Erdogan Klaim Punya Bukti Pasukan Koalisi AS Bantu ISIS

Erdogan menyebut pihaknya memiliki bukti berupa gambar, foto, dan video yang menunjukkan dukungan koalisi AS membantu kelompok teroris

oleh Citra Dewi diperbarui 28 Des 2016, 15:30 WIB
Diterbitkan 28 Des 2016, 15:30 WIB
PM Turki Recep Tayyip Erdogan
Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan (Guardianlv.com)

Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, dirinya mengungkap bukti yang menunjukkan bahwa pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat telah membantu mendukung teroris di Suriah, termasuk ISIS.

Selama ini, pasukan koalisi pimpinan AS dikenal membantu pemberontak Suriah dalam memerangi Presiden Bashar al-Assad, namun menghindari mendukung ISIS dan kelompok militan lainnya.

Di sisi lain, Erdogan meyakini bahwa AS telah memberi bantuan kepada sejumlah kelompok militan.

"Mereka menuduh kita membantu Daesh (ISIS)," ujar Erdogan dalam konferensi pers yang dilakukan di Ankara.

"Saat ini mereka memberi bantuan kepada kelompok teroris, termasuk Daesh, YPG, PYD. Ini sangat jelas. Kami telah mengonfirmasi buktinya, dengan gambar, foto, dan video," imbuh dia.

Pada Selasa 27 Desember lalu, Erdogan juga mengatakan bahwa Arab Saudi dan Qatar harus bergabung dalam pertemuan yang dihadiri Rusia dan Iran untuk membahas soal upaya perdamaian di Suriah.

Dikutip dari Independent, Rabu (28/12/2016), Rusia, Turki, dan Iran yang membantu menengahi penarikan warga sipil dan mlitan dari Aleppo, telah sepakat mengadakan pembicaraan terkait Suriah di Kazakhtan pada Januari 2017.

Erdogan mengatakan, pertemuan yang dihadiri menteri luar negeri itu harus melibatkan Arab Saudi dan Qatar, dengan menyebut bahwa kedua negara itu menunjukkan niat baik dan memberikan dukungan kepada Suriah.

Turki, Arab Saudi, dan Qatar merupakan pendukung utama pemberontak yang berusaha menggulingkan Presiden Suriah Basahar Assad, di mana rezim tersebut bersekutu dengan Rusia dan Iran.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri AS menyangkal klaim Erdogan dan menyebutnya "menggelikan". Juru bicara departemen, Mark Toner, mengatakan tidak ada dasar atas tuduhan tersebut.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya