Liputan6.com, Paris - Prancis adalah negara pertama di dunia yang melakukan transplantasi tangan. Tapi, seorang wanita warga Prancis malah terpaksa mencari transplantasi dua tangan di Amerika Serikat.
Wanita bernama Laura yang dulu berusia 19 itu menderita infeksi sepsis parah sehingga dua tangannya harus diamputasi mulai dari bagian siku. Infeksi sepsis adalah infeksi bakteri yang menyebar di aliran darah.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari The Local pada Sabtu (8/10/2016), wanita yang sekarang berusia 28 tahun tersebut memutuskan untuk mendapatkan tangan baru melalui transplantasi pada musim panas lalu.
Tapi, menurut Le Figaro, ia terpaksa melakukannya di Amerika Serikat (AS) karena waktu tunggu yang panjang di Prancis.
Katanya kepada harian itu, "Di Prancis, kita memiliki kemampuan medis untuk melakukan bedah ini. Sungguh menyakitkan hati, mengesalkan."
Prancis memang pelopor transplantasi tangan dan melakukan transplantasi pertama sedunia di rumah sakit Lyon pada 1998. Tapi, transplantasi kali ini penuh dengan kerepotan administratif.
Laura dilaporkan menunggu 2 tahun dalam daftar tunggu Prancis setelah segala kerepotan adminsitratif, tapi kemudian tidak mendapat kabar dari rumah sakit.
Bahkan, menurut dokternya di Prancis, para juru rawat belum menanyakan kepada keluarga orang-orang meninggal mengenai kemungkinan mendonorkan tangan kerabat yang meninggal.
Belakangan, wanita itu kemudian dikeluarkan dari dalam daftar. Ia pun meminta bantuan kepada seorang dokter di Philadelphia, negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat.
Di akhir Juni lalu, ia sudah masuk dalam daftar tunggu dan mendapat panggilan pada Agustus. Sepasang tangan tersedia baginya.
Beberapa hari setelah perbincangan telepon, ia sudah menjalani pembedahan besar selama 8 bulan yang melibatkan 40 pekerja medis. Ia kemudian sudah keluar dari rumah sakit minggu lalu.
Sebelum akhir bulan lalu, ia akan kembali ke Paris untuk melanjutkan rehabilitasi.
Ternyata, kisah wanita tersebut menjadi inspirasi bagi setidaknya satu orang amputasi lainnya di Prancis, yang kemudian ikut juga dalam daftar tunggu di Amerika Serikat.
Kata wanita ke dua yang tak disebutkan namanya itu kepada Le Figaro, "Memalukan sekali dipotong di rumah sakit Prancis dan harus pergi ke Amerika Serikat untuk menyambung kembali."