Makam Pelukis Salvador Dali Dibongkar Lagi, Ada Apa?

Salvador Dali meninggal pada 1989. Ia dimakamkan di bawah lantai Dali Theatre-Meseum di kota kelahirannya, Figueres, Spanyol.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 21 Jul 2017, 12:08 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2017, 12:08 WIB
Salvador Dali (0)
(Sumber Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Madrid - Pelukis Salvador Dali terkenal dengan gaya-gaya lukisan beraliran surreal – seakan tidak nyata. Tapi, baru-baru ini, kisah kematiannya pun terasa tidak nyata.

Makam Salvador Dali diperintahkan untuk dibongkar pada Kamis 20 Juli lalu. Hal tersebut terkait dengan gugatan terhadap harta peninggalan sang artis.

Gugatan itu diajukan oleh seorang wanita peramal tarot bernama Pilar Abel yang selama bertahun-tahun mengaku sebagai putri Dali di luar pernikahan. 

Dikutip dari Live Science pada Jumat (21/7/2017), Abel dikenal di Spanyol sebagai pengisi acara ramalan di televisi. Menurutnya, ibunya memiliki hubungan selingkuh dengan seniman terkenal tersebut sebelum kelahiran dirinya.

Laporan AFP menyebutkan bahwa seorang hakim di Madrid memerintahkan pengangkatan kembali jenazah Dali setelah beberapa pengujian sebelumnya gagal mendapatkan DNA yang layak diperiksa.

Beberapa uji DNA sebelumnya dilakukan menggunakan sebagian kulit dan rambut yang diambil dari topeng makam sang seniman.

Juru bicara pengelola harta peninggalan Dali menjelaskan kepada AFP bahwa pengangkatan kembali jenazah itu sebenarnya dijadwalkan berlangsung pada 20 Juli 2017, tetapi mereka telah mengajukan banding melawan putusan pengadilan.

Tampak luar bangunan Teater Museum Gala Salvador Dali. (Sumber Wikimedia Commons)

Salvador Dali meninggal pada 1989. Ia dimakamkan di bawah lantai Dali Theatre-Meseum di kota kelahirannya, Figueres, yang terletak di timur laut Spanyol.

Jika uji DNA membuktikan bahwa Abel benar-benar putri Dali, maka, di bawah hukum Spanyol, ia berhak mewarisi seperempat kekayaan Dali dalam bentuk karya seni dan properti yang sekarang ini dihibahkan kepada negara Spayol menurut wasiat sang seniman.

Tantangan Mendapatkan DNA

Mendapatkan sampel DNA yang layak dari jenazah yang sudah 28 tahun dikubur mengundang tantangan tersendiri walaupun bukan tidak mungkin, demikian menurut Victoria Moore, seorang manajer layanan komersial DNA di LGC. Itu adalah perusahaan biologi dan forensik terkemuka di Inggris.

Moore menjelaskan kepada Live Science, "Selalu ada kemungkinannya kita tidak mendapatkan cukup banyak DNA, tapi saya menduga akan mendapatkan sesuatu. Belum 30 tahun, jadi lumayan lah."

Moore menegaskan bahwa para peneliti ilmiah baru-baru ini berhasil mengambil DNA dari jejaring lunak mumi Mesir yang berusia sekitar 2000 tahun.

Namun demikian, keberhasilan mengambil sampel bergantung kepada seberapa parahnya peluruhan DNA dalam tubuh Dali seiring berjalannya waktu dalam kondisi lingkungan tertentu dalam makamnya, kata Moore.

(Sumber Wikimedia Commons)

Ia menjelaskan, "Kelembaban dan lingkungan pada umumnya dapat memiliki dampak merusak, demikian juga dengan jenis pengawetan yang telah dilakukan. Zat kimia apapun yang telah digunakan dalam proses bisa merusak DNA apapun yang ada."

Moore mengatakan bahwa tempat terbaik untuk mencari DNA adalah pada gigi dan tulang seniman itu, bukannya pada jejaring lunak di tubuh. DNA pada jejaring lunak lebih cepat meluruh setelah seseorang meninggal dunia.

Tapi, beberapa gigi Dali kemungkinan telah longgar pada rahangnya karena jejaring lunaknya telah meluruh. Dengan demikian, giginya mungkin bisa dicabut tanpa kerusakan yang berarti.

Sebuah gigi mungkin ideal untuk suatu uji DNA karena enamel di bagian luarnya berperan seperti lapisa pelindung bagi sel-sel dan DNA di bagian dalam. Menurut Moore, "Kalau dipikir-pikir, itu seperti kapsul waktu."

Ia menambahkan bahwa keputusan lokasi pengambilan DNA akan rumit, karena, "Dia adalah seorang pria yang sangat penting, dan memutuskan untuk mengambil DNA memang selalu agak invasif."

Identifikasi Masa Lalu

Jika DNA diperoleh dalam jumlah yang cukup dari pengangkatan kembali jenazah Dali, langkah berikutnya adalah amplifikasi sampel supaya bisa dipakai untuk menghasilkan profil DNA sang seniman.

"Karena sampelnya lebih tua, kita tidak akan mendapatkan volume DNA seperti yang diperoleh dari sampel darah atau ludah dari pasien yang masih hidup."

"Jadi kita melakukannya melalui suatu sistem yang disebut dengan polymerase chain reaction (PCR), yaitu suatu proses amplifikasi menggunakan campuran berbagai zat kimia yang memungkinkan kita menciptakan lebih banyak salinan DNA dan mulai melakukan visualisasi."

Langkah terakhir analisa DNA Salvador Dali adalah membandingkannya dengan profil DNA wanita yang mengaku sebagai putrinya. Tentang itu, Moore menjelaskan, "Itu serupa dengan tes yang dilakukan setiap hari di laboratorium penentuan ayah (paternity) di seluruh dunia."

Telomer (tudung DNA) adalah bagian DNA yang menjadi penanda penuaan dan kesehatan pada umumnya. (Sumber Wikimedia Commons)

Moore dan para ilmuwan lain di LGC menggunakan teknik serupa dalam suatu upaya penting untuk mencirikan jenazah kira-kira 3000 tentara Australia dan Inggris di dalam kuburan masal setelah usainya Pertempuran Fromelles di Prancis utara pada 1916.

Pada 2009, para spesialis forensik dari LGC dan kelompok nirlaba Oxford Acheology secara teliti menggali kuburan masal di Fromelles dan mengambil sampel jejaring, tulang, dan gigi untuk uji DNA di kemudian hari.

Moore dan rekan-rekannya sekarang sedang menyusun profil-profil DNA ribuan kerabat yang masih hidup berkait dengan para prajurit yang tewas di Fromelles. Maksudnya agar profil-profil itu bisa dibandingkan dengan setiap kelompok kerangka dari kuburan masal itu.

Pada 2010, kerangka-kerangka itu dimakamkan ulang satu per satu di pemakaman militer baru di tempat pertempuran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya