Liputan6.com, Vigan - Topan super Haima melemah dan meniup ke laut pada Kamis 20 Oktober 2016 waktu setempat, setelah menghantam Filipina utara dengan angin ganas dan hujan semalaman. Banjir, tanah longsor dan listrik padam terjadi.
Beruntung sebagian besar warga sudah dievakuasi, hampir 100.000 orang sudah berada di tempat yang lebih aman.
Terjangan angin Topan Haima dan hujan deras yang dibawanya, mengingatkan kembali kekhawatiran warga atas bencana yang ditimbulkan oleh Topan Haiyan pada 2013. Meski sejauh ini belum ada laporan kerusakan besar.
Advertisement
Beberapa desa yang dilintasi Topan Haima dilaporkan mengalami pohon-pohon tumbang, tanah longsor dan banjir. Komunikasi terhambat dan bantuan sulit diberikan karena akses yang tertutup.
Meskipun badai juga topan sudah menjadi bagian dari kehidupan di utara negara Filipina, banyak penduduk desa yang masih ngeri dengan amuk Haima.
"Di usia saya yang menginjak 60 tahun, ini adalah topan terkuat yang pernah saya lihat," kata anggota dewan desa, Willie Cabalteja di kota Vigan, Provinsi Ilocos Sur yang dikutip dari New York Times, Jumat (21/10/2016).Â
"Kami belum tidur. Pohon-pohon tumbang, rumah kehilangan atapnya dan pagar serta lembaran logam berterbangan sepanjang malam," imbuh Cabalteja.
"Sedikitnya tujuh orang tewas dalam badai," kata para pejabat.
Evakuasi masyarakat di daerah berisiko tinggi terjadi bencana membantu mencegah timbulnya korban jiwa.
"Dua pekerja konstruksi tewas ketika tanah longsor mengubur bedeng mereka di Kota La Trinidad di provinsi pegunungan Benguet," beber para pejabat.
Sementara dua warga lainnya tewas tertimbun tanah longsor, dan sisanya tersapu di sungai serta hilang di Provinsi Ifugao, dekat Benguet.
Seorang pria 70 tahun meninggal akibat serangan jantung di tempat penampungan darurat, saat pria lain meninggal akibat tertimpa pohon tumbang di Provinsi Isabela.
Satu kematian terkait topan lainnya dilaporkan di wilayah Ilocos Utara. Namun rincian lebih lanjut belum tersedia.
Menurut peramal cuaca, Haima yang memiliki kecepatan angin 225 kilometer per jam menghantam timur laut Provinsi Cagayan pada Rabu 19 Oktober lalu. Lalu topan super itu bergerak ke arah barat laut sebelum menuju Laut China Selatan dengan kecepatan angin 150 kilometer per jam, dengan hembusan angin hingga 185 kilometer per jam.
"Meskipun melemah, topan itu diperkirakan mampu bergerak menuju China," kata peramal cuaca Filipina.
Dampak Topan Haima
Setelah fajar, tingkat kerusakan akibat Topan Haima di Cagayan -- sekitar 500 kilometer (310 mil) di utara Manila -- dan wilayah terdekat baru terlihat jelas.
Mobil van terbalik, terguling atau bersandar di tiang listrik. Banyak puing memblokir jalan.
Sebagian besar toko, kaca jendelanya hancur dan bagian kanopi robek akibat hantaman angin kencang.
Di Provinsi Ilocos Sur utara, sawah menyerupai danau dengan air banjir berwarna cokelat. Operasi pembersihan pun telah dimulai.
"Operasi pencarian, penyelamatan dan pencarian sedang berlangsung," jelas administrator Kantor Pertahanan Sipil, Ricardo Jalad dalam sebuah pernyataan.
Cagalayan masih belum pulih dari terjangan topan pekan lalu, yang menewaskan dua orang dan menelantarkan puluhan ribu penduduk desa.
Presiden Rodrigo Duterte yang tengah melakukan kunjungan kenegaraan ke China, mendesak orang-orang untuk mengindahkan perintah yang dikeluarkan oleh lembaga bencana. Orang nomor satu di Filipina itu dijadwalkan terbang pulang pada hari Jumat.
Sekitar 20 topan dan badai menghantam Filipina setiap tahun. Menambah daftar bencana negara yang juga berisiko atas gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Pada November 2013, Topan Super Haiyan melanda Filipina. Lebih dari 7.300 orang tewas dan menelantarkan 5 juta orang setelah meluluhlantakkan seluruh desa.