Liputan6.com, London - Suatu hari pada Mei 2000, Christophe Pelat menerima penugasan penting. Anggota pemadam kebakaran dikirim untuk memadamkan api yang membakar sebuah sedan BMW berwarna hitam di Montpellier, kawasan pedesaan di Prancis selatan.
Mobil mewah itu tak bersisa, binasa oleh api. Di dalamnya, ditemukan jasad seorang manusia. Tubuhnya hangus parah, tak ada lagi yang tersisa agar identitasnya bisa dikenali.
Advertisement
Siapa gerangan korban baru diketahui sebulan kemudian, melalui uji DNA dan catatan gigi.
Advertisement
Baca Juga
Ternyata, jasad itu adalah James Andanson, seorang juru foto yang setia menguntit Putri Diana dan kekasihnya, Dodi al Fayed, sejak beberapa minggu sebelum pasangan itu meninggal dunia dalam kecelakaan maut di Paris, Prancis.
Andanson bahkan diduga berada di Sardinia ketika pasangan kekasih kali pertama berlibur berdua pada minggu terakhir Agustus 1997.
Seperti dikutip dari Express pada Jumat (26/8/2016), jurnalis yang berusia 54 tahun kala itu adalah satu dari 10 saksi kunci dalam misteri terkait kecelakaan maut Putri Diana.
Ada dugaan bahwa Andanson mengemudikan Fiat Uno berwarna putih, yang membuntuti Mercedes Benz hitam yang ditumpangi Putri Diana dan kekasihnya.
Fiat Uno itu juga diduga sempat menyerempet mobil yang membawa Diana.
Christophe Pelat menduga Andanson melakukan upaya bunuh diri. Namun, kemudian ia berubah pikiran. "Saya melihatnya dari dekat dan sangat yakin bahwa ia telah ditembak dua kali di kepalanya." Menurut Pelat, jurnalis itu tewas tak wajar.
Kepada Daily Express, Pelat mengaku tak punya kewenangan mengatakan lebih banyak kecuali kepada pihak berwenang, tapi, "Saya menghadapi gawat darurat setiap hari dan memperlakukan masing-masing kejadian sama pentingnya."
Diana Sengaja Dihabisi?
Jika ini benar, maka Andanson diduga dibunuh. Kenapa?
Polisi menduga Andanson, seorang jutawan, adalah informan langganan MI6, agen rahasia Inggris, maupun agen rahasia Prancis.
Mohamed al Fayed, ayah dari korban Dodi al Fayed yang menjadi kekasih Putri Diana, menduga bahwa pasangan kekasih itu dibunuh oleh pihak keamanan Inggris berdasarkan perintah Pangeran Philip yang tidak ingin Putri Diana hamil seorang anak dari Dodi--yang adalah seorang muslim.
Laporan Operation Paget menyebutkan bahwa pada Januari 2004, mantan petugas medis resmi kerajaan, Dr. John Burton, menjelaskan melalui wawancara dengan The Times, bahwa ia hadir saat pemeriksaan post-mortem di Fulham.
Dr Burton secara pribadi memeriksa rahim Putri Diana dan didapati sang putri tidak sedang hamil.
Pemeriksaan darah pada ruang kaki di bawah kursi yang diduduki Putri Diana pada saat kecelakaan membuktikan tidak adanya hormon hCG yang menjadi penanda kehamilan seorang wanita.
Sejumlah laporan dari para sahabat dekat Putri Diana menyebutkan bahwa Putri Diana mengalami siklus menstruasi normal dan ada bukti bahwa ia menggunakan alat konstrasepsi.
Rosa Monckton, sahabat Putri Diana, dalam wawancara untuk dokumenter BBC pada Desember 2006 mengatakan bahwa Putri Diana mengalami menstruasi ketika mereka sedang berlibur bersama, sekitar 10 hari sebelum sang Putri meninggal dunia.
Pihak penyidik Prancis dan Inggris menyimpulkan bahwa kecelakaan terjadi karena Henri Paul, pengemudi Mercedes Benz, sedang dalam keadaan mabuk dan ada di bawah pengaruh obat penenang.
Advertisement
Bantahan, Bukti, dan Bantahan Lagi
Sementara itu, tulisan lawas di Daily Mail menyebutkan bahwa polisi melihat kebakaran BMW yang menewaskan Andanson adalah tindakan bunuh diri.
Kesimpulan itu disampaikan setelah menimbang-nimbang laporan ahli patologi yang mengatakan bahwa satu lubang di kening kiri korban disebabkan oleh panas luar biasa dari api yang disulut sendiri olehnya.
Lagipula, darah Andanson memiliki kandungan tinggi zat karbon monoksida. Ia layak diduga hidup cukup lama di dalam kobaran api, sehingga sempat menghirup gas tersebut, bukan meninggal sebelumnya.
Dari berbagai sumber yang dihimpun Liputan6.com, disebutkan bahwa Andanson memang memiliki masalah dalam kehidupan pribadinya. Kerabat dan teman-teman dekat mengaku bahwa Andanson sudah lama sesumbar tentang bunuh diri, jauh sebelum terjadinya kecelakaan lalu lintas yang menewaskan Putri Diana pada 31 Agustus 1997.
Laporan Operation Paget—penyidikan resmi kematian Putri Diana—tidak menemukan kaitan antara juru foto itu dengan pihak keamanan mana pun.
Bukan hanya itu, Jean Claude Mules, purnawirawan mayor di French Brigade Criminelle, memberikan kesaksian pada Februari 2008. Menurut dia, Andanson ditanyai oleh polisi Prancis pada Februari 1998.
Saat ditanyai polisi, Andanson dapat memberikan bukti tertulis tentang keberadaannya pada 30 dan 31 Agustus 1997. Berdasarkan bukti-bukti yang diajukan, Andanson sedang berada di Lignieres--285 kilometer dari Paris--pada saat meninggalnya Putri Diana.
Pada Februari 2008, Elizabeth, janda wartawan itu, mengaku bahwa suaminya sedang tidur bersamanya pada saat tabrakan di terowongan Alma di Paris. Namun demikian, Elizabeth menolak menyebutkan bahwa suaminya melakukan bunuh diri.
Ia dan James, putranya, meminta penyidikan pembunuhan tentang suaminya. Apalagi karena kematiannya terjadi di suatu tempat sejauh 600 km dari rumah, di tengah semangat Andanson dengan pekerjaan barunya di Sipa Agency.
Lalu, siapa pengemudi Fiat Uno putih di Pond Alma pada 31 Agustus 1997? Mengapa James Andanson terbakar hingga meninggal dunia di Montpellier pada Mei 2000?
Kematian Putri Diana masih diselimuti misteri.