Liputan6.com, Pulau Henderson - Sebuah pulau kecil tak berpenghuni di Samudra Pasifik bagian selatan bernama Pulau Henderson, disebut sebagai salah satu yang terpencil di dunia.
Menyedihkannya, saat ini Henderson menyandang gelar baru, yakni pulau paling tercemar di dunia akibat banyaknya sampah plastik di sana.
Baca Juga
Saking terpencilnya pulau yang termasuk dalam Situs Warisan Dunia oleh UNESCO itu, hanya dikunjungi satu kali dalam waktu lima hingga 10 tahun untuk kegiatan penelitian.
Advertisement
Namun isolasi dari manusia tak membuat Pulau Henderson bebas dari limbah. Dalam sebuah studi terbaru, para peneliti memperkirakan, terdapat 37,7 juta plastik yang setara dengan bobot 17 ton mengotori pantai pulau itu.
Dengan 671 sampah di setiap satu meter perseginya, para peneliti menyebut Pulau Henderson menjadi tempat dengan sampah plastik terpadat di dunia.
Dikutip dari Live Science, Rabu (17/5/2017), Pulau Henderson terletak di tengah-tengah arus Samudra Pasifik bagian selatan. Hal itu membuatnya menjadi tempat yang 'pas' di mana sampah dari Amerika Selatan dan limbah kapal laut berkumpul.
"Jauh dari kata pulau terpencil asri yang dibayangkan orang-orang, Pulau Henderson merupakan contoh mengejutkan bagaimana sampah plastik berdampak ke lingkungan dalam skala besar," ujar penulis studi yang merupakan seroang peneliti di Institute for Marine and Antarctic Studies (IMAS) University of Tasmania, Jennifer Lavers, dalam sebuah pernyataan.
Setiap harinya pantai di Pulau Henderson akan menerima lebih dari 3.750 sampah. Namun menurut Lavers, jumlah total sampah di pulau tersebut tampaknya jauh lebih besar.
Pencemaran di Pulau Henderson menunjukkan bahwa saat ini dunia belum menemukan cara untuk bebas dari sampah plastik. Lebih dari 300 juta ton plastik diproduksi setiap tahunnya, dan kebanyakan tidak didaur ulang.
"Sampah plastik berbahaya bagi banyak spesies, karena dapat membelit dan menghambat pencernaannya jika termakan...dan menurunkan keragaman avertebrata pantai," kata Lavers dalam pernyataan tersebut.
"Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 200 spesies diketahui berisiko akan memakan plastik, dan 55 persen burung laut dunia, termasuk dua spesies yang ditemukan di Pulau Henderson, berisko atas adanya sampah itu," imbuh dia.
Menurut UNESCO, sebagai Situs Warisan Dunia Pulau Henderson memiliki rencana perlindungan dan pengelolaan, termasuk pencegahan dari polusi laut. Namun UNESCO tidak merinci upaya lingkungan yang sedang dilakukan untuk membersihkan sampah plastik.
Studi pencemaran di Pulau Henderson dipaparkan dalam artikel yang dipublikasi di Proceedings of the National Academy of Sciences.
Saksikan juga video berikut ini: