Melalui Percakapan Telepon, Trump dan Putin Sepakat untuk Bertemu

Trump dan Putin berjanji mengadakan dialog yang bertujuan untuk membuka era baru kerja sama konstruktif dalam berbagai isu.

oleh Citra Dewi diperbarui 15 Nov 2016, 12:04 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2016, 12:04 WIB

Liputan6.com, Moskow - Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, setuju untuk bertatap muka dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Menurut pernyataan Kremlin, hal tersebut diucapkannya dalam sebuah percakapan telepon.

Dalam percakapan yang dilakukan pada Senin 14 November, di mana Putin secara formal memberi selamat kepada Trump atas kemenangannya, datang di tengah-tengah adanya harapan bahwa ketegangan kedua negara akan melonggar setelah terjadi transisi kekuasaan di AS.

Dikutip dari Independent, Selasa (15/11/2016), Kremlin mengatakan secara singkat, kedua pemimpin itu sepakat bahwa hubungan antara Rusia dan AS telah berlangsung "tidak memuaskan" dan berjanji untuk mengadakan dialog. Menurut pernyataan tersebut, tujuan mereka adalah membuka era baru kerja sama konstruktif dalam berbagai isu.

Secara lebih spesifik, Kremlin mencatat bahwa mereka juga setuju untuk memanfaatkan kekuatannya untuk melawan musuh nomor satu, yakni terorisme internasional dan ekstremisme.

Dari pernyataan itu, tampaknya mereka menyiratkan tekad untuk melawan ISIS. Dalam percakapan tersebut Putin dan Trump juga membahas mengenai Suriah.

Hingga saat ini belum ada detail kapan dan di mana keduanya akan bertemu secara langsung, sementara Trump akan disumpah menjadi Presiden AS pada 20 Januari 2017.

Trump dan Putin juga menyebut bahwa tahun 2017 akan menandai 210 tahun hubungan diplomatik, di mana Kremlin melaporkan bahwa hal itu dengan sendirinya harus mendorong kembali hubungan yang pragmatis dan kerja sama yang saling menguntungkan.

Selama melakukan kampanyenya, Trump beberapa kali menyatakan kekagumannya kepada Putin yang disebutnya sebagai "pemimpin kuat", bahkan ia membandingkannya dengan Barack Obama.

Ketika memimpin AS, Obama sering bersitegang dengan Putin. Amerika secara terus terang mengutuk Rusia karena telah mengambil Krimea dan interferensinya di Ukraina Timur. Dua kekuatan besar dunia itu juga berulang kali berselisih atas konflik yang terjadi Suriah dan nasib pemimpinnya, Bashar al-Assad.

Putin mengungkapkan harapannya akan adanya hubungan yang lebih baik dengan Presiden AS terpilih untuk pertama kalinya pada minggu lalu, setelah Trump mengungguli Hillary Clinton dalam electoral votes.

"Pernyataan pertama Trump memberi kita harapan bahwa meningkatkan hubungan antara AS dan Rusia adalah hal yang mungkin," ujar Putin melalui juru bicara Dmitry Peskov.

"Pemilihan Presiden AS tak berarti bahwa isu panas dalam hubungan Moskow dan Washington akan terpecahkan."

"Hal utama adalah niat untuk menyelesaikannya melalui dialog," imbuh dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya