Eks Istri dan Putri Bungsu Trump Minta Didandani Gratis

Tak disangka Maples dan Tiffany, 2 orang keluarga Trump berharap, dapat layanan tata rambut dan makeup gratis di hari pelantikan

oleh Khairisa Ferida diperbarui 19 Jan 2017, 11:07 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2017, 11:07 WIB
Tiffany Trump dan sang ibu, Marla Maples
Tiffany Trump dan sang ibu, Marla Maples (Associated Press)

Liputan6.com, Washington, DC - Tanggal 20 Januari mendatang akan menjadi hari bersejarah bagi Amerika Serikat (AS), terutama keluarga Donald Trump. Pasalnya, pada hari tersebut, Trump akan disumpah menjadi presiden ke-45 AS.

Di tengah euforia yang dirasakan Trump dan keluarga, muncul kabar kurang mengenakkan. Putri bungsu Trump, Tiffany (23) dan sang ibu yang notabene mantan istri kedua Trump, Marla Maples, membujuk seorang penata rambut di Washington untuk memberikan mereka layanan gratis di hari pelantikan.

Seperti dikutip dari The Washington Post, Kamis, (19/1/2017), perempuan bernama Tricia Kelly itu mengatakan, ia dihubungi oleh seorang klien lama yang memiliki hubungan dengan Trump. Kelly diminta untuk menata rambut Maples dan Tiffany saat pelantikan.

Ia pun menyatakan kesediaannya dan menjelaskan tarif layanannya, yakni US$ 150 atau setara dengan Rp 2 juta. Namun Maples melalui asistennya menolak tarif itu.

"Aku diceritakan, mereka memiliki anggaran sebesar US$ 300 untuk menata rambut dan berhias," ujar Kelly.

Setelah bolak-balik bernegosiasi, akhirnya Kelly setuju untuk dibayar US$ 200 dalam urusan menata rambut. Sementara urusan makeup mereka harus merogoh kocek sebesar US$ 150.

Tiba-tiba, asisten Maples melontarkan pertanyaan yang cukup mengejutkan.

"Bersediakah Anda dan make up artist melayani secara cuma-cuma? Sebagai gantinya, mereka akan mempromosikan kalian di media sosial," tanya asisten Maples.

Kelly menolaknya. Ia mengaku terkejut bukan main ketika disodori permintaan tersebut.

"Aku tertegun. Akhirnya aku katakan pada mereka, aku bekerja untuk dibayar, tidak gratis," ujarnya.

Ia menjelaskan sikapnya tersebut jauh dari alasan politik mengingat para kliennya merupakan sejumlah tokoh terkemuka, baik dari sisi Partai Republik maupun Demokrat. Awalnya ia enggan mengungkap hal ini ke publik. Namun ia ingin masyarakat belajar tentang etika dari kisahnya.

"Sepertinya mereka mencoba untuk mengetahui ada berapa banyak hal yang bisa mereka dapatkan dengan memanfaatkan nama mereka," ungkap Kelly.

Para ahli etika berpendapat, menerima sesuatu secara gratis bukanlah tindakan ilegal bagi Maples dan Tiffany. Sementara itu, sebagai presiden, Trump kelak diwajibkan melaporkan setiap hadiah yang bernilai lebih dari US$ 300, baik yang ditujukan kepada dirinya atau pun keluarganya.

"Tapi tetap saja Maples atau Tiffany terikat dengan aturan-aturan tersebut," ujar Jan Baran, seorang pengacara yang bertugas di Komisi Etika pada era Presiden George HW Bush.

Juru bicara Maples menolak mengomentari pengakuan Kelly. Tak lama, mencuat kabar bahwa Kelly mendapat ancaman dari klien lama yang menyambungkannya dengan pihak Maples.

"Anda telah bermain-main dengan Presiden AS," sebut ancaman itu.

Lebih lanjut, ancaman itu menjelaskan latar belakang Maples meminta gratisan. Ia khawatir dengan kondisi keuangannya mengingat Tiffany sudah menyelesaikan kuliahnya, sehingga hal tersebut mengakhiri tunjangan dari mantan suaminya, Trumo.

"Dia memiliki gaya hidup dan Anda tidak mengerti itu."

Tiffany memang tak seperti putri Trump lainnya, Ivanka, yang senantiasa mengekor ke mana sang ayah pergi. Ia cenderung jarang tampil di muka publik dan dianggap sebagai putri yang terlupakan.

Ibunya, Maples, merupakan artis Amerika. Ia sempat dituding sebagai penyebab perceraian Trump dengan istri pertamanya, Ivana.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya