Liputan6.com, Paris - Jarum jam belum lagi menunjuk ke pukul 05.00, Senin 15 Oktober 1917, berisik derap langkah dan hentakan kaki terdengar dari koridor lantai dua penjara wanita Saint-Lazare, Paris.
Dipandu oleh sipir yang membawa obor untuk menyalakan lampu, sebanyak 18 orang yang mayoritas serdadu menuju sebuah kamar penjara. Mereka berhenti di muka pintu Sel 12.
Suster Leonide, seorang biarawati yang bertugas di penjara meminta orang-orang itu menunggu di luar. Ia kemudian menggoreskan korek api ke dinding, untuk menyalakan lentera. Perempuan itu kemudian duduk di tepi ranjang, menepuk bahu tahanan yang sedang tidur bersandar pada satu lengan.
Wajah tahanan itu terlihat lelah. Ditahan di sel isolasi selama 8 bulan membuatnya penampilannya lebih tua dari usianya yang baru 41 tahun. Ketika matanya terbuka penuh, ia melihat sosok pengacaranya Edouard Clunet -- pria 74 tahun itu tak sanggup berkata apa-apa.
Lalu, sebuah suara memecah keheningan yang penuh tanda tanya. "Tegarlah. Pengampunan yang kau ajukan ditolak oleh Presiden Republik ini. Waktu penebusan telah datang," itu suara Kapten Pierre Bouchardo, jaksa militer yang menangani kasusnya, seperti dikutip dari Smithsonian, Jumat (14/10/2016).
"Tak mungkin! Itu tak mungkin," kata tahanan itu, mengerjapkan mata berkali-kali.
Namun, saat sang biarawati memeluknya, ia berkata "Jangan khawatir, Suster, aku tahu caranya mati."
Tahanan itu bernama Margaretha Geertruida Zelle. Namun, dunia mengenalnya dengan sebutan lain: Mata Hari.
Tak lama kemudian, Mata Hari dieksekusi oleh 15 anggota regu tembak di Chateau de Vincennes. Ia yang menolak penutup matanya, menatap langsung para algojonya. Konon, perempuan itu sempat melayangkan 'cium jauh' ke arah mereka.
Eksekusi pun dimulai. Sebuah peluru menembus jantungnya, satu peluru lainnya lalu ditembakkan ke telinganya, menembus batok kepala. Hidup ratu mata-mata yang dijuluki 'The Greatest Woman Spy' itu pun berakhir.
Karena tak ada keluarga yang mengklaim jasadnya, tubuh Mata Hari berakhir di meja praktek fakultas kedokteran. Sementara kepalanya disimpan di Museum Anatomi Paris.
Pada tahun 2000 diketahui bahwa kepala itu menghilang, mungkin raib saat museum itu dipindahkan pada 1954.
Berdarah Jawa
Mata Hari lahir dengan nama Margaretha Geertruida 'Grietje' Zelle pada 7 Agustus 1876 dari pasangan pengusaha minyak Belanda yang sukses.
Margaretha alias Mata Hari tumbuh sebagai remaja bertubuh tinggi, payudaranya kecil. Namun, tubuhnya eksotis membuatnya punya daya tarik.
Rambutnya hitam dan kulitnya coklat -- itu diduga pengaruh darah Jawa yang mengalir di tubuhnya.
Kebangkrutan bisnis ayahnya pada 1889, mengubah kehidupannya secara drastis -- orangtuanya bercerai, ibunya meninggal, dan dia dikeluarkan dari sekolah calon guru taman kanak-kanak karena skandal dengan kepala sekolahnya.
Hidup morat-marit, saat usia 18 tahun, Margaretha menikahi seorang pegawai militer Belanda, Rudolf John MacLeod, yang 20 tahun lebih tua.
Pernikahan itu menuntut takdirnya ke Jawa -- negeri leluhurnya. Dia tinggal di Ambarawa, Jawa Tengah. Dia juga pernah tinggal di Sumatera.
Di Jawa, dia menemukan dunianya -- belajar tarian Jawa dan tak seperti nyonya-nyonya Belanda lainnya, dia gemar memakai sarung.
Ketika berkorespondensi dengan kawan dan kerabat, dia memakai nama alias, Mata Hari, yang berarti Sang Surya, Matahari. Kelak nama itulah yang membuatnya populer dan dikenal dunia.
Malang, kehidupannya di tanah jajahan jauh dari membahagiakan. Anak lelakinya tewas, dia bercerai dengan suaminya yang gemar mabuk dan main perempuan -- sekaligus terlalu cemburu dengan pesona yang dimiliki istrinya itu.
Advertisement
Penyanyi Erotis yang Jadi Mata-mata
Takdir Margaretha menjadi mata-mata diawali kepindahannya ke Paris, Prancis.
Setelah jadi pemain sirkus, Margaretha banting setir jadi penari erotis. Di panggung dia memakai nama Mata Hari.
Dengan daya tarik sensualnya, Mata Hari menjelma jadi sosok yang dikenal.
Tariannya yang eksotis juga erotis membuatnya punya penggemar setia di seluruh Eropa, Moskow, Berlin, juga Madrid -- sebagian besar karena keberanian Mata Hari untuk menari telanjang.
Dia juga punya hubungan intim dengan pejabat militer, politisi, dan orang-orang berpengaruh, bahkan jadi 'simpanan' putra mahkota Jerman saat itu -- koneksinya ini memungkinkan dia bepergian melintasi batas-batas negara.
Saat jadi penari telanjang di Berlin, Mata Hari dikabarkan direkrut agen rahasia Jerman. Beberapa penulis biografi, misalnya, Erika Ostrovsky yakin bahwa Mata Hari pernah menjalani pelatihan di sekolah mata-mata Jerman di Antwerp, Belgia. Oleh Jerman, dia disebut dengan kode 'H21'.
Selain jadi mata-mata Jerman, Mata Hari juga direkrut menjadi mata-mata Prancis -- yang dia lakukan demi uang agar bisa hidup bersama kekasihnya yang asal Rusia, Vladmir Masloff.
Masalah datang pada bulan Januari 1917, saat atase militer Jerman di Madrid mengirim pesan radio ke Berlin menggambarkan kegiatan mata-mata Jerman dengan kode nama H 21.
Pesan itu disadap agen mata-mata Perancis. Dari informasi-informasi itu, diduga kuat H 21 adalah Mata Hari.
Pada 13 Februari 1917, Mata Hari dicokok aparat Prancis. Tuduhannya, agen ganda.
"Saya tidak bersalah," kata Mata Hari saat diinterogasi, tegas. "Seseorang sedang mempermainkan saya - kontra spionase Prancis. Saya sedang dalam tugas mata-mata dan saya bertindak hanya dalam perintah itu," kata dia, seperti dimuat laman www.mata-hari.com.
Pembelaannya mentah. Intel erotis itu lalu diadili dengan dakwaan menjadi mata-mata Jerman dan bertanggung jawab atas kematian 50.000 tentara. Ia diputus bersalah pada 25 Juli 1917.
Benarkah Mata Hari bersalah atas kematian ribuan nyawa itu?
Pengadilannya diwarnai bias dan bukti-bukti yang disebar luas. Banyak yang percaya dengan apa yang disampaikan pemerintah dan pers bahwa ia adalah 'mata-mata perempuan terbesar abad ini' -- untuk mengalihkan perhatian publik dari kekalahan Prancis di Front Barat.
Banyak yang menganggap, Mata Hari dijadikan kambing hitam, memanfaatkan profesinya yang dianggap 'cela' di mata masyarakat -- sebagai penari dan pekerja seks komersial.
Apapun, Mata Hari tetap menjadi salah satu tokoh paling menonjol dari dunia spionase. Namanya lekat dengan sosok mata-mata perempuan.