Liputan6.com, Damaskus - Presiden Suriah Bashar al-Assad membantah serangan senjata kimia di Idlib, Suriah, sebagai 100 persen dibuat-buat. Pernyataannya itu dinilai absurd, meski sejumlah saksi mata dan bahkan Rusia--koalisi Suriah--mengonfirmasi adanya serangan racun di sana.
Pada sebuah wawancara dengan AFP yang dikontrol ketat oleh atase pemerintah Suriah di Istana Kepresidenan Damaskus, Presiden Assad mengklaim bahwa laporan atas serangan di Idlib tidak valid karena informasi tersebut berasal dari Nusra Front, cabang Al Qaeda di Suriah.
Sejumlah foto yang menunjukkan anak-anak tewas akibat racun kimia diklaim oleh Assad sebagai gambar yang dibuat-buat dan tidak meyakinkan.
Advertisement
Padahal, informasi mengenai dampak serangan senjata kimia diperoleh langsung dari para keluarga korban serangan, penduduk Khan Sheikhon, Idlib, dan petugas medis yang berada di lokasi ledakan senjata kimia.
Bahkan, koalisi terdekat Suriah, Rusia, mengakui adanya korban tewas akibat serangan senjata kimia.
Menurut versi penjelasan Rusia, dampak racun yang diderita oleh warga sipil disebabkan oleh serangan udara militer Suriah yang mengenai gudang senjata kimia milik kelompok oposisi di Khan Sheikhoun, Idlib, Suriah.
Sementara pihak Turki dan Inggris yang melakukan tes terhadap sampel racun di Khan Sheikhoun mengungkapkan bahwa Suriah diduga kuat sebagai negara yang memproduksi zat kimia untuk senjata nahas tersebut.
Namun, pada wawancara tersebut, Assad membantah rezimnya terlibat dalam serangan yang menewaskan ratusan warga sipil itu.
"Kami tak lagi menggunakannya sejak tiga tahun lalu...kami tak pernah menggunakan senjata itu dalam sejarah negara kami. Secara moral kami tak akan melakukan ini karena tidak dapat diterima," jawab Assad kepada wartawan AFP, seperti yang dikutip CNN, Jumat, (14/4/2017).
Pada tahun 2013, Suriah juga sempat diduga kuat menggunakan senjata kimia untuk menyerang kelompok oposisi dan menewaskan 1.400 orang, beberapa di antaranya adalah warga sipil. Sejak itu, Rusia meminta agar Suriah tak lagi menggunakan senjata itu.
Assad justru menyalahkan AS karena telah membantu teroris serta memfabrikasi serangan kimia agar memiliki alasan untuk menyerang pemerintahannya.
Pernyataan ini tidak konsisten dengan pernyataan sebelumnya dari Militer Suriah dan Rusia. Militer Suriah mengklaim serangan Idlib dilakukan oleh kelompok opsisi yang dianggap teroris.
Sedangkan Rusia mengklaim serangan dilakukan oleh militer Suriah yang mengenai gudang senjata kimia milik kelompok oposisi.
"Kita tidak tahu apakah anak-anak di video yang mungkin dipalsukan itu benar-benar mati," ujar Assad yang meragukan korban serangan Idlib.
Presiden ke-19 Suriah itu meminta untuk dilakukan penyelidikan imparsial dan independen.