Seperti dikutip dari situs Ancient Origins, selama masa Kekaisaran Ottoman di Turki, peran harem adalah untuk mendidik calon istri keluarga kerajaan dan kaum bangsawan tinggi.

Harem kesultanan Ottoman, yang dijuluk 'seraglio' di Dunia Barat, dihuni lusinan perempuan, termasuk istri, ibu, anak-anak perempuan sultan, saudara perempuan, kasim, dan budak -- yang bertugas memenuhi kebutuhan para penghuni.

Pada periode berikutnya, anak-anak lelaki sultan juga tinggal di harem sampai mereka mencapai usia 12 tahun.

Saat mencapai usia tersebut, mereka hanya diizinkan untuk tampil di depan publik dan di wilayah pemerintahan istana. Harem menjadi wilayah terlarang bagi para pangeran.

Lukisan 'Harem Woman with Ostrich Fan' (1892) oleh Louis-Robert de Cuvillon. ( Public Domain )


Topkapi Harem, yang dioperasikan pada 1299 hingga 1923 pada era Kekaisaran Ottoman, juga menjadi ruang pertemuan pribadi sultan dengan keluarganya.

Ada beberapa perempuan dari harem Ottoman yang memiliki peran politik yang sangat penting dalam sejarah kekaisaran. Mereka termasuk istri, ibu, dan saudari Sultan -- yang didengar pendapatnya oleh penguasa. Untuk alasan itu, beredar kabar, pemerintahan konon Kekaisaran Ottoman dijalankan dari harem.

Sebuah contoh yang sangat baik dari situasi tersebut adalah Hurrem Sultan. Dia adalah istri dari Sultan Sulaiman Agung dan ibu dari Selim II. Hingga saat ini, dia dianggap sebagai wanita paling kuat dalam sejarah Ottoman.

Potret Roxelana atau Hurrem Sultan ( Public Domain )

Namun, tak semua sultan menghormati kaum hawa. Salah satunya Ibrahim yang Gila (Deli Ibrahim) yang mengalami gangguan jiwa.

Ia yang memerintah Kekaisaran Ottoman dari tahun 1640 sampai 1648, ia dikabarkan menenggelamkan 280 selir dari haremnya di Bosphorus.

Turhan Hatice, seorang gadis Ukraina yang ditangkap selama penyerangan Tartar, adalah satu dari beberapa selir yang selamat.

Berbeda dari sejumlah anggapan populer -- bahwa harem hanya diisi para perempuan untuk pelampiasan syahwat -- anak-anak juga lahir dan dibesarkan di dalamnya.

Harem juga dilengkapi pasar, bazar, taman bermain, dapur, binatu, kolam mandi, dan sekolah. Tempat itu juga memiliki hirarki. Biasanya istri resmi dan saudara perempuan sultan yang menjadi pemimpin di sana.

Lukisan 'Harem Fountain' (1875) oleh Frederick Arthur Bridgman ( Public Domain )

Selain para istri dan selir -- ada juga ibu kandung, ibu tiri, bibi, nenek, saudari, saudari tiri, anak perempuan, pelayan, pembantu, budak, tukang masak, penjaga, dan pejabat perempuan lain.

4.000 Selir

Harem tak hanya ada di Timur Tengah. Firaun Mesir kerap mewajibkan para gubernur untuk mengirimkan gadis cantik untuk dijadikan hamba sahaya.

Montezuma II, penguasa Aztec dari Meksiko, dikabarkan memiliki 4.000 selir. Dalam masyarakat Aztec, setiap anggota kaum bangsawan wajib memiliki selir sebanyak-banyaknya, semampu mereka.

Sementara itu, Raja Kashyapa dari Sigirya di Sri Lanka memiliki 500 perempuan di haremnya. Pada saat itu, dianggap suatu kehormatan besar bagi perempuan yang menjadi bagian dari harem sang penguasa. 

Fresko para perempuan di Sigiriya, Sri Lanka pada 477 - 495 Masehi (Public Domain)

 

Sebuah lembaga yang mirip dengan harem ada di Periode Edo dalam sejarah Jepang.

Pun di Tiongkok. Di sana ada istilah "hougong" yang berarti harem, "Hougong" berasal dari "hou-kung" yang secara harfiah berarti "istana belakang".

Istilah itu merujuk ke bagian istana yang diperuntukkan bagi permaisuri kaisar China, selir, hamba perempuan, dan orang-orang kasim.

Pada 1421, Kaisar Yongle memiliki 2.800 selir. Mirip dengan lembaga dalam budaya lain, harem dianggap cara raja untuk menampilkan kekayaan dan kekuasaannya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya