Liputan6.com, Tokyo - Suatu hari nanti, sebuah drone yang mampu melakukan penyerbukan bunga akan bekerja berdampingan dengan lebah-lebah untuk membantu meningkatkan hasil panen.
Sekitar 3/4 spesies panen dunia, mulai dari apel hingga almond, mengandalkan penyerbukan oleh lebah dan serangga-serangga lain. Namun demikian, pestisida, penggundulan lahan, dan perubahan iklim menyebabkan penurunan jumlah serangga itu sehingga menciptakan masalah bagi para petani.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari New Scientist pada Minggu (12/2/2017), penyerbukan diperlukan untuk reproduksi tanaman berbunga. Bagian jantan sekuntum bunga, yaitu stamen, menghasilkan serbuk sari (pollen) yang membuahi bagian betina suatu bunga, yaitu pistil.
Hasilnya adalah benih. Pada bunga yang melakukan penyerbukan sendiri, stamen langsung menebarkan serbuk sari pada pistil.
Namun demikian, penyerbukan silang memerlukan transfer serbuk dari satu tanaman ke tanaman lain. Hal itu utamanya mengandalkan terbawanya serbuk pada tubuh lebah dan serangga lain ketika mereka mengambil sari bunga, sehingga menempel pada tanaman lain yang dikunjungi serangga tersebut.
Penyerbukan silang memiliki keunggulan, antara lain dalam penambahan keragaman genetik dan perbaikan jumlah serta mutu hasil panen.
Eijiro Miyako dari Lembaga Nasional Ilmu dan Teknologi Industrial di Jepang bersama rekan-rekannya menggunakan prinsip penyerbukan silang para lebah, berinovasi membuat drone yang bisa memindahkan serbuk sari antar bunga.
Drone selebar 4 cm seberat 15 gram itu dikendalikan secara manual. Bagian bawahnya terdapat rambut kuda yang dilapisi dengan gel lengket khusus. Ketika drone itu terbang ke suatu bunga, serbuk sari menempel secara halus ke gel itu, lalu terlepas di bunga yang dikunjungi selanjutnya.
Dalam sejumlah eksperimen, drone itu mampu melakukan penyerbukan silang bunga lili Jepang (Lilium Japonicum). Bahkan bisa melakukannya pada bunga yang memiliki bulu lembut dan luwes, tak merusak stamen maupun pistil ketika unit itu mendarat di atas kembang.
Miyako mengatakan, bahwa timnya sedang mengembangkan drone otonom yang dapat membantu para petani melakukan penyerbukan tanaman mereka. Untuk itu diperlukan GPS, kamera resolusi tinggi, dan kecerdasan buatan (artificial intelligence), yang digunakan untuk melacak lintasan antar bunga dan mendarat secara benar.
Tapi semua itu perlu waktu.
Kata Miyako, "Kami harap hal ini membantu mengatasi masalah pengurangan jumlah lebah. Tapi, lebih penting lagi, lebah dan drone harus dipergunakan bersamaan."
Saul Cunningham dari Australian National University di Canberra, Australia, mengatakan bahwa penggunaan drone merupakan gagasan yang menarik, tapi mungkin tidak layak secara ekonomis.
"Jika dipikir-pikir, misalnya dalam industri almond, perkebunannya bisa membentang beberapa kilometer dan tiap pohon bisa memiliki 50 ribu bunga. Jadi ukuran untuk pengoperasian robot penyerbuk itu pasti akan besar," jelas Cunningham.
Menurut Cunningham, ada beberapa strategi yang secara finansial lebih pantas untuk mengatasi kurangnya jumlah lebah. Misalnya, melalui manajemen yang lebih baik melalui penggunaan sedikit pestisida, pembiakan varietas tanaman yang dapat menyerbuk sendiri daripada mengandalkan penyerbukan silang, dan penggunaan mesin penyemprot serbuk sari di atas tanaman.