Bukan Wonder Woman, Ini 6 Perempuan Jagoan yang Sesungguhnya

Wonder Woman yang kontroversial adalah fiksi belaka. Nyatanya, ada banyak perempuan pemberani yang tak kalah hebatnya.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 05 Jun 2017, 19:40 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2017, 19:40 WIB
[Bintang] Wonder Woman
Film Wonder Woman. foto: JMC

Liputan6.com, Jakarta - Saat tampil perdana pada 1942, dalam DC Comics berjudul Sensation Comics, Wonder Woman memicu kehebohan. Princess Diana of Themyscira atau Diana Prince itu menjadi sosok langka di dunia pahlawan super yang maskulin.

Dengan pakaian yang menonjolkan keseksian, Wonder Woman maju ke medan tempur. Ia punya gelang yang bisa menyetop peluru, pedang magis, perisai yang tahan ledakan juga cambuk ajaib "Lasso of the Truth" yang bisa membuat siapa pun yang terjerat menyatakan kebenaran.

Cambuk itu memicu prasangka. Sang putri Amazon itu dikaitkan dengan "bondage" -- aktivitas seksual yang melibatkan aksi pengekangan kebebasan.

Seperti dikutip dari situs NPR, pengarangnya, William Moulton Marston, adalah seorang psikolog yang tertarik dengan gerakan yang memperjuangkan hak pilih bagi perempuan.

Ia juga terang-terangan kagum pada Margaret Sanger, aktivis perempuan yang aktif menyuarakan hak untuk membatasi kelahiran (birth control).

Menariknya, Margaret Sanger adalah tante dari istri simpanannya.

Belakangan, superhero berbusana seksi kembali kini dihidupkan dalam film Wonder Woman yang diperankan artis Gal Gadot.

Wonder Woman adalah fiksi belaka. Tak mewakili tokoh di dunia nyata. Meski demikian, sepanjang sejarah dan lintas budaya, muncul para perempuan jagoan, yang menguasai strategi juga taktik militer, yang ditakuti di medan tempur, dan memimpin  pasukan termasuk para serdadu laki-laki.

Mereka membuktikan bahwa kaum hawa juga bisa menjadi petarung tangguh dan panglima perang yang tak bisa dipandang sebelah mata.

Berikut 6 perempuan jagoan dalam dunia nyata, yang kisahnya tak  kalah dramatis dari Wonder Woman, seperti Liputan6.com kutip dari situs sains LiveScience, Senin (5/6/2017).

1. Fu Hao, Sang Jenderal Perang

Fu Hao adalah satu dari 60 istri Kaisar Wu Ding dari Dinasti Shang. Namun, alih-alih hidup nyaman di istana atau asyik terlibat intrik sengit demi memikat sang penguasa dan jadi selir kesayangan, ia terjun ke medan perang.

Ia yang hidup sekitar 3.000 tahun lalu, pada Zaman Perunggu China, adalah perempuan pertama yang dikenal sebagai panglima perang pada masa Dinasti Shang, demikian menurut buku Women in World History: A Biographical Encyclopedia (Yorkin Publications) yang terbit pada 2002.

 Wonder Woman di dunia nyata: Fu Hao, jenderal perang dari Dinasti Sang China (Mu Jun/AP)

Informasi tentang dirinya diungkap dalam sejumlah teks kuno yang digoreskan di tulang maupun cangkang kura-kura.

Salah satunya, yang menjadi koleksi Gulbenkian Museum of Oriental Art and Archaeology di Inggris, menggambarkan bagaimana Fu Hao memimpin 3.000 tentara dalam sebuah aksi militer.

Para arkeolog juga menguak bukti soal pangkat kemiliteran dan kemampuan Fu Hao saat mereka menemukan makamnya di dekat Anyang, China, pada 1976.

Ada lebih dari 100 senjata yang ikut dikuburkan di sana -- yang mengonfirmasi statusnya sebagai pemimpin militer level atas, demikian menurut British Museum.

Makam Fu Hao, yang meninggal pada 1.200 SM, juga dilengkapi harta benda, termasuk ribuan objek ornamen, bejana perunggu, batu giok, tulang, opal dan gading.

Para arkeolog juga menemukan bagian tubuh 16 budak yang dikubur hidup-hidup -- untuk menemani sang jenderal di alam baka.

2. Si Cantik Penebas Kepala Lawan

Tomoe Gozen adalah samurai perempuan dari Jepang, pada masa akhir Abad ke-12. Ia dikenal, juga dikagumi, karena kekuatan dan keberaniannya.

Ia berperang di pihak Minamoto no Yoshinaka dalam Perang Genpei.

Wonder Woman dalam kehidupan nyata: Tomoe Gazoen, samurai perempuan terkenal dari Jepang (Wikimedia Commons/Toyohara Chikanobu)

Kisahnya yang legendaris kali pertama muncul dalam epos ksatria Jepang, The Tale of the Heike -- serial narasi tentang kehidupan dan pertempuran mereka yang saling berhadapan dalam Perang Genpei.

Tomoe Gozen digambarkan sebagai pemanah terampil yang menjadi anggota pasukan Jenderal Kiso Yoshinaka. Ia mengenakan baju besi berat dan membawa pedang dan busur yang sama-sama besar.

Saat Yoshinaka diserang dan terluka parah, ia membela panglimanya mati-matian. Tomoe Gozen beradu pedang dengan samurai dan menebas leher lawannya itu, demikian menurut deskripsi yang dimuat di Japan Times.

"Ia adalah penunggang kuda yang tak kenal takut, tak ada kuda paling kencang atau medan paling berat yang bisa mengalahkannya. Dengan sangat terampil, dia memainkan pedang dan busurnya, membuatnya setara dengan 1.000 tentara. Ia bahkan sanggup menghadapi dewa atau iblis," demikian diungkap deskripsi tersebut.

Meski garang di medan perang, Tomoe Gozen digambarkan sebagai sosok perempuan yang cantik. "Dengan kulit putih, rambut panjang, dan rupa menawan."

3. Putri yang Jago Gulat dari Mongolia

Pada Abad ke-13 di Mongolia, ring gulat didominasi seorang perempuan. Tak ada satu pria pun yang mampu mengalahkannya.

Namanya Khutulun, ia adalah cicit Ghengis Khan, sang pendiri Kekaisaran Mongolia yang menaklukkan sebagian besar Asia dan nyaris menginvasi Eropa.

Namun, Khutulun tidak mendompleng nama kakek buyutnya itu. Ia membangun reputasinya sendiri, dari kekuatan dan kehebatannya sebagai pegulat, pemanah dan penunggang kuda, demikian dilaporkan Lapham's Quarterly.

Wonder Woman di dunia nyata: Khutulun dari Mongolia (Wikimedia Commons)

Perempuan berjuluk "putri pegulat" itu mengumpulkan pundi-pundi harta dari kompetisi gulat -- di mana ia mengalahkan setiap pria yang muncul sebagai lawan.

Khutulun juga punya reputasi hebat di medan perang, dengan berperang bersama ayahnya, untuk mempertahankan stepa di Mongolia dan Kazakhstan dari Kublai Khan.

Perannya di medan tempur diamati dan dicatat oleh penjelajah Marco Polo.

Khutulun digambarkan mengendarai kudanya dengan cepat ke arah pasukan musuh, lalu, ia akan menyerang dan meraih tubuh satu tentara tanpa kenal perasaan.

"Seperti elang besar yang menerkam seekor burung kecil, dan membawa mangsanya itu ke ayahnya."

4. Yaa Asantewaa, Penjaga Bangku Emas

Perempuan bernama Yaa Asantewaa muncul sebagai sebuah kekuatan yang diperhitungkan di tengah kolonialisasi di Afrika pada awal Abad ke-20.

Ia berasal dari wilayah yang awalnya dikuasai suku Asante -- yang pada masa modern ini bernama Ghana.

Asantewaa adalah penjaga bangku emas seremonial, simbol kekuatan penting bagi para penguasa Asante.

Wonder Woman di dunia nyata: Yaa Asantewaa, pemberontak lawan Inggris (Wikipedia)

Pada 1900, ketika gubernur kolonial Inggris Sir Frederick Hodgson memerintahkan wanita itu, untuk dia duduki. Asantewaa menolak mentah-mentah perintah itu.

"Ia meminta anggota suku Asante memberontak melawan Inggris, memicu perjuangan kemerdekaan yang juga disebut War of the Golden Stool," demikian yang tertera di situs Yaa Asantewaa Museum di Ghana.

"Jika kalian, para pria Asante tak maju, kami yang akan melakukannya. Kami, para perempuan, akan melawan. Aku memanggil semua kamu hawa. Kita akan melawan! Kita akan melawan hingga orang terakhir tumbang di medan perang," kata Asantewaa kepada perwakilan Asante dalam sebuah rapat rahasia, seperti yang dibeberkan pihak museum.

Namun, pemberontakannya dikalahkan Inggris. Asantewaa tewas di pengasingan di Seychelles pada 1921.

5. Rani Velu Nachiyar

Sejak kecil Rani Velu Nachiyar belajar menggunakan senjata, berlatih seni bela diri, menembakkan anak panah menuju sasaran, juga duel saat naik kuda.

Saat dewasa, perempuan Tamil yang tumbuh besar di Kerajaan Ramnad di India Selatan, menemukan lawannya: penjajah Inggris.

Serangan pasukan Britania Raya pada 1772 ke kerajaannya, menewaskan suami dan putrinya. Nachiyar yang murka oleh dendam membentuk tentara untuk menghadapi penjajah. Pada 1780, pasukannya berhasil memenangkan pertempuran.

Wonder Woman di dunia nyata: Rani Velu Nachiyar asal India (Wikipedia)

Nachiyar disebut-sebut sebagai pemimpin militer pertama yang menggunakan 'bom manusia'. Salah satu perempuan anggota pasukannya sengaja mengguyur minyak ke tubuhnya, membakar diri, dan memicu ledakan di gudang amunisi Inggris.

Kisah Nachiyar diungkap baru-baru ini oleh sejarawan, Kirti Narain, direktur program di Indian Council of Social Science Research, New Delhi.

Narain menemukan dokumen terlupakan yang mengungkap kontribusi perempuan dalam perjuangan kemerdekaan India dari tangan Inggris.

Ia menuliskan kisah Rani Velu Nachiyar dan pejuang perempuan lain dalam bukunya Participation and Position of Women Uprising of 1857: Redefinition of Social Status, Then and Now  (Himalaya Publishing House Pvt. Ltd., 2016).

 

6. Boudicca

Selama invasi dan pendudukan Romawi atas wilayah Inggris selatan pada Abad I Masehi, muncul seorang perempuan yang terang-terangan melawan.

Boudicca, namanya, memimpin orang-orang Iceni, suku di wilayah Inggris timur, untuk memberontak.

Wonder Woman dalam kehidupan nyata: Boudicca, Ratu Iceni yang melawan Romawi (Wikipedia)

Catatan sejarawan Romawi, Publius Cornelius Tacitus (56 -117 Masehi) mendeskpsikan, Boudicca muncul sebagai pemberontak dan pemimpin perlawanan setelah Romawi merampas tanahnya dan mencabut status sukunya sebagai sekutu -- menyusul meninggalnya sang suami, Raja Iceni Prasutagus, demikian diungkapkan dalam Ancient History Encyclopedia.

Serangan militer yang dipimpin Boudicca meluluhlantakkan kamp-kamp Romawi, Verulamium, Londinium, dan Camulodunum, serta secara brutal membunuh penghuninya.

Namun, pasukan Boudicca hancur dalam Pertempuran Watling Street di dekat Shropshire, pada 61 Masehi, yang mengakhiri perlawanannya terhadap Romawi, demikian menurut Encyclopedia Brittanica.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya