2 Pria AS Tewas Saat Melindungi Remaja Muslim

Dua pria tewas dan satu lainnya terluka saat melindungi dua remaja berhijab dari serangan berlatar kebencian oleh seorang pria di kereta.

oleh Citra Dewi diperbarui 28 Mei 2017, 15:30 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2017, 15:30 WIB
Taliesin Myrddin Namkai-Meche
Taliesin Myrddin Namkai-Meche tewas saat melindungi dua remaja berhijab yang mendapat serangan kebencian oleh seorang pria di Oregon (Facebook)

Liputan6.com, Portland - Pada 26 Mei 2017, dua remaja perempuan yang mengenakan hijab diserang oleh seorang pria di sebuah kereta di Portland, Amerika Serikat.

Menurut seorang saksi mata yang juga merupakan ibu dari salah satu remaja tersebut, Dyjuana Hudson, penyerang sempat mengatakan, "seluruh muslim harus mati".

Berdasarkan konfirmasi Sersan Pete Simpson, tersangka yang bernama Jeremy Joseph Christian (35) itu berteriak tentang banyak hal, termasuk apa yang dicirikan sebagai ucapan kebencian.

Tiga orang pria kemudian turun tangan untuk membantu kedua remaja itu. Hudson mengatakan, salah satu dari pria itu sempat berkata, "Kamu tak bisa memperlakukan mereka seperti itu, mereka masih muda."

Namun pelaku yang makin tersulut emosinya balik menyerang ketiga pria yang mencoba melindungi gadis remaja itu. "Beberapa orang yang diteriakinya diserang dengan kejam oleh tersangka, mengakibatkan dua orang tewas dan satu luka," ujar Simpson.

Dikutip dari BBC, Minggu (28/5/2017), dua korban tewas akibat adalah John Best (53) dan Taliesin Myrddin Namkai-Meche (23). Sementara itu satu penumpang lain, Micah David-Cole Fletcher, turut terluka dan saat ini masih berada di rumah sakit.

John Best merupakan veteran militer dan ayah empat orang anak. Saat kejadian, ia sedang dalam perjalanan menuju rumahnya.

Best telah mengabdi selama 23 tahun di Angkatan Darat AS dan pensiun pada 2012. Sejak 2015, ia bekerja untuk Pemerintah Portland.

Seorang rekan kerjanya, Kareen Perkins, mengatakan kepada Oregon Live bahwa Best adalah "orang pertama yang akan kamu datangi jika membutuhkan bantuan".

Korban tewas lainnya, Namkai-Meche, merupakan pria yang baru saja lulus sebagai sarjana ekonomi dari Reed College di Portland. Saat kejadian, Namkai-Meche sedang menelepon bibinya.

Menurut laporan KATU News, sang bibi memintanya untuk mematikan telepon dan merekam apa yang sedang terjadi. "Aku tak berharap menyuruh dia menjadi seorang pahlawan dan membiarkan dia terbunuh, tapi ia berusaha melindungi dua gadis remaja itu," ujar bibinya.

Dalam Facebook-nya, ibu Namkai-Meche menulis penghormatan terakhir untuk putranya, yang ia sebut "dear baby boy".

"Ia adalah seorang pahlawan dan akan tetap menjadi seorang pahlawan meski berada di dunia berbeda. Bintang terang, aku akan mencintaimu selamanya," tulis ibu Namkai-Meche.

Sementara itu, Hudson yang merupakan ibu dari salah satu remaja perempuan tersebut menulis di Facebook, "Terima kasih, terima kasih, terima kasih...kamu akan menjadi pahlawan kami selamanya."

Wali Kota Portland, Ted Wheeler, mengatakan bahwa tindakan berani dan tanpa pamrih dari ketiga orang tersebut harus dijadikan contoh dan inspirasi bagi semua orang.

Seorang peneliti senior di Southern Poverty Law Center mengatakan, akun Facebook si pelaku Christian menunjukkan ia memiliki ciri keyakinan rasis dan ekstremis lainnya.

Sebuah artikel yang dipublikasi media lokal Portland melaporkan, Christian adalah "supremasi kulit putih" yang sebelumnya memberikan ucapan salam ala Nazi dalam sebuah kampanye sayap kanan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya