Liputan6.com, Gaza - Tiga sandera pria Israel telah dibebaskan dari Gaza dalam putaran kelima pertukaran tawanan antara Israel dan Hamas, karena ketidakpastian membayangi tahap berikutnya dari perjanjian gencatan senjata serta masa depan jangka panjang daerah kantong itu.
Ohad Ben Ami, Eli Sharabi, dan Or Levy – semuanya disandera selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober di Israel – diserahkan ke Red Cross atau Palang Merah di Kota Deir al-Balah pada hari ke-491 penahanan mereka di Gaza. Meskipun pemindahan berlangsung tertib, ketiganya tampak kurus dan pucat saat mereka dibawa ke panggung darurat.
Advertisement
Baca Juga
Sandera Israel, baik Ami maupun Sharabi mengenakan pakaian cokelat. Para sandera diminta menyampaikan pidato dalam bahasa Ibrani sambil berdiri di atas panggung, lalu dibawa ke tiga kendaraan Palang Merah yang menunggu untuk membawa mereka kembali ke Israel.
Advertisement
Palang Merah kemudian menyerahkan para sandera kepada Israel Defense Forces (IDF) atau Pasukan Pertahanan Israel di Gaza, yang telah memindahkan mereka kembali ke Israel, di mana mereka akan menjalani pemeriksaan medis.
Gambar-gambar selama penyerahan sandera pada hari Sabtu (8/2) itu digambarkan 'mengganggu' oleh Hostages and Missing Families Forum (Forum Sandera dan Keluarga Hilang) Israel. Levy – yang dibebaskan karena dianggap sebagai kasus kemanusiaan – tampak sangat lemah.
Pemerintah Israel menggambarkan penampilan tersebut sebagai "mengejutkan" dan mengatakan bahwa kejadian tersebut "tidak akan luput dari perhatian."
Ben Ami, 56, dan Sharabi, 52, keduanya dibawa dari rumah mereka di Kibbutz Be'eri, sekitar 4 kilometer (2,5 mil) dari perbatasan Gaza.
Istri Ben Ami, Raz Ben Ami, yang juga ditawan hari itu, dibebaskan selama gencatan senjata singkat pada November 2023.
Istri dan anak perempuan Sharabi tewas dalam serangan 7 Oktober, menurut kibbutz tersebut. Tidak jelas apakah dia tahu mereka sudah meninggal. Saudaranya Yossi Sharabi, yang ditawan, meninggal di Gaza, menurut militer Israel.
Levy, 34, sedang menghadiri festival musik Nova pada 7 Oktober saat ia diculik. Istrinya, Eynav, tewas dalam serangan itu. Levy juga memiliki seorang putra berusia tiga tahun yang akan dipertemukan kembali dengannya saat ia kembali ke Israel.
Sudah Berapa Sandera Israel yang Dibebaskan Hamas?
Hamas kini telah membebaskan total 16 sandera Israel sebagai bagian dari tahap pertama perjanjian gencatan senjata, dari total 33 sandera yang dijanjikan secara bertahap selama tahap ini. Delapan dari 33 sandera tersebut tewas, menurut pemerintah Israel.
Setelah pembebasan tiga sandera pada hari Sabtu (8/2), Hamas dan sekutunya masih menahan total 73 orang yang diambil dari Israel pada 7 Oktober 2023, dari 251 orang yang awalnya ditawan. Tiga sandera tambahan, yang ditawan sejak 2014, masih berada di Gaza.
Hamas mengatakan pihaknya memperkirakan Israel pada hari Sabtu (8/2) akan membebaskan 183 tahanan Palestina sebagai ganti tiga orang Israel tersebut. Israel belum mengonfirmasi jumlah dan nama tahanan yang diharapkan akan dibebaskan.
"18 tahanan Palestina yang diharapkan akan dibebaskan pada hari Sabtu (8/2) menjalani hukuman seumur hidup, sementara 54 orang menjalani hukuman yang lebih ringan dan 111 orang ditahan di Gaza setelah 7 Oktober," kata Hamas dalam sebuah pernyataan. Adapun dakwaan terhadap 111 orang tersebut tidak jelas.
Selain menyandera orang, Hamas dilaporkan menewaskan lebih dari 1.200 orang selama serangan 7 Oktober. Pengeboman Israel di Gaza sejak saat itu telah menewaskan lebih dari 40.000 orang, menghancurkan sebagian besar daerah kantong itu menjadi puing-puing, dan menyebabkan bencana kemanusiaan bagi penduduk yang selamat. Perang telah meluas ke wilayah yang lebih luas, menempatkan Israel dalam konflik dengan pendukung utama Hamas, Iran, serta proksi Teheran seperti Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman.
Advertisement
Kondisi Gencatan Senjata
Ketidakpastian membayangi masa depan gencatan senjata dan perjanjian penyanderaan antara Israel dan Hamas. Negosiasi untuk memperpanjang gencatan senjata Gaza – yang berakhir pada 1 Maret – masih diragukan.
Netanyahu sangat berhati-hati dengan tahap kedua kesepakatan itu, yang akan melibatkan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza dan pemulangan para sandera yang tersisa di sana. Menteri keuangannya, Bezalel Smotrich, telah berjanji untuk keluar dari pemerintahan jika gencatan senjata berlanjut.
Yang memicu lebih banyak ketidakpastian, dalam komentar yang luar biasa pada Selasa malam, Presiden AS Donald Trump mengusulkan agar AS "mengambil alih" Gaza, merelokasi penduduknya ke negara-negara tetangga, dan membangun kembali daerah kantong yang dilanda perang itu. Komentarnya disambut baik oleh menteri sayap kanan Israel dan dikecam oleh Hamas.
Seorang pejabat Hamas mengecam usulan Trump sebagai "resep untuk menciptakan kekacauan dan ketegangan di wilayah tersebut."
"Rakyat kami di Jalur Gaza tidak akan membiarkan rencana ini disahkan, dan yang diperlukan adalah mengakhiri pendudukan dan agresi terhadap rakyat kami, bukan mengusir mereka dari tanah mereka," kata juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri.