Liputan6.com, Manila - Pemerintahan presiden baru Filipina, Rodrigo Duterte, menjadi sorotan dunia. Kebijakan kontroversial membunuh para pengedar narkoba tanpa proses pengadilan menuai kritik.
Namun, menurut keterangan Istana Kepresidenan Filipina Malacanang, kebijakan tersebut sangat impresif dalam menurunkan penggunaan narkotika. Angkanya sampai 90 persen.
"Sebanyak 2.956 warga yang terkait narkoba tewas, setengah dari mereka tewas di tangan kelompok masyarakat," sebut pernyataan resmi Malacanang, seperti dikutip dari Asia Correspondent, Senin (12/9/2016).
Advertisement
Keterangan tersebut dibenarkan Kepolisian Nasional Filipina. Mereka menyatakan sejauh ini 1.466 orang gembong narkotika tewas akibat operasi yang mereka lancarkan.
Baca Juga
Sementara 1.490 lainnya meregang nyawa di tangan kelompok masyarakat yang diberi wewenang tembak langsung para pengedar narkotika.
Selain menewaskan ribuan orang, Kepolisian Filipina juga menangkap 16 ribu terduga sebagai bandar dan pengedar narkoba. Tak cuma menangkap, 700 ribu pelaku kejahatan tersebut dilaporkan menyerahkan diri.
"Operasi kepolisian ini sukses," sebut Pejabat Komunikasi Kepresidenan Filipina, Martin Andanar.
Andanar menambahkan, meski memuji putusan tembak langsung, kebijakan ini sebenarnya turut menjadi perhatian mereka. Kekhawatiran terletak pada kemungkinan kebijakan tersebut disalahgunakan beberapa kelompok atau pelaku kriminal lain.
"Jika pembunuhan dilakukan saat perang antar gang, ini pasti menimbulkan kecemasan. Bila itu terjadi, maka payung hukum harus diterapkan," katanya.
Beberapa waktu belakangan Presiden Duterte terus diserang dunia internasional terkait kebijakannya tersebut. Salah satu pemimpin yang mengkhawatirkan kebijakan Duterte adalah Presiden AS Barack Obama.
Akan tetapi, Duterte seperti menutup kuping atas kecaman dan kritik. Bahkan, ia menyatakan siap mempertimbangkan untuk menghidupkan kembali hukuman mati bagi bandar dan pengedar narkotika yang sudah dihapuskan dari Filipina.
"Kami memang sudah tak ada hukuman mati, siapa yang akan menerapkan hukuman mati itu? Orangnya adalah Duterte," pungkas Presiden Filipina tersebut.