Bawa Bendera Palestina, Pramuka Yerusalem Dilarang Dampingi Trump

Persatuan Pramuka Arab Orthodoks Yerusalem dilarang iringi Presiden Donald Trump menuju gereja.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 25 Mei 2017, 07:36 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2017, 07:36 WIB
Kunjungi Presiden Mahmoud Abbas, Trump Ingin Damaikan Palestina - Israel
Ekspresi Donald Trump saat melakukan pertemuan Presiden Mahmoud Abbas di Tepi Barat Kota Bethlehem (23/5). Guna mewujudkan kesepakatan itu, Trump meminta kedua belah pihak untuk bersedia berpartisipasi dalam negosiasi langsung. (AP Photo / Evan Vucci)

Liputan6.com, Yerusalem - Persatuan Kepanduan Arab Orthodoks Yerusalem menerima larangan untuk mengiringi Presiden Donald Trump menuju Gereja Makam Kudus di Kota Tua Yerusalem Timur. Awalnya kelompok tersebut telah ditunjuk melaksanakan tugas itu.

Pelarangan ini disebabkan, kelompok serupa pramuka tersebut menolak permintaan Otoritas Israel untuk melepas gambar bendera Palestina di seragamnya.

"Kami tidak akan mengubah keputusan kami untuk melarang mereka ikut, selama masih mengenakan bendera Palestina di seragamnya," sebut pernyataan resmi Kepolisian Israel, seperti dikutip dari Arab News, (24/5/2017).

Menanggapi pernyataan dari Kepolisian Israel, kelompok tersebut menyebut, mereka diminta oleh pihak Donald Trump untuk mengiringi sang presiden sampai masuk gereja.

Bukan cuma permintaan Trump saja. Presiden Palestina Mahmoud Abbas juga telah menyetujui keikutsertaan mereka.

Ketika tahu mereka mendapat pelarangan dari pihak Israel, kelompok kepanduan menerima dengan berat hati.

"Kami mengkhawatirkan keselamatan dari anak-anak kami jika nanti di sana mereka terlibat konfrontasi dengan polisi Israel," sebut pernyataan kelompok Persatuan Pramuka Arab Orthodoks.

Kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Israel disambut dingin oleh sebagian warga Yahudi. Protes pun digelar, salah satunya di Yerusalem.

Trump berada di Israel usai mengunjungi Riyadh, Arab Saudi. Di negara sekutunya itu, sang miliarder nyentrik tersebut bertemu Presiden Reuven Rivlin dan PM Benjamin Netanyahu.

Menurut beberapa demonstran, unjuk rasa dilakukan untuk menunjukkan pandangan warga Israel berbeda dengan pemerintahnya. Mereka menolak kepemimpinan Trump di Amerika.

"Banyak orang yang marah, yang menyebut soal hubungan cinta Trump dan Israel, serta Yahudi dan Trump," sebut seorang penggerak aksi, Jacob Fortinsky, seperti dikutip dari Times of Israel, Selasa (23/5/2017).

"Saya harap malam ini kita bisa menyerukan dan menunjukkan adanya penolakan besar dari warga Yahudi dan Israel," ucap dia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya