Kapal Perang Rusia Tiba di Suriah, Serangan Besar Akan Terjadi?

Armada kapal perang yang dipimpin oleh Admiral Kuznetsov telah tiba di lepas pantai Suriah setelah melakukan pelayaran "provokatif".

oleh Citra Dewi diperbarui 13 Nov 2016, 13:29 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2016, 13:29 WIB

Liputan6.com, Aleppo - Sebuah armada kapal perang Rusia tiba di lepas pantai Suriah, Sabtu (13/11/2016). Armada tersebut diduga akan melakukan serangan dalam skala besar di Aleppo, baik melalui darat maupun udara.

Dikutip dari The Telegraph, Minggu (13/11/2016), kelompok yang dipimpin oleh kapal induk Admiral Kuznetsov dan diiringi sebuah kapal bertenaga nuklir Peter The Great, telah melakukan pelayaran "provokatif" dalam perjalanannya melalui Selat Inggris untuk mencapai Mediterania timur.

Komandan kapal Admiral Kuznetsov, Sergei Artamonov, telah mengonfirmasi kepada stasiun televisi Russia-1 melalui jaringan video pada 12 November lalu, bahwa pesawat yang dibawa kapal induk telah lepas landas dari dek kapal untuk melakukan pengintaian.

"Penerbangan yang sedang dilakukan dari dek...mereka bekerja pada koordinasi dengan pelabuhan pantai," ujar Artamonov.

Ketika ditanya apakah pesawat negara lain terbang di atas kapal, Komandan Peter The Great, Vladislav Malakhovsky, mengatakan, "mereka takut untuk mendekat dengan jarak 50 kilometer, menyadari betul bagaimana kuat kapal penjelajah nuklir."

Menurut situs Suriah pro-Assad, al-Masdar News, yang mengutip salah satu sumber militer menyebut bahwa kapal-kapal perang akan dikerahkan ke Mediterania untuk setidaknya enam bulan.

Pejabat NATO mengatakan, pengerahan Angkatan Laut Rusia tersebut merupakan yang terbesar sejak Perang Dingin. Diduga, hal itu dilakukan untuk menunjukkan kekuatan militer Rusia.

Selain itu terdapat perkiraan bahwa Presiden Vladimir Putin bisa saja membangun basis militernya di Timur Tengah, demi menegaskan kembali status Rusia sebagai kekuatan global.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kapal tersebut dapat digunakan Rusia untuk mendukung operasi militer di Suriah dan meningkatkan penderitaan warga sipil di sana.

Seorang pria berjalan di antara reruntuhan bangunan setelah terjadi serangan udara di al-Qaterji dekat Aleppo, Suriah (25/9) (Reuters)

Pada pekan lalu, Departemen Pertahanan Rusia mengumumkan akan memperpanjang penangguhan serangan udara yang dilakukan sejak 18 Oktober lalu. Keputusan itu dilakukan setelah pasukan Assad melancarkan serangan ganas selama satu bulan untuk memukul mundur pemberontak guna menyerahkan bagian kota yang mereka ambil alih sejak 2012.

Salah satu pejabat senior intelijen Suriah mengatakan, pasukan pro-pemerintah dan sekutu Rusia mungkin akan menunggu adanya dialog dengan presiden baru AS, Donald Trump, sebelum memulai serangannya.

Mereka mengisyaratkan melihat kemungkinan untuk menjalin kemitraan dengan Trump, yang selama kampanye memberikan sinyal bahwa dirinya sedia untuk bekerja sama dengan Rusia di Suriah.

Situasi di Aleppo timur saat ini semakin buruk, Sekitar 250.000 warga telah terkepung selama berbulan-bulan dan mulai kehabisan makanan, obat-obatan, dan air bersih.

Pekan lalu, pemerintah Suriah membuka enam koridor kemanusiaan dan menyebutnya "kesempatan terakhir" untuk meninggalkan kota.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya