Peneliti Ungkap Wajah Pria Inggris Berusia 4.500 Tahun

Para peneliti menyebut bahwa rekonstruki jasad pria berusia 4.500 tahun seharusnya dapat membangun koneksi pribadi dengan manusia saat ini.

oleh Citra Dewi diperbarui 12 Jul 2017, 06:54 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2017, 06:54 WIB
Tengkorak pria Inggris
Tengkorak seorang pria Inggris yang meninggal 4.500 tahun lalu. (Face Lab/Liverpool John Moores University)

Liputan6.com, Buxton - Seorang pria yang meninggal di Inggris sekitar 4.500 tahun lalu telah selesai rekonstruksi wajah. Hasil tersebut memperlihatkan citra mencolok yang menurut peneliti seharusnya membantu manusia merasakan adanya koneksi pribadi.

Jasad tersebut diekskavasi pada 1930-an dan 1980-an di pemakaman Liff's Low yang terletak di Derbyshire, Inggris. Ia ditemukan dikubur dengan sejenis periuk yang disebut beaker dan sebuah liontin batu yang kemungkinan dikenakan pada kalung.

Menurut seorang asisten koleksi di Buxton Museum, Claire Miles, berdasarkan analisis antropologi yang dilakukan pada 1980-an ditemukan bahwa pria itu memiliki tinggi 1,7 meter dan berusia antara 25 dan 30 tahun saat meninggal.

Para ahli antropologi pada saat itu menemukan bahwa pria tersebut mengalami patah tulang di siku kirinya yang "sembuh dengan buruk". Miles mencatat bahwa penyebab kematian pria tersebut belum diketahui.

Dikutip dari Live Science, Selasa (11/7/2017), museum tersebut menugaskan tim spesialis forensik di Liverpool John Moores University, Face Lab, untuk merekonstruksi wajah pria itu menjelang sebuah pameran yang menampilkan jasadnya yang dijadwalkan dibuka pada September 2017.

Hasil reskonstruksi wajah seorang pria Inggris berusia 4.500 tahun. (Face Lab/Liverpool John Moores University)

Dengan menggunakan teknologi gabungan, termasuk pemindai Artec 3D, ahli forensik FaceLab melakukan rekonstruksi wajah orang-orang yang telah meninggal beberapa abad lalu, termasuk mereka yang baru meninggal baru-baru ini dan menjadi subyek investigasi polisi.

Tim tersebut mengamati setiap tulang wajah menggunakan pemindai Artec 3D, menempatkan rekan-rekan tulang digital dengan tulang yang masih ada. Kegiatan itu disebut seorang mahasiswa doktoral di Universitas John Moores Liverpool dan anggota dari tim Face Lab, Jessica Liu, seperti "teka-teki".

Pada akhirnya, tim tersebut dapat menciptakan rekonstruksi berwarna hitam-putih yang menurut Miles "cukup mencolok" dan akan "memungkinkan pengunjung memiliki semacam koneksi pribadi.

"Rekonstruksi ini benar-benar memungkinkan kita untuk memberikan interpretasi baru...dan memungkinkan orang melihat mereka (orang kuno) sebagai manusia dibanding kerangka, dan mudah-mudahan membuat mereka tertarik dengan cara mereka hidup," ujar Miles.

Tim Face Lab saat ini sedang mengerjakan rekonstruksi wajah sebuah mumi perempuan Mesir berusia 2.700 tahun bernama Ta-Kesh, yang saat ini berada di Maidstone Museum di Maidstone, Inggris.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya